Logo
>

Intip Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Intip Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar modal Indonesia diprediksi akan memperoleh dorongan positif jika Pilkada 2024 sukses dilaksanakan.

    Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi di Pilarmas Investindo Sekuritas, mengungkapkan bahwa Pilkada menjadi salah satu momen penting bagi pasar modal. Terlebih lagi, Pilkada tahun ini akan dilaksanakan serentak di seluruh pelosok tanah air.

    Dalam webinar ‘Telisik Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024’ yang digelar oleh Kabar Bursa pada Kamis, 22 Agustus 2024, Nico menyebutkan bahwa kondisi politik biasanya berdampak signifikan terhadap berbagai sektor. Misalnya, sektor kertas dan percetakan, tekstil dan pakaian, transportasi, telekomunikasi, manufaktur, hotel, restoran, serta jasa dan iklan.

    Data yang dihimpun timnya menunjukkan pola yang hampir serupa dari tahun 2004 hingga 2024. “Biasanya, pasar mengalami penurunan sebelum memasuki tahun pemilu. Penurunan ini kemudian diikuti oleh kenaikan dalam rentang waktu 3 hingga 5 bulan sebelum pemilu,” paparnya.

    Nico menjelaskan bahwa setelah periode kenaikan, biasanya terjadi fase 'wait and see' yang cenderung mengalami koreksi pada hari pemilu. Hal ini disebabkan oleh aksi ambil untung dan faktor-faktor lainnya. Setelah itu, pasar kembali mengalami kenaikan. “Fokus utama adalah agar pemilu dapat berjalan dengan aman, jujur, dan adil,” tambahnya.

    Menurut Nico, keberhasilan pemilu sangat krusial karena akan mendorong penguatan pasar. Tahun ini, ia berharap Pilkada menjadi pembeda signifikan. “Kami memperkirakan dampaknya terhadap GDP akan berkisar antara 0,6 persen hingga 1,3 persen,” ungkapnya.

    Di sisi lain, Nico juga membahas saham-saham yang memiliki potensi kuat menjelang Pemilu 2024. Ia merekomendasikan dua saham, yakni BBCA dan BMRI, untuk dikoleksi oleh para investor.

    “Untuk investasi jangka panjang, pilihlah saham-saham yang terus berkembang seperti BBCA dan BMRI. Kedua saham ini menawarkan pertumbuhan yang positif dan dividen yang menarik,” katanya.

    Meski begitu, Nico tidak menutup kemungkinan untuk mengoleksi saham lainnya. Ia menekankan pentingnya pengelolaan portofolio yang baik. “Jika tidak ada waktu untuk memantau portofolio setiap hari, lebih baik membeli saham-saham yang masuk kategori terus berkembang,” jelasnya.

    “Memang akan ada fluktuasi harga, tetapi dalam jangka waktu satu, dua, atau lima tahun, harga saham cenderung terus naik,” tambahnya.

    BBCA

    BBCA berhasil mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp850 triliun pada semester I 2024, mengalami peningkatan sebesar 15,5 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit ini diklaim melampaui rata-rata industri.

    Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa segmen kredit korporasi menunjukkan pertumbuhan paling signifikan per Juni 2024, dengan peningkatan 19,9 persen yoy menjadi Rp388,6 triliun. Kredit komersial mengalami pertumbuhan sebesar 7,9 persen yoy menjadi Rp127,8 triliun, sementara kredit usaha kecil dan menengah (UKM) naik 12,7 persen yoy mencapai Rp114,4 triliun.

    Menurut data BCA, portofolio kredit konsumer naik 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun, yang sebagian besar didorong oleh penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen yoy mencapai Rp126,9 triliun serta peningkatan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp62,1 triliun. Selain itu, outstanding pinjaman konsumer lainnya, yang sebagian besar berasal dari kartu kredit, tercatat meningkat 20,2 persen yoy mencapai Rp17,8 triliun.

    Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan juga menunjukkan pertumbuhan, dengan peningkatan sebesar 9,3 persen yoy mencapai Rp198 triliun per Juni 2024, yang setara dengan 23,2 persen dari total portofolio pembiayaan. Termasuk di dalamnya adalah investasi pada obligasi hijau serta kredit dengan skema sustainability linked loans.

    BCA juga menunjukkan komitmen dalam pembiayaan kendaraan bermotor listrik, dengan total pembiayaan mencapai sekitar Rp1,5 triliun per Juni 2024, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Peningkatan kualitas pinjaman BCA seiring dengan pertumbuhan kredit yang solid. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 6,4 persen pada semester I 2024, turun dibandingkan dengan 9 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat berada di angka 2,2 persen, dengan rasio pencadangan NPL dan LAR yang masing-masing berada pada level 190,2 persen dan 71,2 persen, dianggap memadai.

    BBCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp26,9 triliun sepanjang semester pertama 2024, meningkat sebesar 11,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy). Peningkatan laba ini didorong oleh ekspansi pembiayaan serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

    Kredit komersial juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,9 persen yoy menjadi Rp127,8 triliun, sedangkan kredit UKM naik 12,7 persen yoy menjadi Rp114,4 triliun.

    Portofolio kredit konsumer turut meningkat 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun, yang terutama didorong oleh penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen yoy mencapai Rp126,9 triliun, serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp62,1 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya, yang sebagian besar terdiri dari kartu kredit, tercatat naik 20,2 persen yoy mencapai Rp17,8 triliun.

    BMRI

    BMRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.532 triliun pada kuartal II 2024, mengalami peningkatan 20,5 persen secara tahunan (yoy), jauh melampaui rata-rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 12,36 persen.

    Menurut laporan keuangan, kinerja positif ini didorong oleh konsistensi Bank Mandiri dalam mengelola dua segmen kredit utamanya, yaitu wholesale dan retail. Di segmen retail, strategi pertumbuhan dijalankan melalui pendekatan ecosystem approach dan memanfaatkan sektor-sektor unggulan di setiap wilayah.

    Pada segmen korporasi, Bank Mandiri mencatatkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 29,7 persen yoy, mencapai Rp561 triliun pada kuartal II 2024. Pertumbuhan serupa juga tercatat di segmen komersial, yang meningkat 21,7 persen menjadi Rp262 triliun, dan di segmen konsumer yang naik 9,02 persen menjadi Rp116 triliun. Kredit untuk UMKM juga mengalami peningkatan 6,3 persen, mencapai Rp127 triliun.

    Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menegaskan bahwa segmen korporasi adalah kontributor utama bagi kinerja perusahaan sepanjang paruh pertama 2024.

    Penyaluran kredit investasi juga menunjukkan tren positif, didorong oleh pemulihan ekonomi yang meningkatkan permintaan kredit. Hingga akhir Juni 2024, total kredit investasi Bank Mandiri mencapai Rp528,69 triliun, tumbuh 24,32 persen yoy. Sektor manufaktur, perdagangan, dan jasa menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.