KABARBURSA.COM - Jika dilihat dari pergerakan saham, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Saham GGRM terus merosot seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang melemah sepanjang semester I-2024.
GGRM mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp925,51 miliar sepanjang semester I-2024, anjlok 71,85 persen dari sebelumnya sebesar Rp3,28 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
Tidak hanya itu, laba per saham juga turun menjadi Rp481 per 30 Juni 2024, dari sebelumnya mencapai Rp1.709 per akhir Juni 2023. Penurunan ini dipicu melemahnya pendapatan di paruh pertama tahun ini, yaitu Rp50,01 triliun. Padahal pada semester I-2023, emiten rokok yang berbasis di Kediri, Jawa Timur ini mencatatkan pendapatan Rp55,85 triliun.
Pendapatan dan penjualan GGRM memang didominasi dari penjualan rokok, yaitu sebesar Rp49,44 triliun. Namun, ada sektor lain yang menopang pendapatan, yaitu kertas karton sebesar Rp472,63 miliar dan pendapatan lainnya Rp103,40 miliar.
Sayangnya, GGRM tidak mampu menahan laba bruto yang harus turun ke posisi Rp5,06 triliun di Januari-Juni 2024, turun dari raihan laba bruto semester I-2023 sebesar Rp7,93 triliun.
Bahkan, hingga Kamis ini, 24 Oktober 2024, pergerakan saham GGRM terus merosot. Hingga pukul 11.59 WIB, saham GGRM berada pada level Rp15.400, mengalami penurunan -0,65 persen atau sebesar -100 poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp15.500.
Saham GGRM bergerak dalam kisaran Rp15.375 - Rp15.600 selama sesi perdagangan. Ini menunjukkan volatilitas yang moderat di tengah harga saham yang relatif stabil di sekitar level ini. Dengan volume transaksi mencapai Rp4,3 miliar, pergerakan saham GGRM cukup likuid, walaupun tidak menembus batas kenaikan otomatis (ARA) di Rp18.600 maupun batas penurunan otomatis (ARB) di Rp12.400.
Rata-rata perdagangan (average) saham berada di Rp15.471, yang masih dekat dengan level harga saat ini, menunjukkan stabilitas dalam pergerakan saham.
Bisa disimpulkan, penurunan saham GGRM sebesar -0,65 persen mengindikasikan adanya tekanan di pasar, meskipun volatilitas harga masih dalam batas wajar. Investor sebaiknya memantau perkembangan regulasi terkait industri rokok dan strategi diversifikasi GGRM di sektor infrastruktur untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai prospek saham ini.
Lantas, apa yang bisa membuat GGRM bertahan hingga sejauh ini?
Dukung Anak Usaha
Seperti telah disebutkan di atas, salah satu pemasukan GGRM adalah dari pendapatan lainnya. Diketahui, GGRM memiliki anak usaha yang tidak bergerak dalam bisnis rokok. Bisnis-bisnis inilah yang berusaha untuk selalu dikembangkan, guna menopang bisnis utama mereka.
Seperti yang dilakukan beberapa saat ini, GGRM melalui anak usahanya, PT Surya Dhoho Investama (SDHI), baru-baru ini melakukan aksi korporasi penting berupa penambahan modal melalui penerbitan 300.000 lembar saham baru dengan nilai nominal per lembar sebesar Rp1.000.000.
Dengan langkah ini, GGRM menyetorkan tambahan modal sebesar Rp300 miliar kepada SDHI. Hal ini meningkatkan modal ditempatkan dan disetor SDHI dari sebelumnya Rp14 triliun menjadi Rp14,30 triliun.
Menurut Sekretaris Perusahaan GGRM Heru Budiman, semua saham baru yang dikeluarkan oleh SDHI diambil alih oleh GGRM. Total kepemilikan saham GGRM di SDHI kini mencapai 14.299.999 lembar saham, senilai Rp14,299 triliun. Di sisi lain, PT Surya Duta Investama memiliki satu lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000.000.
Penambahan modal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan modal ditempatkan dan disetor, tetapi juga meningkatkan modal dasar SDHI dari Rp14 triliun menjadi Rp15 triliun. Keputusan ini diambil berdasarkan keputusan di luar rapat umum pemegang saham, sesuai dengan peraturan perusahaan.
Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk mendukung kegiatan operasional Bandar Udara Dhoho di Kediri, Jawa Timur. Proyek pembangunan bandara ini merupakan salah satu inisiatif besar yang dilakukan oleh GGRM melalui SDHI, sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk memperluas infrastruktur transportasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Aksi korporasi ini memperlihatkan komitmen GGRM dalam mendiversifikasi portofolio bisnisnya di luar industri utama, yaitu rokok. Investasi di sektor infrastruktur, khususnya pembangunan dan pengoperasian Bandara Dhoho, mencerminkan strategi jangka panjang GGRM dalam membangun aset yang dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal dan regional.
Dalam konteks industri, pembangunan Bandara Dhoho diharapkan memberikan dampak positif terhadap sektor transportasi dan pariwisata di Jawa Timur. Bandara ini diprediksi akan menjadi pusat baru bagi aktivitas transportasi udara di wilayah tersebut, yang dapat mendorong peningkatan investasi dan kesempatan kerja.
Penambahan modal oleh GGRM melalui penerbitan saham baru di SDHI merupakan langkah strategis untuk mendukung proyek Bandara Dhoho di Kediri. Dengan modal tambahan ini, SDHI mendapatkan sumber daya finansial yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek pembangunan bandara, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi perusahaan dan wilayah sekitarnya.
Bagi GGRM, diversifikasi ini menunjukkan upaya perusahaan untuk memperkuat posisinya di sektor infrastruktur, seiring dengan tantangan yang dihadapi di industri rokok.
Dengan fokus pada proyek infrastruktur besar, GGRM menunjukkan kesiapan menghadapi dinamika ekonomi yang lebih luas dan menjadi aktor penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.(*)