KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor baru dengan penutupan pada level tertinggi sepanjang masa (all-time high) di 7.831,77 pada Selasa, 17 September 2024. Nilai transaksi hari ini hampir mencapai Rp12 triliun. Saham-saham seperti BMRI, BRIS, dan ADRO turut menguat signifikan dalam perdagangan kali ini.
Menurut data RTI Infokom, IHSG mencatat kenaikan 0,25 persen dengan pergerakan indeks sepanjang hari di kisaran 7.802 hingga 7.854. Volume perdagangan mencapai 24,3 miliar saham, dengan total nilai transaksi sebesar Rp11,97 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 324 saham mengalami penguatan, 257 saham melemah, dan 216 saham stagnan. Kapitalisasi pasar juga mengalami kenaikan ke posisi Rp13.393 triliun.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi salah satu saham yang paling aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp713,4 miliar. Saham BMRI ditutup menguat 2,06 persen ke level Rp7.425 per saham. Saham lainnya yang turut menyokong penguatan IHSG antara lain BRIS yang naik 8,39 persen ke level Rp3.100, ADRO milik Garibaldi Thohir yang naik 2,45 persen ke level Rp3.760, serta GOTO yang melesat 6,56 persen ke level Rp65 per saham.
Saham ANTM turut mengalami kenaikan sebesar 3,37 persen ke level Rp1.380, BUMI naik 6,06 persen ke level Rp105, dan BRPT menguat 0,44 persen ke level Rp1.145 per saham. Namun, tidak semua saham berakhir positif. Saham PANI milik Sugianto Kusuma atau Aguan mengalami penurunan 1,02 persen ke level Rp9.675, TPIA melemah 0,83 persen ke level Rp8.925, dan BREN turun 5,31 persen ke level Rp11.150 per saham.
Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut penguatan IHSG kali ini didorong oleh faktor eksternal dan internal. Di sisi eksternal, bursa Asia secara umum menunjukkan tren positif, dengan pasar berspekulasi mengenai kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed. Diperkirakan, The Fed akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak Maret 2020 dalam pekan ini, dengan peluang sebesar 67 persen untuk pemangkasan 50 basis poin dan 33 persen untuk 25 basis poin.
Selain itu, rilis data neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga memberi angin segar. Neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus mencatat surplus sebesar USD2,89 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan Juli lalu yang hanya USD470 juta. Surplus yang berkelanjutan ini dipandang pasar sebagai indikator positif untuk ketahanan eksternal ekonomi dalam negeri.
Bisa Capai 7.858
Berdasarkan riset harian MNC Sekuritas, IHSG memiliki potensi untuk menembus target kenaikan selanjutnya setelah menembus rekor hari ini.
“Jika IHSG mampu menembus level ini, target kenaikan selanjutnya diperkirakan akan mencapai 7.858, yang juga menjadi resistensi utama hari ini,” tulis riset harian MNC Sekuritas, 17 September 2024.
Namun, MNC Sekuritas memperingatkan bahwa IHSG sudah berada di akhir dari wave (v) pada wave [i] atau akhir wave 3 dalam skenario label merah. Hal ini menandakan ruang penguatan IHSG mungkin akan terbatas.
Jika IHSG tidak mampu mempertahankan penguatan dan terjadi koreksi di bawah 7.736, indeks berpotensi melemah lebih lanjut ke area 7.618 hingga 7.654.
Secara teknikal, IHSG saat ini berada dalam tren rebound dengan terciptanya level Higher High (HH), meskipun volume perdagangan masih rendah, menurut analisis Muhammad Wafi dari RHB Sekuritas Indonesia. Selama IHSG bertahan di atas support garis MA5, peluang rebound tetap terbuka dengan potensi pembentukan level HH baru. Namun, jika IHSG mengalami breakdown di bawah MA5, koreksi lanjutan bisa terjadi hingga menguji support MA20.
“Dalam proyeksi ini, pelaku pasar diharapkan waspada terhadap potensi koreksi jangka pendek, terutama jika IHSG gagal menembus resistensi utama dan bergerak di bawah support kritis,” kata Wafi.
Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi IHSG akan menguat secara terbatas, bergerak dalam kisaran support-resistensi 7.725–7.833.
Meskipun pekan ini singkat, dinamika pasar tetap tinggi. Fokus pelaku pasar tertuju pada pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 18 September 2024, dengan peluang pemotongan suku bunga hampir pasti terjadi.
“Jika Jerome Powell mengecewakan pasar, pasar bisa anjlok pada hari yang sama,” tulis Pilarmas. Mereka menyebutkan dua skenario yang bisa menekan pasar: pertama, jika The Fed tidak memangkas suku bunga, dan kedua, jika pemotongan suku bunga di bawah 25 basis poin (bps). Berdasarkan data ekonomi, Pilarmas yakin The Fed akan memangkas 25 bps.
“Sell on news kemungkinan terjadi karena pasar sudah memperhitungkan ekspektasi pemangkasan,” tambah Pilarmas.
Pasar diperkirakan akan kembali menguat jika Bank Indonesia juga memangkas suku bunga 25 bps pada hari yang sama. Hal ini akan menjadi katalis positif untuk sektor keuangan, properti, otomotif, barang konsumsi, dan teknologi, mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia yang masih tertekan.
Analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menerawang investor tengah mengantisipasi penurunan suku bunga The Fed, sementara Bank Indonesia diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga di 6,25 persen. Berdasarkan konsensus, The Fed diprediksi memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen pada pertemuan 18 September.
“Dalam pidato sebelumnya di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Jerome Powell sudah memberi sinyal kuat terkait potensi penurunan suku bunga,” tulis Imam.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.