KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali naik perlahan 0,86 persen dan menguat 61,87 point di akhir perdagangan Jumat, 9 Agustus 2024, setelah sempat mengalami penurunan 248 poin atau 3,40 persen ke level 7.059, Sebanyak 592 saham bergerak turun pada perdagangan kemarin.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata, meyakini bahwa sektor keuangan akan menjadi kunci pemulihan pasar modal semakin menguat.
“Saya selalu percaya kalau market itu mau recover, maka sektor finance harus bisa mendukung. Karena finance adalah tulang punggung dari IHSG,” kata Liza kepada Kabar Bursa, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Kendati demikian Liza mengungkap jika sektor perbankan memainkan peran penting dalam mendukung mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan adanya proyeksi penurunan suku bunga yang akan datang.
“Penting kalau UMKM itu bisa mendapatkan keuntungan dari proyeksi suku bunga yang mau turun. Hopefully, The Fed (Federal Reserve) turunin suku bunga,” jelasnya.
Apabila nilai tukar rupiah tetap stabil dan terkendali, perbankan memiliki kemungkinan untuk menurunkan suku bunganya. Namun, perlu diingat bahwa perbankan harus mempertimbangkan stabilitas rupiah, sehingga penurunan suku bunga mungkin tidak akan seagresif yang dilakukan oleh The Fed.
Sementara The Fed diperkirakan bisa langsung menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin, perbankan mungkin akan melakukannya secara lebih bertahap, dimulai dengan 25 basis poin.
“The Fed bisa langsung 50 bps, tapi kita lebih santai, 25 bps dulu. However, kalau di sini perbankan kita lihat dari trend besarnya,” ungkap Liza.
Meskipun demikian, ada kemungkinan bahwa pasar regional tidak akan menunggu penurunan suku bunga lebih jauh dan justru mengalami kenaikan lebih cepat.
Liza menganggap, ini sebagai salah satu skenario yang mungkin terjadi, terutama jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebelum pertemuan FOMC pada bulan September, dengan kemungkinan adanya keputusan dalam pertemuan darurat di Jackson Hall pada 22-24 Agustus mendatang.
“Atau mungkin malah juga tidak tertutup kemungkinan kalau ke depannya market regional justru enggak pakai nunggu turun dulu, dia langsung naik gitu ya. Siapa tahu ini mungkin skenario kita bicara andai-berandai gitu ya,” imbuhnya.
Kinerja Perbankan Juni 2024
Di kesempatan yang sama, Kepala Pengawas Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan bahwa industri perbankan telah mencatat kinerja fungsi intermediasi dengan tren yang terus meningkat. Pada Juni 2024, secara month to month (mtm) kredit mengalami peningkatan sebesar Rp102,29 triliun, atau tumbuh sebesar 1,39 persen mtm.
Adapun secara tahunan, pertumbuhan penyaluran kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,36 persen yoy, sementara pada bulan Mei 2024 berada di level 12,15 persen. Dengan begitu, kredit perbankan hingga Juni 2024 mencapai Rp7.478,4 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,09 persen yoy. Sementara itu, secara nominal yang terbesar adalah Kredit Modal Kerja sehingga menjadi sebesar Rp3.389,53 triliun.
Dari segi kepemilikan, bank-bank milik negara (BUMN) memainkan peran utama dalam mendorong pertumbuhan kredit di sektor perbankan. Data menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan oleh bank-bank ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 14,95 persen year on year (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan yang positif. Pada Juni 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 0,27 persen month to mont (mtm) atau meningkat sebesar 8,45 persen yoy dibandingkan bulan Mei 2024 sebesar 8,63 persen yoy, menjadi Rp8.722,03 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 13,48 persen yoy.
Di sisi lain, OJK juga mencatat likuiditas industri perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid atau Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,33 persen.
“Mei 2024 sebesar 114,58 persen dan 25,37 persen, Mei 2024 sebesar 25,78 persen, atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen,” tutur Dian Ediana Rae.
NPL Perbankan Turun
Sementara itu, Dian Ediana Rae menuturkan, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) gross perbankan yang menurun menjadi sebesar 2,26 persen, sedangkan Mei 2024 sebesar 2,34 persen. Di sisi lain, NPL net sebesar 0,78 persen, sedangkan bulam Mei 2024 sebesar 0,79 persen.
Adapun Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,51 persen dari bulan Mei 2024 sebesar 10,75 persen. Rasio LaR tersebut juga sudah semakin mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.
Adapun NPL gross UMKM pada bulan Juni 2024 tercatat menurun menjadi 4,04 persen dari bulan Mei 2024 sebesar 4,27 persen. Sejalan dengan penurunan LaR total kredit, LaR kredit UMKM juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 13,50 persen dari Mei 2024 sebesar 13,83 persen, dari tahun sebelumnya sebesar 16,84 persen.
“Rasio LaR UMKM saat ini juga semakin mendekati level sebelum pandemi, Desember 2019 sebesar 12,74 persen,” ucap Dian Ediana Rae. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.