KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 53,46 poin atau 0,72 persen ke level 7.344,74 pada perdagangan Selasa 22 Juli 2025. Sepanjang hari, IHSG bergerak di rentang 7.344,74 - 7.457,38 dengan pembukaan di level 7.440,29.
Total volume perdagangan di seluruh pasar mencapai 299,78 juta lot dengan nilai transaksi sebesar Rp19,17 triliun dan frekuensi sebanyak 2,01 juta kali. Pada pasar reguler, volume tercatat 281,76 juta lot dengan nilai transaksi Rp17,38 triliun.
Asing mencatatkan net sell sebesar Rp129 miliar dengan total pembelian sebesar Rp3,78 triliun dan penjualan Rp3,91 triliun. Investor domestik masih mendominasi sebesar 75,06 persen dari total transaksi.
Saham-saham yang mengalami kenaikan tertinggi di antaranya adalah saham PT Wahana Interfood Nusantara Tbk dari sektor consumer non-cyclicals dengan kode COCO yang melonjak 34,09 persen ke harga Rp236.
Kemudian saham PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk dari sektor keuangan dengan kode RELI naik 24,82 persen ke Rp880. Disusul saham PT Chandra Daya Investasi Tbk dari sektor keuangan dengan kode CDIA yang menguat 24,69 persen ke Rp1.515.
Saham PT Remala Abadi Tbk dari sektor industri dengan kode DATA juga naik 19,34 persen ke Rp1.820, serta saham PT Jembo Cable Company Tbk dari sektor industri dengan kode JECC yang naik 16,67 persen ke Rp980.
Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan tajam antara lain PT Merry Riana Edukasi Tbk dari sektor pendidikan dengan kode MERI yang turun 14,94 persen ke Rp410. Kemudian saham PT Perdana Bangun Pusaka Tbk dari sektor industri dengan kode KONI terkoreksi 14,77 persen ke Rp1.270.
Saham PT Steady Safe Tbk dari sektor transportasi dengan kode SAFE turun 13,33 persen ke Rp208. Lalu saham PT Pradiksi Gunatama Tbk dari sektor energi dengan kode PGUN melemah 12,68 persen ke Rp620 serta saham PT Eagle High Plantations Tbk dari sektor perkebunan dengan kode BWPT yang merosot 11,93 persen ke Rp96.
Dari sisi sektoral, hanya sektor infrastruktur yang mencatatkan penguatan signifikan sebesar 1,69 persen. Di sisi lain, sektor bahan baku atau basic industry mengalami pelemahan terdalam sebesar 4,36 persen.
Sektor properti turun 1,01 persen, sektor siklikal melemah 0,85 persen, sektor transportasi terkoreksi 0,62 persen, sektor keuangan turun 0,41 persen, sektor kesehatan juga melemah 0,41 persen, sektor teknologi melemah 0,29 persen, sektor energi terkoreksi 0,20 persen, sektor konsumer non-siklikal turun 0,53 persen, dan sektor industri relatif stagnan dengan pelemahan 0,01 persen.
Pelemahan IHSG terjadi di tengah aksi jual investor asing dan tekanan pada sektor-sektor utama, terutama bahan baku dan konsumer. Sementara penguatan sektor infrastruktur menjadi penopang utama yang menahan pelemahan indeks lebih dalam.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus menegaskan IHSG diprediksi bergerak menguat dalam rentang support 7150 hingga resistance 7400, setelah sepanjang pekan lalu bergerak bervariasi cenderung menguat sebesar +3,75 persen dalam rentang pergerakan 7.071 hingga 7.402 low to high dan berakhir di level 7.312.
Tercatat asing melakukan aksi jual di pekan lalu namun perlahan mereda dan hanya 2 sektor yang mengalami pelemahan sepanjang pekan lalu sementara sisanya menguat.
Sektor yang menjadi pemberat laju IHSG ialah sektor Consumer Cyclicals dengan pelemahan sebesar minus 3,59 persen karena para pelaku pasar mulai meninggalkan saham-saham yang defensif.
Sementara itu, sektor yang menjadi penopang laju IHSG ialah sektor Technology yang menguat sebesar19,88 persen yang didukung oleh penguatan saham saham DCII sebagai saham dengan bobot terbesar dalam sektor tersebut. Saham DCII ditutup menguat sebesar lebih dari 60 persen dalam sepekan dan membuat Bursa Efek Indonesia melabeli saham tersebut dengan UMA.
Berbicara tentang potensi market pekan ini 21 hingga 25 Juli 2025, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik yakni Fed Chair Powell Speech yang akan dinanti untuk mendapatkan gambaran mengenai prospek suku bunga kedepannya.
"Para pelaku pasar akan mencari tahu pertimbangan apa saja yang akan dibawa pada FOMC Meeting berikutnya mengenai prospek arah suku bunga. Selanjutnya sentimen S&P Global Manufacturing PMI Flash Amerika Serikat bulan Juli yang diprediksi melemah 0,5 poin dari level 52,9 ke level 52,4," kata Indri, Senin, 21 Juli 2025.
Sementara itu dari domestik, para pelaku pasar menanti hasil kinerja emiten di Q2 dan ata atau Semester I yang berpotensi menjadi sentimen bagi harga saham emiten tersebut.(*)