KABARBURSA.COM - Indef menegaskan harga beras tinggi karena penguasaan pasar oleh konglomerat. Penguasaan pasar beras oleh sejumlah perusahaan besar inilah yang diduga menjadi penyebab stagnasi harga beras meskipun pemerintah terus melakukan impor jutaan ton beras.
Perum Bulog, yang memiliki peran minim dalam pengendalian harga, dianggap tak mampu mengatasi permasalahan ini. Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menjelaskan bahwa kenaikan harga beras saat ini disebabkan oleh keterbatasan pasokan, sementara sejumlah konglomerat menguasai pasar beras dan menentukan harga.
Esther menggambarkan situasi ini sebagai oligopoli, di mana para konglomerat menjadi penentu harga karena dominasi mereka dalam pasar beras, sementara peran Bulog hanya sebatas mengikuti harga yang ditetapkan oleh mereka.
"Karena beras dikuasai oleh 9 naga, yang menurunkan harga beras ya harus lewat mereka," ujar Esther.
Esther menyoroti pentingnya perubahan kondisi ini dengan memberikan Perum Bulog kendali lebih besar atas pasar beras nasional. Menurutnya, dengan demikian, pemerintah akan lebih mudah mengendalikan harga beras.
Esther juga memproyeksikan bahwa harga beras tidak akan turun ke tingkat Harga Eceran Tertinggi (HET) dalam waktu dekat, dan peningkatan produksi beras menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi harga yang tinggi serta meningkatkan kemandirian negara dalam pemenuhan kebutuhan beras nasional.
"Bulog ini perannya harus mengimbangi peran mereka [industri beras], kalau bisa harus jadi kepala naganya," tuturnya.
Topan Ruspayandi, General Manager UB Bulog Sentra Niaga, mengakui bahwa saat ini Bulog hanya menguasai sekitar 1 persen dari total konsumsi beras nasional, yang mencapai 30 juta ton per tahun.
Namun, KPPU telah mengusulkan agar Bulog meningkatkan penguasaannya atas pasar beras hingga minimal 20 persen. Bulog sendiri telah memperluas kapasitas komersialnya dengan membangun pusat penggilingan padi baru dan pengolahan beras rice to rice serta paddy to rice.
Sementara itu, harga beras medium secara nasional pada 9 Februari 2024 mencapai Rp13.600 per kilogram, dan Rp15.530 per kilogram untuk beras premium, jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Bulog telah menyalurkan bantuan beras sebanyak 1.494.441 ton pada tahun 2023, dan 179.149 ton hingga 6 Februari 2024.