KABARBURSA.COM - Keyakinan konsumen mengalami penurunan pada Mei 2024 dibandingkan dengan April 2024. Survei konsumen Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Mei mencapai 125,2, lebih rendah dibandingkan dengan 127,7 pada bulan sebelumnya.
Penurunan IKK ini dipicu oleh melemahnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
IKE pada Mei 2024 tercatat sebesar 115,4, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 115,4. Sementara itu, IEK turun menjadi 135,0 dari 136,0 pada bulan sebelumnya.
Secara spasial, penurunan IKK terlihat di beberapa kota yang disurvei oleh BI, dengan penurunan terdalam di Kota Pontianak sebesar 7,6 poin, diikuti oleh Medan sebesar 6,9 poin, dan Banten sebesar 6,7 poin.
Meski mengalami penurunan, Bank Indonesia menegaskan bahwa secara keseluruhan IKK masih berada dalam zona optimistis, yakni indeks di atas 100.
Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memiliki beberapa dampak signifikan terhadap perekonomian. IKK yang lebih rendah mencerminkan penurunan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa depan. Ini dapat mengakibatkan beberapa konsekuensi penting:
Penurunan IKK sering kali dikaitkan dengan melemahnya daya beli masyarakat. Ketika konsumen kurang yakin dengan kondisi ekonomi, mereka cenderung menahan pengeluaran dan lebih memilih untuk menabung. Ini dapat mengurangi konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pendorong utama
Dengan menurunnya kepercayaan konsumen, perusahaan mungkin melihat penurunan permintaan untuk barang dan jasa. Hal ini dapat membuat perusahaan menunda rencana ekspansi atau investasi baru, yang pada gilirannya dapat memperlambat produksi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Indikator kepercayaan konsumen yang rendah bisa menjadi sinyal awal dari penurunan aktivitas ekonomi. Bank Indonesia dan pemerintah sering menggunakan data ini untuk membuat keputusan kebijakan moneter dan fiskal. Misalnya, mereka mungkin menyesuaikan suku bunga atau kebijakan pajak untuk merangsang perekonomian.
Penurunan IKK dapat mempengaruhi pasar saham dan instrumen keuangan lainnya. Investor mungkin menjadi lebih berhati-hati dan mengurangi investasi mereka di pasar modal, yang dapat menyebabkan penurunan harga saham dan peningkatan volatilitas di pasar keuangan.
Dalam keseluruhan analisis, meskipun IKK turun, tetap penting untuk mencatat bahwa selama IKK berada di atas angka 100, konsumen masih dalam zona optimis, meski dengan tingkat keyakinan yang lebih rendah. Oleh karena itu, tindakan penyesuaian kebijakan dari pihak berwenang bisa membantu memitigasi dampak negatif tersebut dan menjaga stabilitas ekonomi.
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "ECONOMICS:IDGDPQQ",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}
Dampak IKK Turun
Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memiliki beberapa dampak signifikan terhadap perekonomian. IKK yang lebih rendah mencerminkan penurunan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa depan. Ini dapat mengakibatkan beberapa konsekuensi penting:
Penurunan IKK sering kali dikaitkan dengan melemahnya daya beli masyarakat. Ketika konsumen kurang yakin dengan kondisi ekonomi, mereka cenderung menahan pengeluaran dan lebih memilih untuk menabung. Ini dapat mengurangi konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan daya beli adalah stagnasi pendapatan di kalangan masyarakat menengah. Pertumbuhan pendapatan yang lambat tidak mampu mengimbangi kenaikan harga komoditas pangan, yang inflasinya mencapai 10,33 persen pada Maret 2024. Hal ini memaksa banyak rumah tangga untuk menggunakan tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, meskipun ada faktor musiman seperti Ramadhan dan Pemilu yang biasanya meningkatkan konsumsi, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 4,91 persen pada kuartal I-2024, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,11 persen. Ini menunjukkan adanya masalah dalam daya beli yang tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi keseluruhan.
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa langkah yang direkomendasikan termasuk peningkatan upah minimum, pemberian bantuan sosial yang lebih merata, dan langkah-langkah kebijakan lainnya untuk mendukung peningkatan daya beli masyarakat serta mendorong konsumsi rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan peningkatan yang stabil meskipun terdapat ketidakpastian global. Pada triwulan pertama 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen year-on-year (yoy), sedikit meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,04 persen (yoy). Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut di kisaran 4,7-5,5 persen sepanjang tahun 2024, didorong oleh permintaan domestik yang kuat, terutama dari konsumsi rumah tangga dan investasi infrastruktur.
Faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,91 persen yoy, didukung oleh pelaksanaan Pemilu 2024, hari libur nasional, dan cuti bersama. Selain itu, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga juga meningkat signifikan sebesar 24,29 persen yoy, dipicu oleh aktivitas terkait Pemilu dan momen Ramadan.
Investasi juga menunjukkan peningkatan, terutama dalam sektor infrastruktur dan properti, didukung oleh berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) dan berbagai insentif pemerintah. Meski demikian, kinerja ekspor masih lemah akibat penurunan harga komoditas dan permintaan global yang rendah, terutama dari Tiongkok.
Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2024 ditetapkan oleh Bappenas dalam kisaran 5,3-5,7 persen. Target ini diiringi oleh sasaran pembangunan lainnya seperti penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan indeks pembangunan manusia. (*)
Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia
dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu.
Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional.
Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.