KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi I, Rabu, 6 Agustus 2025, dengan penurunan tipis satu poin atau 0,01 persen ke level 7.514. Pergerakan pasar terbilang datar meski aktivitas perdagangan cukup ramai.
Total transaksi tercatat 158,36 juta lot saham dengan nilai mencapai Rp7,67 triliun. Sejumlah saham mencuri perhatian, di antaranya FORU, MTFN, COIN, CLAY, MINA, TAXI, dan NICK yang masuk daftar top gainers.
Sementara itu, saham-saham seperti COIN, CDIA, MINA, CUAN, IKAN, BRMS, dan ANTM menjadi yang paling aktif diperdagangkan.
Dari sisi sektoral, industri bahan baku memimpin penguatan dengan kenaikan 1,27 persen. Sebaliknya, sektor barang konsumen non-primer menjadi yang terlemah setelah terkoreksi 0,81 persen.
Namun hingga pukul 14.20 WIB, IHSG justru mengalami kenaikan tipis, menguat 13,76 poin atau 0,18 persen ke level 7.528,94. Dibuka di 7.534,45, indeks sempat menggapai level tertinggi harian di 7.549,26 sebelum berbalik turun ke titik terendah di 7.502,01.
Menjelang akhir perdagangan, IHSG kembali menguat, menandakan adanya minat beli yang cukup stabil di tengah aksi ambil untung.
Secara teknis, posisi IHSG saat ini masih berada di bawah rekor tertinggi 52 minggu di 7.910,56, namun sudah jauh meninggalkan level terendah setahun terakhir di 5.882,60. Pergerakan hari ini menunjukkan adanya tarik-menarik antara investor yang memanfaatkan kenaikan untuk mengunci keuntungan dan mereka yang melihat peluang penguatan lanjutan.
Jika sentimen positif berlanjut dan indeks mampu menembus resistance di kisaran 7.550, peluang untuk menguji level psikologis yang lebih tinggi kembali terbuka. Sebaliknya, area 7.500 akan menjadi batas penting untuk menahan tekanan jual dalam jangka pendek.
Bursa Asia: Sektor Teknologi Tertekan
Di pasar Asia, arah pergerakan indeks bervariasi. Sentimen investor terpecah antara rilis data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dan komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait rencana tarif baru.
Trump menyatakan akan mengumumkan kebijakan tarif terhadap semikonduktor dan chip dalam waktu dekat, dengan tujuan mendorong produksi komponen tersebut di dalam negeri AS. Pernyataan ini langsung menekan saham-saham teknologi di kawasan Asia.
Di Jepang, saham Tokyo Electron melemah 3,46 persen dan Lasertec turun 1,82 persen, sedangkan Renesas Electronics merosot 3,68 persen. Di Korea Selatan, SK Hynix terkoreksi 2,09 persen dan Samsung Electronics turun 1,43 persen. Saham raksasa chip Taiwan, TSMC, juga ikut melemah 2,17 persen.
Meski sektor teknologi tertekan, sejumlah indeks Asia masih mampu menguat. Nikkei 225 naik 0,56 persen dan Topix bertambah 1,01 persen. Bursa China juga positif, dengan Shanghai Composite menguat 0,27 persen, Shenzhen Component naik 0,46 persen, dan CSI300 menguat tipis 0,18 persen.
Hang Seng di Hong Kong menguat 0,18 persen, sementara Kospi Korea Selatan terkoreksi 0,22 persen dan Taiex Taiwan turun 0,73 persen. ASX200 Australia mencatat kenaikan 0,55 persen.
Dari India, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5 persen, sesuai perkiraan pasar. Keputusan ini diambil di tengah ancaman tarif baru dari AS dan setelah pemangkasan 50 basis poin pada pertemuan bulan Juni lalu.
Rupiah dan Yen Menguat, Baht Melemah
Di pasar mata uang, yen Jepang menguat 0,20 persen ke posisi 147,32 per dolar AS. Dolar Singapura menguat tipis 0,06 persen dan dolar Australia menguat 0,32 persen.
Rupiah juga menguat 0,09 persen ke level 16.375 per dolar AS, sementara rupee India naik 0,11 persen. Sebaliknya, yuan China melemah 0,07 persen. Ringgit Malaysia menguat tipis 0,02 persen dan baht Thailand melemah 0,02 persen.
Secara keseluruhan, perdagangan hari ini diwarnai sikap hati-hati investor global. Pasar masih menimbang dampak dari kebijakan tarif baru AS yang berpotensi memicu ketegangan di industri semikonduktor, sementara IHSG bergerak tipis menunggu arah pasti dari perkembangan sentimen global dan regional.(*)