Logo
>

Industri AMDK Klaim Terhindar dari Dampak Perubahan Iklim

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Industri AMDK Klaim Terhindar dari Dampak Perubahan Iklim

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menyatakan Industri Air minum dalam kemasan (AMDK) belum merasakan dampak dari perubahan iklim.

    "Industri AMDK belum merasakan dampaknya (perubahan iklim)," ujar Ketua Umum ASPADIN, Rachmat Hidayat kepada Kabar Bursa, Kamis 23 Mei 2024.

    Rachmat bilang, belum terdampaknya industri AMDK terkait perubahan iklim, dikarenakan perizinan sumber air AMDK sangat diregulasi.

    Selain itu, lanjut dia, AMDK juga berasal dari air tanah yang sudah diberikan izin oleh pemerintah. Sehingga, persediaan konsumsi air hingga kini masih aman.

    "Sumber air AMDK sangat diregulasi perizinannya dan juga berasal dari air tanah dalam yang hanya akan diberikan izin oleh Pemerintah apabila memenuhi kriteria yang aman," jelasnya.

    Air menjadi isu yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, terutama dalam agenda World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada 18-25 Mei 2024.

    Penyelenggaraan WWF akan menjadi platform untuk membahas masalah kritis terkait air, termasuk pengelolaan air yang berkelanjutan, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan air dan sanitasi.

    Forum Air Dunia ke-10 ini mengusung enam sub tema, yakni ketahanan dan kesejahteraan air, air untuk manusia dan alam, pengurangan dan pengelolaan risiko bencana, tata kelola, kerja sama, dan hidro-diplomasi, pembiayaan air berkelanjutan, dan pengetahuan dan inovasi.

    Hasil forum diharapkan dapat menghasilkan komitmen dan tindakan nyata untuk mencapai pengelolaan air yang lebih baik dan berkelanjutan.

    Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Bappenas, Medrilzam, mengatakan fresh water di bumi hanya sekitar 2,5 persen. Kata dia, ada beberapa analisa yang menyebut bahwa pada 2050 mendatang penduduk dunia bakal mengalami water tress atau kelangkaan air.

    “Beberapa analisa menyebut bahwa nanti di 2050 water tress besar sekali,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

    Menurut Medrilzam, kondisi itu bisa terjadi lantaran air di dunia semakin banyak digunakan penduduk bumi.

    Di sisi lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membutuhkan sekitar Rp123 triliun untuk mencapai target 30 persen air minum perpipaan 2030.

    “Kalau fokus di air minum saja, ya, itu untuk naikin 10 persen, itu butuhnya Rp123 triliun. Untuk naikin 10 persen perpipaan,” ujar Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna dikutip Kamis, 23 Mei 2024.

    Herry memaparkan bahwa progres air minum perpipaan Indonesia saat ini berada di angka 19,45 persen. Untuk mencapai target 30 persen air minum perpipaan sebagaimana yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, dibutuhkan peningkatan sebesar 10 persen.

    “Kalau menuju 100 persen kan masih 80 persen yang harus kita kejar. Nah, tadi 10 persen butuh Rp123,4 triliun. Jadi, kalau mau naikin segitu (80 persen), tinggal dikalikan saja kebutuhannya,” kata Herry.

    Oleh karena itu, Herry menekankan pentingnya mendukung usulan Global Water Fund yang disuarakan oleh Indonesia dalam World Water Forum Ke-10. Menurut dia, sulit bagi negara-negara berkembang untuk merealisasikan proyek-proyek besar mereka terkait akses terhadap air.

    Kelola Sumber Daya

    Investasi sumber daya manusia (SDM) dan pengetahuan sangat dibutuhkan untuk mengelola sumber daya air dan sanitasi.

    Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Hilmar Farid mengatakan, investasi di sektor infrastruktur memang  penting, namun menurutnya saat ini jauh lebih penting investasi soal pengetahuan.

    “Tapi saat ini jauh lebih penting ada investasi pada pengetahuan, penelitian, dan reservasi pengetahuan lokal. Ini kalau tidak diselamatkan akan tergerus,” ujarnya di Media Center World Water Forum ke-10, Selasa, 21 Mei 2024.

    Hilmar mengatakan, ada sekitar 2,2 miliar orang yang tidak punya akses terhadap air minum pada 2022. Lalu, terdapat 1,4 miliar orang terdampak kekeringan pada rentang tahun 2002-2021, dan 10 persen migrasi global antara 1970-2000 dan itu karena terkait kekurangan air.

    Karena itu, Indonesia dapat menjadi pemimpin tepat di gelaran World Water Forum ke-10 dengan menunjukkan berbagai praktik baik yang bahkan sudah dijalankan secara turun temurun.

    “Kita memiliki khazanah pengetahuan lokal yang berpijak pada kelestarian dan keberlanjutan, yang jika dikombinasi dengan sains dan teknologi bisa memberikan solusi yang konkret,” katanya.

    Menurut Hilmar, Indonesia juga menjadi pusat dari rempah dunia, adanya jalur rempah yakni jalur pelayaran tradisional yang membentang antara kawasan Pasifik di sebelah timur sampai pantai timur Afrika di sebelah barat.

    Selama lebih dari seribu tahun masyarakat di sepanjang jalur ini berinteraksi, memproduksi warisan pengetahuan yang luar biasa terkait pengelolaan kehidupan yang terkait dengan air.

    “Ada khazanah pengetahuan yang luar biasa di dalamnya, yang bisa menjadi inspirasi bagi kita hari ini. Dengan gelaran World Water Forum ke-10 kita juga bisa melihat betapa pentingnya kebudayaan dalam sistem global kita sejak lama,” ujar dia.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.