KABARBURSA.COM - Perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sedang aktif melakukan diversifikasi usaha. Salah satu langkah utamanya adalah pengembangan bisnis infrastruktur melalui anak perusahaannya, PT Chandra Daya Investasi (CDI), yang juga diproyeksikan untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) di bursa.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri, Suryandi, menyatakan bahwa diversifikasi bisnis Chandra Asri Group saat ini fokus pada sektor infrastruktur yang dikelola oleh CDI. "Kami melihat bahwa lini bisnis CDI memiliki prospek yang bagus," ujar Suryandi, dikutip Sabtu, 10 Agustus 2024.
Ia menjelaskan bahwa sektor infrastruktur memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan bisnis inti Chandra Asri di industri petrokimia. "Contohnya, dalam hal penyediaan listrik, setiap pabrik membutuhkan listrik, dan kini kami memiliki pasokan sendiri," jelasnya.
CDI menjalankan bisnis infrastruktur seperti jetty, listrik, dan air yang akan mendukung industri petrokimia. CDI juga mengelola salah satu dari dua Pembangkit Listrik Siklus Gabungan turbin gas di Indonesia.
Selain itu, CDI memiliki perusahaan patungan untuk pembangkit listrik ramah lingkungan berkapasitas 200 MW bersama Posco International. CDI juga menyediakan layanan penyewaan tangki perantara dan mengelola dermaga terintegrasi yang terletak di kawasan industri utama di Jawa.
Ke depan, CDI tidak hanya dikembangkan untuk mendukung bisnis inti petrokimia, tetapi juga akan merambah ke bisnis lain, seperti panel surya. "Kami juga mengembangkan bisnis di sektor lain, seperti solar panel," tambah Suryandi.
CDI ditargetkan untuk memberikan keuntungan jangka panjang yang stabil dan berkelanjutan bagi pemegang saham melalui bisnis infrastrukturnya. "CDI akan menjadi lini bisnis tersendiri dengan aliran pendapatan yang lebih stabil," jelas Suryandi.
Seiring dengan perkembangan CDI, TPIA juga berharap anak perusahaannya ini dapat melantai di bursa atau melakukan IPO. "Dengan perkembangan ini, kami melihat peluang lain yang bisa kami kembangkan dari CDI, termasuk opsi untuk mempublikasikannya," ujar Suryandi.
Curhat Kinerja Bisnis Petrokimia
Chandra Asri melakukan diversifikasi usaha sebagai respons terhadap penurunan kinerja bisnis petrokimia yang signifikan. Berdasarkan laporan keuangan, TPIA mencatatkan peningkatan kerugian bersih sebesar 7.999,65 persen menjadi USD47,46 juta pada semester I/2024, dibandingkan dengan kerugian USD568.000 pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Suryandi menjelaskan bahwa peningkatan kerugian ini disebabkan oleh penurunan margin produk petrokimia. "Margin industri ini sangat bergantung pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran," ujarnya.
Penurunan margin TPIA juga dipengaruhi oleh tingginya volume impor produk petrokimia, terutama dari China. Akibatnya, produksi TPIA tidak dapat berjalan optimal karena pasar lokal sudah dibanjiri produk impor. "Banyak produk impor yang masuk, terutama dari China dengan harga yang sangat murah," jelas Suryandi.
Ketua Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono, sebelumnya mengungkapkan bahwa pasokan bahan baku dan produk plastik saat ini didominasi oleh impor dari China.
“China sangat agresif membangun fasilitas produksi petrokimia selama pandemi Covid-19, namun permintaan domestik tidak cukup tinggi untuk menyerap seluruh produksi. Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan yang tidak bisa dihindari,” ungkap Fajar.
China juga menghadapi kesulitan dalam mengekspor produk bahan baku dan barang jadi plastik ke pasar utama seperti Amerika Serikat karena sanksi perang dagang, sehingga mereka mengalihkan ekspornya ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Produk plastik dan bahan baku dari China masuk dengan mudah karena eksportirnya mendapatkan insentif dari pemerintah setempat,” tambah Fajar.
Strategi Angkat Kinerja
Lebih lanjut, Suryandi mengungkapkan bahwa TPIA berhasil mencatatkan EBITDA positif sebesar USD18 juta. Menurutnya, meskipun menghadapi kondisi pasar global yang menantang dan melakukan pemeliharaan fasilitas operasional yang dijadwalkan (Turn Around Maintenance/TAM), perusahaan tetap mampu mempertahankan kinerja yang solid.
"Pemeliharaan rutin ini bertujuan untuk memastikan keandalan pabrik, keselamatan, dan kepatuhan terhadap peraturan. Proses perawatan melibatkan tim berpengalaman yang melakukan perbaikan kritis serta mengintegrasikan fasilitas baru guna mendukung pertumbuhan di masa depan," jelas Suryandi.
Dia menambahkan bahwa TPIA fokus pada penerapan strategi bisnis yang bertujuan mencapai pertumbuhan yang eksponensial dan berkelanjutan. Pada Mei 2024, Chandra Asri Group dan Glencore Plc (Glencore) menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi seluruh aset milik Shell Singapore Pte Ltd di Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP).
Entitas baru ini tengah berupaya mengakuisisi kilang dengan kapasitas 237.000 barel per hari, cracker etilena dengan kapasitas 1,1 juta metrik ton di Pulau Bukom, serta aset kimia tambahan di Pulau Jurong.
Suryandi berharap transaksi ini dapat selesai pada akhir 2024, meskipun masih tergantung pada persetujuan regulasi. Strategi ini diharapkan dapat memperkuat posisi dan kemampuan Chandra Asri Group di tingkat regional, meningkatkan daya saing, serta memperluas peluang bisnis di kawasan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.