Logo
>

INDF: Menimbang Strategi Buy on Weakness dan Sinyal Teknis Campuran

INDF dinilai undervalued dengan fundamental solid, rekomendasi buy on weakness di Rp8.100 muncul meski sinyal teknikal masih campuran dengan potensi rebound.

Ditulis oleh Yunila Wati
INDF: Menimbang Strategi Buy on Weakness dan Sinyal Teknis Campuran
Ilustrasi: Aktivitas para pekerja Indofood yang tengah memindahkan dos produk-produk Indofood dari dalam truk. (Foto: Dok. Indofood)

KABARBURSA.COM – PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) kembali menjadi sorotan investor. Rekomendasi buy on weakness dari technical analyst RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Fatah Al Falah, di area Rp8.100 muncul di tengah kombinasi fundamental solid dan sinyal teknikal yang masih beragam.

Dari sisi valuasi, INDF tampak menarik. Rasio Price to Earnings (PER) TTM hanya 6,69, jauh lebih rendah dibanding median PER IHSG di 8,56. Forward PER bahkan turun ke 5,92, menunjukkan ekspektasi pertumbuhan laba masih kuat. 

Sedangkan Earnings Yield TTM sebesar 14,94 persen memberikan ruang imbal hasil yang menarik dibanding obligasi atau deposito.

Struktur keuangan juga relatif sehat. Debt-to-Equity Ratio berada di level 1,05 dengan interest coverage ratio 7,12, artinya perusahaan cukup aman menutup kewajiban bunganya. 

Return on Equity (ROE) 15,65 persen menunjukkan efisiensi modal yang solid, sementara free cash flow tahunan mencapai Rp13,2 triliun, memberi ruang ekspansi dan konsistensi pembagian dividen.

Dividen sendiri cukup stabil. Dengan yield 3,46 persen dan payout ratio sekitar 21 persen, INDF masih punya fleksibilitas menjaga kebijakan bagi hasil sembari menumbuhkan usaha.

Kinerja Keuangan: Konsisten Bertumbuh

Jika melihat dari kinerja keuangannya, pendapatan INDF dalam 12 bulan terakhir (TTM) tercatat Rp118,3 triliun dengan laba bersih Rp10,6 triliun. Pertumbuhan laba bersih kuartal II/2025 melonjak signifikan 121,74 persen secara tahunan, meskipun margin kotor sedikit tertekan (-3,78 persen YoY).

Faktor positif lain datang dari diversifikasi bisnis INDF, mulai dari produk makanan, agribisnis, distribusi, hingga minuman, yang membuat perusahaan relatif tahan terhadap fluktuasi ekonomi jangka pendek.

Sementara, dari sisi teknikal, indikator menunjukkan kondisi yang belum sepenuhnya bersahabat. Rangkuman indikator teknikal memberi sinyal “Sangat Jual” (8 indikator jual, 0 beli), termasuk MACD, ADX, dan CCI yang masih negatif. 

Beberapa osilator seperti Stochastic dan Williams %R bahkan berada di area oversold, memberi sinyal potensi rebound teknis dalam waktu dekat.

Namun, indikator moving average justru memberi konfirmasi “Beli” (7 beli vs 5 jual). MA50 memang masih memberi tekanan, tetapi MA100 dan MA200 menunjukkan tren jangka menengah–panjang tetap sehat.

Dengan harga terakhir di sekitar Rp8.075, saham ini sudah dekat dengan area akumulasi Rp8.100. Target kenaikan pertama (TP1) Rp8.675 (+7,1 persen) dan target kedua (TP2) Rp8.950 (+10,5 persen) masih realistis, terutama jika tekanan jual mereda. Stop loss disarankan di bawah Rp7.525.

Outlook dan Sentimen Pasar

Secara makro, stabilnya daya beli domestik, konsumsi rumah tangga yang solid, dan potensi turunnya suku bunga menjadi katalis positif bagi saham konsumer defensif seperti INDF. Dengan valuasi yang masih murah, likuiditas tinggi, dan konsistensi dividen, saham ini relatif aman untuk akumulasi jangka menengah hingga panjang.

Kendati demikian, investor jangka pendek perlu mewaspadai sinyal teknikal jangka pendek yang masih cenderung negatif. Potensi konsolidasi di area Rp8.000 tetap ada sebelum melanjutkan kenaikan.

Lantas, bagaimana dengan rekomendasinya?

  • Fundamental: Kuat, undervalued dibanding pasar, arus kas sehat, dividen konsisten.
  • Teknikal: Campuran – osilator di area oversold membuka peluang rebound, sementara MA jangka menengah–panjang mendukung tren naik.
  • Strategi:Buy on weakness di area Rp8.100 dapat dipertimbangkan, dengan target Rp8.675–Rp8.950 dan stop loss di bawah Rp7.525.

Singkatnya, investor jangka panjang dapat mulai mengoleksi karena fundamental yang solid, sedangkan trader jangka pendek sebaiknya menunggu konfirmasi teknikal sebelum masuk lebih agresif.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79