KABARBURSA.COM - PT Toba Pulp Lestari Tbk. (TPL) diterpa isu penculikan enam anggota Masyarakat Adat Sihaporas. Isu ini ramai diperbincangkan di media sosial. Toba Pulp lantas menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan.
Dalam siaran pers resmi perusahaan yang diterima KabarBursa, Jumat, 26 Juli 2024, Kepolisian Resort Simalungun mengatakan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Toba Pulp Lestari Anwar Lawden, menyatakan informasi mengenai penculikan adalah tidak benar. Dia juga membantah tuduhan bahwa Toba Pulp mengerahkan 50 orang dengan menggunakan dua unit mobil security dan truk colt diesel dalam kejadian tersebut.
Anwar menjelaskan, Toba Pulp saat ini sedang mempelajari dampak dari pemberitaan tidak benar yang memicu kemarahan sehingga terjadi pembakaran Mess, Tower Internet, dan perusakan kamera CCTV milik perusahaan. Toba Pulp meminta semua pihak untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak benar dan menggiring opini publik yang menyesatkan. Perusahaan berencana mengambil langkah hukum yang diperlukan terkait hal ini.
Dalam operasionalnya, Toba Pulp beroperasi secara profesional dan berkelanjutan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. TPL juga berkomitmen memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan operasional dan program CSR.
Di tengah isu tersebut, bagaimana kinerja saham Toba Pulp Lestari Tbk yang memiliki kode emiten INRU ini di bursa saham?
Profil Singkat
PT Toba Pulp Lestari Tbk didirikan berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 dengan akta No. 329 tanggal 26 April 1983 oleh Misahardi Wilamarta, SH, notaris di Jakarta. Pendirian ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C2-5130.HT01-01 TH.83 pada 26 Juli 1983 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1984, Tambahan No. 1176.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perseroan meliputi usaha industri pulp dan bahan kimia untuk menunjang industri tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada klorin dioksida, asam klorida, kostik, nitrogen, oksigen, dan sulfur dioksida. Selain itu, Perseroan juga bergerak dalam pengusahaan hutan tanaman seperti ekaliptus dan kegiatan industri barang dari kayu, perdagangan bahan dan barang kimia dasar, serta aktivitas bounded warehousing atau kawasan berikat.
Kinerja Saham INRU
Kinerja harga saham INRU dalam satu minggu terakhir mengalami kenaikan sebesar 10,19 persen. Dalam satu bulan terakhir, harga saham meningkat 27,14 persen, sementara dalam tiga bulan terakhir naik signifikan hingga 41 persen. Namun, dalam enam bulan terakhir, harga saham turun 39,29 persen, dan secara tahunan, harga saham mengalami penurunan sebesar 30,41 persen.
Dalam periode tiga tahun, harga saham INRU turun 25,62 persen, sedangkan dalam lima tahun terakhir tercatat ada peningkatan sebesar 0,85 persen. Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, harga saham mengalami penurunan sebesar 43,33 persen. Sejak awal tahun hingga saat ini, harga saham INRU turun 40,50 persen. Harga tertinggi saham INRU dalam 52 minggu terakhir mencapai Rp1235,00, sementara harga terendahnya adalah Rp350,00.
Kenaikan harga saham dalam waktu singkat seperti satu minggu dan satu bulan terakhir menunjukkan adanya sentimen positif dari investor terhadap saham INRU. Namun, penurunan signifikan dalam periode enam bulan hingga satu tahun terakhir mengindikasikan adanya tantangan besar yang dihadapi perusahaan, yang bisa terkait dengan kinerja operasional, kondisi pasar, atau isu-isu eksternal lainnya.
Hingga berita ini ditulis, saham INRU ditutup pada level Rp595 per lembar saham, mengalami kenaikan sebesar 5 poin atau 0,85 persen pada hari ini. Dalam perdagangan hari ini, harga saham sempat mencapai puncak tertinggi di level Rp600 dan terendah di Rp570. Pergerakan harga yang fluktuatif ini menunjukkan adanya dinamika yang cukup signifikan dalam transaksi saham INRU.
Kenaikan harga saham ini dapat menjadi indikasi bahwa meskipun perusahaan diterpa isu penculikan enam warga Sumut, sentimen pasar terhadap saham INRU masih menunjukkan optimisme. Investor tampaknya masih melihat potensi positif dari kinerja perusahaan ini meski dihadapkan pada tantangan eksternal.
Kinerja Keuangan INRU
Pendapatan bersih perusahaan juga menunjukkan dinamika yang signifikan. Pada kuartal pertama 2024, INRU mencatat kerugian sebesar Rp45 miliar, dibandingkan dengan kerugian Rp72 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, INRU mengalami kerugian bersih tahunan sebesar Rp398 miliar, dibandingkan dengan kerugian Rp319 miliar pada 2022.
Market cap atau kapitalisasi perusahaan tercatat sebesar Rp826 miliar dengan jumlah saham beredar sebanyak Rp1,39 miliar.
Valuasi dan Profitabilitas
Valuasi saham INRU menunjukkan bahwa rasio PE saat ini berada pada angka -4,62 untuk annualised dan -2,23 untuk trailing twelve months (TTM). Price to Sales (TTM) berada di angka 0,53, sementara Price to Book Value adalah 0,49. Price to Cashflow (TTM) tercatat sebesar 0,87 dan Price to Free Cashflow (TTM) sebesar 1,45. EV to EBITDA (TTM) berada di angka 22,49.
Rasio PE yang negatif menunjukkan perusahaan belum menghasilkan laba bersih positif dalam periode tertentu yang mengindikasikan kinerja keuangan yang kurang baik. Rasio Price to Sales dan Price to Book Value yang rendah menunjukkan saham INRU diperdagangkan dengan valuasi rendah relatif terhadap penjualan dan nilai buku perusahaan. Namun, EV to EBITDA yang tinggi menunjukkan beban utang perusahaan mungkin cukup besar dibandingkan dengan laba operasionalnya.
Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (TTM) adalah -4,86 persen, Return on Equity (TTM) sebesar -21,76 persen, Gross Profit Margin (Quarter) adalah 17,29 persen, Operating Profit Margin (Quarter) sebesar 2,68 persen, dan Net Profit Margin (Quarter) adalah -14,70 persen.
Return on Assets dan Return on Equity yang negatif menunjukkan perusahaan mengalami kerugian dan tidak mampu menghasilkan pengembalian positif atas aset dan ekuitasnya. Gross Profit Margin yang cukup tinggi menunjukkan perusahaan masih mampu menghasilkan margin kotor yang baik, namun margin operasional dan laba bersih yang negatif menunjukkan beban operasional dan keuangan masih sangat besar.(*)