KABARBURSA.COM – IHSG menutup pekan 17–21 November 2025 dengan kinerja yang solid sekaligus penuh sinyal kontras. Di satu sisi, indeks kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level 8.414,35.
Namun indikator aktivitas pasar justru melemah dan menandai pergerakan yang ditopang lebih oleh kekuatan indeks big caps ketimbang partisipasi luas pelaku pasar.
Kenaikan 0,52 persen selama sepekan tersebut mengonfirmasi bahwa arus optimisme belum benar-benar surut, meski latar belakang global sedang bergejolak akibat ketidakpastian arah suku bunga The Fed dan volatilitas di pasar komoditas.
IHSG berhasil menjaga momentum penguatan yang sudah terbentuk sejak awal November, mengimbangi tekanan di pasar regional yang relatif lebih rapuh.
Dari sisi kapitalisasi, bursa mencatat peningkatan menjadi Rp15.391 triliun. Artinya, kenaikan indeks masih ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi besar seperti perbankan, konsumer, energi, hingga otomotif.
Namun performa IHSG yang kuat berbanding terbalik dengan aktivitas dagang yang justru menyusut. Rata-rata nilai transaksi harian turun 8,45 persen menjadi Rp21,37 triliun, sementara volume transaksi anjlok 27,2 persen.
Penurunan ini menunjukkan bahwa reli yang terjadi belum ditopang likuiditas yang meluas. Buyer ada, tetapi tidak seagresif pekan-pekan sebelumnya.
Net Sell Asing Masih Besar
Pelaku pasar asing juga belum menunjukkan minat kembali. Investor asing mencatatkan jual bersih Rp26,32 miliar pada Jumat dan secara year-to-date masih membukukan net sell dalam jumlah besar, yaitu Rp50,32 triliun.
Kombinasi net sell berkepanjangan dan melemahnya volume transaksi mengindikasikan bahwa kenaikan IHSG cenderung bersifat selective rally, lebih digerakkan oleh sektor-sektor defensif dan saham-saham yang menjadi benchmark utama indeks.
Dari sisi teknikal, IHSG memasuki akhir pekan dengan koreksi kecil 0,07 persen, namun justru disertai munculnya volume pembelian. Pola ini memberikan sinyal bahwa tekanan jual tidak dominan, dan ada upaya menahan indeks agar tetap berada di atas area support psikologis.
Secara struktur gelombang, IHSG diperkirakan masih bergerak dalam wave (iii) dari wave [iii], sebuah fase penguatan yang biasanya masih memiliki ruang naik dalam jangka pendek.
Pekan Depan, IHSG Masih di Zona Positif
Arah pergerakan indeks pada Senin, 24 November 2025, sangat bergantung pada kemampuan IHSG mempertahankan area support 8.341–8.350. Selama zona ini tidak ditembus, indeks berpotensi kembali bergerak positif menuju area target 8.540–8.577.
Kenaikan tersebut akan semakin valid apabila bursa mampu menunjukkan peningkatan nilai transaksi, terutama dari sektor perbankan, industri dasar, dan energi.
Namun, ada risiko signifikan yang perlu diwaspadai. Volume transaksi yang melemah membuka peluang terjadinya false breakout apabila kenaikan IHSG tidak dibarengi dengan likuiditas yang memadai.
Selain itu, volatilitas global—khususnya perkembangan suku bunga AS dan tekanan di pasar minyak—masih dapat menjadi katalis negatif bagi arus modal jangka pendek.
Di tengah situasi tersebut, sejumlah saham pilihan teknikal menunjukkan potensi berbeda-beda. MNC Sekuritas melihat ASII berada dalam posisi buy on weakness dan diuntungkan oleh pergerakan yang sudah kembali di atas MA20.
BBTN masih dalam fase koreksi wave [ii], sehingga peluang rebound mulai terbuka ketika mencapai area permintaan. Sementara TOBA sedang berada pada awal wave [c] dengan volume penguatan yang meningkat, menjadikannya kandidat penggerak sektor energi pada pekan depan.
Sedangkan COCO berada dalam posisi rawan koreksi lanjutan karena dominasi tekanan jual dan kecenderungan bergerak di bawah MA20.
Dengan keseluruhan kombinasi data ini, IHSG pada Senin diperkirakan bergerak konstruktif namun berhati-hati. Peluang penguatan tetap ada, tetapi sensitif terhadap perkembangan makro global dan keberlanjutan pembelian domestik.
Selama support utama tidak ditembus dan likuiditas mulai membaik, peluang menuju rekor baru kembali terbuka. Namun tanpa dukungan volume, reli akan tetap rentan terhadap tekanan intraday.(*)