Logo
>

IHSG Turun di Akhir Perdagangan, Ikuti Tren Bursa Asia?

Ditulis oleh Syahrianto
IHSG Turun di Akhir Perdagangan, Ikuti Tren Bursa Asia?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada penutupan perdagangan, Rabu, 5 Juni 2024, setelah mengikuti tren negatif bursa saham Asia. IHSG berakhir pada 6.947,66, mengalami penurunan sebesar 151,64 poin atau 2,14 persen. Indeks LQ45, yang mencakup kelompok 45 saham unggulan, juga mengalami penurunan sebesar 14,09 poin atau 1,57 persen menjadi 881,70.

    Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya mengungkapkan bahwa bursa regional Asia cenderung bergerak melemah, pasar mencermati dan berharap akan pemangkasan suku bunga acuan The Fed Amerika Serikat (AS). Harapan tersebut dilatarbelakangi pascarilis data lowongan pekerjaan AS pada April 2024 yang menurun dari sebelumnya 8,35 juta menjadi 8,05 juta, yang memberikan indikasi pasar tenaga kerja yang melemah, sehingga membuat pasar berspekulasi kembali harapan pemangkasan suku bunga acuannya.

    Namun demikian, pelaku pasar juga menantikan rilis laporan ketenagakerjaan AS pada akhir pekan nanti dan menantikan keputusan bank sentral Eropa, sehubungan dengan pemangkasan suku bunga acuannya. Hal tersebut menjadi perhatian pasar, dimana sebelumnya kenaikan data inflasi di Eropa menimbulkan keraguan terhadap prospek pelonggaran moneter lebih lanjut pada 2024.

    Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Posisi Investasi Indonesia (PII) mencatat kewajiban neto sebesar 253,0 miliar dolar AS pada akhir triwulan I-2024, atau turun dibandingkan kewajiban neto pada akhir kuartal-IV 2023 yang sebesar 261,2 miliar dolar AS.

    Penurunan kewajiban neto tersebut bersumber dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) dan peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN). Namun demikian BI menyampaikan meskipun mengalami penurunan PII tetapi tetap terjaga ketahanan eksternal.

    Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, satu sektor meningkat yaitu sektor kesehatan sebesar 0,79 persen. Sedangkan sepuluh sektor terkoreksi yaitu sektor barang baku turun paling dalam minus 6,29 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor teknologi yang masing-masing minus 2,02 persen dan minus 1,83 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu TRON, MBMA, ESSA, TPIA dan SURI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni UVCR, IBOS, IDEA, BEKS dan DMMX.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.021.182 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,92 miliar lembar saham senilai Rp11,98 triliun. Sebanyak 172 saham naik 421 saham menurun, dan 192 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 347,30 poin atau 0,89 persen ke 38,490,19, indeks Hang Seng melemah 19,14 poin atau 0,10 persen ke 18.424,96, indeks Shanghai melemah 25,80 poin atau 0,83 persen ke 3.065,39, dan indeks Strait Times melemah 1,62 poin atau 0,05 persen ke 3.337,31.

    IHSG Terpengaruh FCA?

    Sejak 25 Maret 2024, Bursa Efek Indonesia resmi menerapkan Papan Pemantauan Khusus Tahap II atau Full Periodic Call Auction (FCA). Sejak saat itu juga Indeks Harga Saham Gabungan lebih sering melemah, dan menetap di zona merah, dibandingkan dengan terjadinya penguatan.

    Skema Full Call Auction sendiri merupakan mekanisme perdagangan dengan kuotasi Bid dan Ask/Offer yang akan ‘match’ pada jam-jam tertentu saja, serta dengan keterbatasan informasi pada halaman Bid dan Ask/Offer. Kemudian harga saham akan ditentukan berdasarkan volume terbesar.

    Sejak kebijakan itu berlaku juga, investor ramai-ramai mengkritik Papan Pemantauan Khusus Tahap II Full Call Auction yang terbilang baru saja diluncurkan Bursa Efek Indonesia.

    Kebijakan Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction memang dinilai menimbulkan banyak kontroversi. Kebijakan ini lebih banyak memberikan implikasi negatif, dan dianggap membuat tidak kondusif terhadap keberlangsungan perdagangan di pasar.

    Target utama kritikan tertuju pada informasi mengenai Bid dan Ask/Offer dalam Papan Pemantauan Khusus Tahap II. Sehingga, investor hanya dapat memperhatikan data Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) untuk melihat potensi harga dan volume saham yang akan cocok.

    Tak hanya sampai di situ, saham-saham yang masuk ke dalam papan tersebut justru sebagian besar mengalami penurunan, bukan sebaliknya yang mengalami penguatan, yang mencerminkan aksi Panic Selling di pasar, hingga menyeret laju Indeks Harga Saham Gabungan di zona merah.

    Imbasnya, IHSG telah mengalami penurunan sebanyak 22 kali sejak diberlakukan efektif Full Periodic Call Auction (FCA). Dari penurunan tersebut, 9 kali IHSG anjlok lebih dari 1 persen. Meskipun FCA bukan satu-satunya penyebab, namun terlihat bahwa para investor melangsungkan aksi Panic Selling.

    Sekadar informasi, Papan Pemantauan Khusus adalah Papan Pencatatan untuk Perusahaan Tercatat yang memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh BEI. Implementasi Papan Pemantauan Khusus Tahap II atau Full Periodic Call Auction merupakan tindak lanjut dari Hybrid Call Auction yang telah diimplementasikan sejak 12 Juni 2023.

    Adapun implementasinya seluruh saham yang masuk dalam Papan Pemantauan Khusus akan diperdagangkan secara Periodic Call Auction yang terdiri dari 5 sesi dalam satu hari. Terdapat 11 kriteria saham yang masuk dalam Papan Pemantauan Khusus, satu diantaranya dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.