KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak sejarah. Pada perdagangan intraday Kamis 14 Agustus 2025, indeks utama Bursa Efek Indonesia itu sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di angka 7.973,98.
Menjelang akhir sesi pertama, lonjakan tersebut mencerminkan euforia pasar yang terus terjaga. IHSG akhirnya menutup perdagangan dengan kenaikan 0,49 persen, berakhir di posisi 7.931,25. Tak hanya indeks, kapitalisasi pasar pun menembus rekor baru, menyentuh Rp14.315 triliun.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyebut reli ini sebagai refleksi dari kekuatan fundamental emiten yang tercatat di bursa. Bukan hanya dari perusahaan papan atas, melainkan dari pemain kelas menengah yang mulai mencuri perhatian.
"Ini bukan sekadar cerminan kinerja LQ45, tapi juga dukungan kuat dari saham-saham di luar indeks unggulan," ungkap Mahendra. Menurutnya, sinyal penguatan tersebar merata, bukan terkonsentrasi pada saham big cap semata.
Faktor eksternal juga turut mendukung. Mahendra menyoroti membaiknya kondisi makroekonomi global dalam beberapa bulan terakhir sebagai katalis positif, meski ketidakpastian belum sepenuhnya sirna.
Pertumbuhan ekonomi domestik kuartal kedua turut memberi kontribusi signifikan. Struktur pertumbuhan yang merata dinilai memperkuat keyakinan terhadap daya tahan ekonomi nasional di tengah dinamika global.
Pada perdagangan Kamis, data RTI Business mencatat IHSG bergerak mantap di zona hijau sepanjang sesi. Sebanyak 345 saham menguat, 282 terkoreksi, dan 171 stagnan. IHSG sempat mengintip level 7.973 sebelum menutup sesi di 7.931.
Volume transaksi tercatat 42,08 miliar lembar saham dengan nilai mencapai Rp18,63 triliun. Salah satu kontributor terbesar berasal dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan transaksi jumbo Rp1,08 triliun.
Di belakangnya, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mencetak nilai transaksi Rp849,29 miliar. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyusul dengan Rp800,98 miliar, sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat Rp669,34 miliar. PT Wir Asia Tbk (WIRG) masuk radar investor dengan nilai transaksi Rp535,41 miliar.
Dari sisi volume, GOTO mendominasi dengan 38,16 juta saham berpindah tangan. Disusul WIRG (36,16 juta), IOTF (24,95 juta), BWPT (14,31 juta), dan TOSK (11,01 juta).
Secara sektoral, teknologi memimpin reli dengan kenaikan 3,84 persen. Sektor kesehatan menguat 1,38 persen, disusul sektor barang konsumsi non-siklikal (0,60 persen) dan siklikal (0,55 persen). Energi naik 0,45 persen, dan transportasi menguat 0,30 persen.
Sebaliknya, sektor infrastruktur melemah 0,44 persen. Keuangan terkoreksi 0,35 persen, industri dasar turun 0,21 persen, dan properti melemah tipis 0,06 persen.
IHSG Dibayangi Target 8.000 di Hari Kemerdekaan
Analis pasar sekaligus pendiri Republik Investor, Hendra Wardana, memperkirakan IHSG berpeluang menembus level psikologis 8.000 saat peringatan Hari Kemerdekaan, 17 Agustus 2025. Ia menyebut ekspektasi pelonggaran moneter global menjadi mesin utama penggerak optimisme.
"Pasar sedang dalam fase optimistis. Ekspektasi kuat akan pemangkasan suku bunga The Fed pada September memberi napas segar ke seluruh bursa Asia, termasuk Indonesia," paparnya dalam riset kepada Kabarbursa.com, Rabu (13/8).
Selain sentimen moneter, derasnya arus modal asing juga menjadi pemantik. Hendra mencatat pembelian bersih asing mencapai Rp2,28 triliun pada Selasa dan Rp1,52 triliun di hari berikutnya. Sinyal kepercayaan terhadap prospek jangka menengah pasar Tanah Air makin jelas terbaca.
Kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat juga dinilai sebagai potensi katalis. Bila implementasinya mampu menghapus sejumlah hambatan dagang, maka sektor ekspor—terutama manufaktur, komoditas olahan, dan agrikultur—akan menikmati angin segar.
Efek lanjutannya bisa meluas: dari neraca perdagangan yang membaik, rupiah yang lebih stabil, hingga prospek pendapatan emiten yang lebih cerah.
Kombinasi ini, kata Hendra, memperkuat peluang IHSG menembus level 8.000 dalam waktu dekat. Namun ia juga mengingatkan sejumlah rintangan teknikal masih membayangi.
"Level resistance historis 7.911 sedang diuji. Jika gagal ditembus, bisa memicu profit taking jangka pendek," ujarnya.
Nilai tukar rupiah yang masih berada di kisaran Rp16.190 per dolar AS juga dinilai rentan terhadap volatilitas eksternal. Apalagi jika terjadi arus modal keluar secara tiba-tiba.
Hendra juga menyinggung isu geopolitik, seperti relasi Amerika Serikat dan Rusia yang kembali memanas menjelang pertemuan tingkat tinggi. Isu tersebut berpotensi menekan harga komoditas dan memengaruhi sentimen pasar global.
Dalam skenario terbaik, jika resistance 7.911 dilampaui, IHSG berpeluang naik menuju area harmonic resistance di kisaran 8.174–8.354. Level support terdekat berada pada Moving Average 5 hari, yaitu di posisi 7.715.
Pasar kini hanya menunggu konfirmasi teknikal. Jika arah tetap positif, bukan tak mungkin bendera Merah Putih dikibarkan bersama lonjakan IHSG ke rekor berikutnya.(*)