Logo
>

IHSG Terperosok di Sesi Pertama, Rupiah Tertatih

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG Terperosok di Sesi Pertama, Rupiah Tertatih

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM -  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerembap dalam perdagangan sesi pertama pada Selasa, 3 September 2024.

    Berdasarkan data RTI, indeks tergerus sebesar 0,73 persen atau 56,298 poin, jatuh ke level 7.638,232.

    Sebanyak 348 saham mengalami penurunan, sementara 219 saham mengalami kenaikan, dan 219 lainnya stagnan. Volume perdagangan mencapai 14,09 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,4 triliun.

    IHSG terseret ke zona merah akibat terpuruknya sembilan sektor. Tiga sektor dengan penurunan paling tajam adalah IDX-Cyclic yang anjlok 4,44 persen, IDX-Techno turun 3,06 persen, dan IDX-Infra yang menyusut 0,93 persen.

    Saham-Saham Top Losers LQ45:

    • PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melemah 2,40 persen ke Rp 815
    • PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) terkoreksi 2,26 persen ke Rp 865
    • PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) merosot 2,24 persen ke Rp 655

    Saham-Saham Top Gainers LQ45:

    • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 0,65 persen ke Rp 1.555
    • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) bertambah 0,47 persen ke Rp 10.750
    • PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 0,45 persen ke Rp 27.800

    Di sisi lain, pasar Asia-Pasifik juga cenderung melemah. Investor tengah mencerna data inflasi Korea Selatan untuk bulan Agustus, yang turun ke level terendah sejak Maret 2021.

    Indeks harga konsumen (CPI) Korea Selatan naik 2 persen secara tahunan, lebih rendah dari 2,6 persen pada bulan Juli dan sesuai dengan ekspektasi jajak pendapat Reuters. Secara bulanan, CPI meningkat 0,4 persen, sedikit di atas perkiraan 0,3 persen dari jajak pendapat yang sama.

    Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,15 persen pada perdagangan siang, sementara Topix menguat 0,42 persen.

    Kospi Korea Selatan melemah 0,34 persen, sedangkan Kosdaq yang mencakup saham kapitalisasi kecil terpangkas 0,66 persen.

    Di Australia, indeks S&P/ASX 200 merosot 0,16 persen.

    CSI 300 China Daratan berhasil naik tipis setelah berusaha pulih dari level terendah tujuh bulan pada hari Senin.

    Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,37 persen.

    IHSG berada dalam tekanan setelah laporan terbaru menunjukkan lemahnya sektor industri manufaktur dan angka inflasi yang mengecewakan untuk periode Agustus 2024.

    Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus merosot, mencatatkan kontraksi dua bulan berturut-turut dengan angka 49,3 pada Juli dan 48,9 pada Agustus. Ini merupakan posisi terendah sejak Agustus 2021, mencerminkan situasi suram di tengah perlambatan ekonomi yang sedang berlangsung.

    Penurunan PMI ini menjadi sinyal bahaya bagi perekonomian, mengingat sektor manufaktur adalah salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi dan penyerap tenaga kerja. Kondisi ini dapat mencoreng citra Presiden Joko Widodo yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Oktober mendatang.

    Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa deflasi pada Agustus dipicu oleh penurunan harga bahan pangan yang bersifat fluktuatif, terutama akibat peningkatan produksi bawang merah. Namun, dia juga menyoroti bahwa tren deflasi empat bulan berturut-turut, yang diiringi dengan anjloknya PMI Manufaktur ke 48,9 poin, mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat.

    Penurunan daya beli ini diduga dipengaruhi oleh pasokan pangan yang mulai membaik setelah faktor el nino di awal tahun, namun ada indikasi bahwa kemampuan konsumsi masyarakat juga sedang tergerus. Josua menegaskan bahwa kondisi ini diperparah dengan data PMI Manufaktur Indonesia yang kembali masuk ke fase kontraktif, menunjukkan gejala penurunan ekonomi yang nyata.

    S&P Global juga mencatat bahwa kontraksi di sektor manufaktur disebabkan oleh penurunan tajam dalam output dan pesanan baru, yang mendorong perusahaan untuk terus mengurangi tenaga kerja, meskipun dalam jumlah yang minimal.

    Prediksi menyebutkan bahwa lemahnya industri manufaktur ini kemungkinan akan berlangsung hingga akhir kuartal III-2024.

    Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. IHK mengalami penurunan yang lebih buruk dari perkiraan.

    Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK naik 2,12 persen pada Agustus 2024, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,13 persen. Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK menunjukkan deflasi sebesar 0,03 persen, berbeda dengan ekspektasi pasar yang memprediksi stagnasi.

    Konsensus pasar memperkirakan IHK Agustus 2024 akan tetap stagnan dibandingkan dengan deflasi 0,18 persen pada bulan sebelumnya. IHK tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,15 persen (yoy) dengan proyeksi IHK inti sebesar 1,99 persen (yoy).

    Deflasi selama empat bulan berturut-turut ini adalah yang pertama kali terjadi sejak 1999, atau dalam 25 tahun terakhir, menandakan adanya tekanan besar pada daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang kurang stabil. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi