KABARBURSA.COM – PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan strategi investasi defensif pada pekan ini 13 hingga 17 Oktober 2025 di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global akibat kebijakan tarif baru Amerika Serikat terhadap China.
Ketidakpastian tersebut diperkirakan akan menekan sentimen pasar dan memicu aksi ambil untung serta potensi arus keluar dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah menegaskan faktor-faktor eksternal ini dapat memperlemah arah pasar dalam jangka pendek.
“IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, dan menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” kata Hari, Senin, 13 Oktober 2025.
Hari menambahkan, potensi koreksi IHSG terjadi setelah sepanjang pekan lalu (6–10 Oktober 2025) indeks berhasil mencetak rekor tertinggi baru di level 8.272 pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Meskipun investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp1,3 triliun, pergerakan indeks tetap ditopang kuatnya minat beli investor domestik pada sejumlah saham konglomerat seperti PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Timah Tbk (TINS), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
“Meskipun tercatat ada net sell asing sebesar Rp1,3 triliun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh kuatnya minat beli investor domestik, terutama pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA yang menjadi penggerak utama indeks,” tandas Hari.
Strategi Investasi Defensif Pekan Ini
Merespons dinamika pasar tersebut, IPOT merekomendasikan strategi investasi yang fokus pada saham-saham berfundamental kuat dan instrumen obligasi. Hari menyebut saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebagai salah satu pilihan menarik pekan ini. CDIA direkomendasikan beli dengan level entry di 2.320 dan target harga 2.670, dengan stop loss di 2.140.
Sepanjang pekan lalu, CDIA mencatat net buy asing Rp536 miliar. Sentimen positif datang dari langkah perusahaan memperkuat kendali pada dua anak usaha di sektor pelayaran, CSI dan MIM. Dengan pergerakan harga yang stabil di atas EMA-5, CDIA berpotensi melanjutkan tren penguatan.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga masuk dalam daftar rekomendasi dengan level entry di 3.310 dan target harga 3.600, serta stop loss di 3.190. Sepanjang pekan lalu, ANTM mencatat net buy asing sebesar Rp135 miliar.
Dorongan datang dari kenaikan harga emas global sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif AS terhadap China. Kondisi ini memperkuat potensi penguatan harga saham ANTM dalam jangka pendek.
Sementara itu, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) direkomendasikan beli pada level entry 2.090 dengan target harga 2.320 dan stop loss 1.970. SSIA menunjukkan sinyal pembalikan arah tren dengan meningkatnya minat investor besar.
Katalis utama berasal dari pengembangan proyek kawasan industri Subang Smartpolitan yang diharapkan menarik investasi dari sektor otomotif dan manufaktur, sehingga memperkuat pendapatan perusahaan.
Selain saham, Hari juga menyarankan investor untuk memperhatikan instrumen obligasi pemerintah seri PBS38 dan PBS3 sebagai bagian dari strategi defensif.
Dalam kondisi ketidakpastian tinggi, obligasi dengan imbal hasil kompetitif menjadi alternatif investasi menarik. Seri PBS38 menawarkan yield to maturity (YTM) sebesar 6,73 persen dengan tenor panjang, cocok bagi investor yang mencari return stabil jangka panjang. Untuk investor yang membutuhkan fleksibilitas, seri PBS3 dengan YTM 4,62 persen dapat menjadi pilihan dengan tenor yang lebih pendek.
Dengan kombinasi strategi saham berfundamental kuat dan obligasi pemerintah, IPOT menilai investor dapat menjaga stabilitas portofolio di tengah tekanan global. Hari menekankan pentingnya disiplin terhadap rencana trading dan pengelolaan risiko agar investor tetap terlindungi dari fluktuasi pasar jangka pendek.
“IHSG berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resist terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, serta menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” jelas Hari.
Dengan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, fokus pada emiten solid dan diversifikasi ke instrumen pendapatan tetap dipandang sebagai langkah strategis bagi investor untuk menjaga stabilitas dan peluang pertumbuhan portofolio.(*)