KABARBURSA.COM – Harga emas global diprediksi akan terus mengalami kenaikan, seiring tidak pastinya kondisi global saat ini. Goldman Sachs pun mengeluarkan proyeksi baru, bahwa emas akan menyentuh angka USD4.900 ons pada Desember 2026, naik dari prediksi sebelumnya di USD4.300.
Naiknya proyeksi Sachs ini menjadi sinyal positif yang bisa menggairahkan kembali minat terhadap aset berbasis logam mulia, termasuk saham-saham emiten emas di dalam negeri. Salah satunya Adalah saham ARCI (Archi Indonesia Tbk).
Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) sedang menjadi salah satu bintang di sektor pertambangan emas. Dalam beberapa bulan terakhir, pergerakannya sangat impresif, yang mencerminkan lonjakan minat pasar terhadap emiten logam mulia di tengah tren kenaikan harga emas global.
Berdasarkan data perdagangan terbaru, ARCI ditutup menguat 10,63 persen ke level Rp1.145, naik 110 poin dari penutupan sebelumnya di Rp1.035. Kenaikan ini terjadi dengan volume transaksi mencapai 2,77 juta lot dan nilai transaksi lebih dari Rp307 miliar. Artinya, lonjakan harga didukung oleh arus dana besar, bukan sekadar pergerakan spekulatif jangka pendek.
Dari struktur order book, terlihat permintaan yang solid. Total antrian beli mencapai 336 ribu lot, lebih besar dibanding total antrian jual 369 ribu lot, dengan posisi bid terpadat di kisaran Rp1.135–Rp1.140.
Ini menunjukkan bahwa tekanan beli masih cukup kuat, sementara sebagian penjual memilih bertahan di area Rp1.145–Rp1.165 untuk merealisasikan keuntungan jangka pendek.
Pola ini menggambarkan adanya fase momentum rally yang masih aktif, di mana pembeli terus mengejar harga, tetapi pasar mulai menunjukkan tanda distribusi ringan setelah kenaikan agresif.
Harga Saham ARCI Naik Lebih 100 Persen
dari Jika menengok kinerja harga jangka panjang, saham ARCI mengalami lonjakan luar biasa. Harganya naik +100 persen dalam tiga bulan terakhir, +345 persen dalam enam bulan, dan +359 persen secara year-to-date.
Artinya, dalam waktu kurang dari setahun, saham ini sudah hampir empat kali lipat dari titik awalnya di kisaran Rp228. Performa ini bahkan jauh mengungguli rata-rata saham pertambangan lain di BEI.
Tren tersebut jelas sejalan dengan reli harga emas dunia yang masih bertahan tinggi akibat ketidakpastian ekonomi global dan sikap dovish sebagian bank sentral.
Namun, di balik kenaikan spektakuler ini, terdapat tanda bahwa valuasi ARCI mulai mendekati batas jenuh. Dengan harga sekarang, saham ini sudah berada di kisaran Rp1.100–Rp1.165, atau lebih dari empat kali lipat dibanding level harga wajarnya yang diperkirakan di area Rp850–Rp950, berdasarkan rata-rata price-to-earnings ratio (PER) sektoral dan potensi laba bersih perusahaan tahun 2025.
Bila dihitung dari proyeksi kinerja semester pertama yang menunjukkan perbaikan margin akibat kenaikan produksi tambang emas Toka Tindung, nilai wajar ARCI secara fundamental masih bisa direvisi naik, tetapi belum cukup untuk membenarkan valuasi di atas Rp1.200 dalam waktu dekat.
Serok di Harga Rp1.000 - Rp1.020?
Secara teknikal, ARCI telah membentuk pola ascending channel kuat dengan tren kenaikan jangka pendek yang masih utuh. Level Rp1.040–Rp1.060 kini menjadi area support baru, menggantikan level lama di Rp950 yang sebelumnya menjadi titik akumulasi.
Jika harga berhasil bertahan di atas Rp1.100 selama dua sesi berikutnya, potensi menuju resistensi psikologis di Rp1.200–Rp1.250 masih terbuka, karena momentum beli belum benar-benar melemah.
Namun, jika terjadi tekanan ambil untung, koreksi ringan ke area Rp1.000–Rp1.020 akan menjadi peluang ideal untuk masuk Kembali. Zona tersebut bisa dianggap harga aman untuk "serok" saham ARCI.
Investor yang ingin ikut “cuan” di sektor emas sebaiknya memperhatikan dua hal penting. Pertama, reli saham ini sudah sangat panjang, sehingga risiko volatilitas meningkat. Kenaikan cepat biasanya diikuti koreksi tajam.
Kedua, pergerakan ARCI saat ini lebih banyak ditopang oleh sentimen komoditas global ketimbang fundamental jangka panjang. Jika harga emas dunia stabil di atas USD2.400 per ons, ARCI masih memiliki ruang apresiasi terbatas, tetapi jika terjadi pembalikan arah di pasar global, saham ini akan mudah tertekan karena valuasinya sudah premium.
Dengan kondisi saat ini, posisi ideal bagi investor baru bukan mengejar di harga atas, tetapi menunggu di area Rp1.000–Rp1.050 untuk akumulasi bertahap. Area ini menawarkan risk-reward ratio yang lebih sehat, karena peluang kenaikan kembali ke Rp1.200 masih terbuka.
Sementara, potensi risiko koreksi hanya sekitar 5–7 persen. Sebaliknya, bila harga tembus di bawah Rp1.000, perlu waspada terhadap potensi koreksi lebih dalam ke Rp950.
Singkatnya, performa ARCI sejauh ini mengesankan, mencerminkan keberhasilan sektor emas sebagai safe haven di tengah ketidakpastian global. Namun, euforia pasar membuat valuasinya mulai menanjak di atas harga wajar.
Strategi terbaik saat ini adalah bersabar dan menunggu di area akumulasi sehat sekitar Rp1.000, sambil memanfaatkan setiap koreksi sebagai peluang untuk masuk, bukan mengejar saat harga sedang tinggi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.