KABARBURSA.COM – Jumlah investor yang memiliki saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami lonjakan dalam enam bulan terakhir. Berdasarkan laporan terbaru registrasi pemegang efek per 28 Februari 2025, jumlah pemegang saham BBCA meningkat dari 402.515 menjadi 432.148, atau naik sekitar 30 persen.
Peningkatan ini memunculkan spekulasi bahwa investor sedang mencari aset yang lebih stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global. BBCA dikenal sebagai salah satu saham perbankan paling defensif dengan fundamental kuat, likuiditas tinggi, serta daya tahan terhadap gejolak ekonomi. Masyarakat Non-Warkat Mendominasi.
Dalam laporan yang dirilis, kepemilikan saham oleh masyarakat dalam bentuk non-warkat (scripless) masih mendominasi. Dari total 123,27 miliar saham BBCA yang beredar, sekitar 42,40 persen dimiliki oleh masyarakat non-warkat. Sementara itu, saham berbentuk warkat (scripted) hanya mencakup sebagian kecil dari kepemilikan saham publik.
Selain itu, kepemilikan saham oleh pengendali dan afiliasi tetap stabil, dengan PT Dwimuria Investama Andalan—entitas yang dimiliki oleh konglomerat Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono—masih menguasai 54,94 persen saham BBCA.Investor Beralih ke Saham Perbankan?
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai bahwa pertumbuhan investor BBCA disebabkan oleh kinerja fundamental yang masih solid. Laba yang stabil serta peningkatan penyaluran kredit menjadi faktor utama yang membuat BBCA tetap menarik bagi investor.
“BBCA sebagai emiten perbankan big caps diperkirakan menjadi saham yang defensif. Meskipun saham perbankan secara umum mengalami koreksi, BBCA dengan volatilitas yang lebih rendah dibandingkan bank lainnya masih mampu bergerak positif dan menarik dari sisi investor,” ujar Herditya kepada Kabarbursa.com melalui telepon, Rabu 12 Maret 2025.
Dari sisi teknikal, ia mencermati bahwa dalam jangka pendek, saham BBCA masih memiliki ruang untuk terkoreksi. Namun, selama mampu bertahan di atas Rp8.425 per lembar sebagai level support, saham BBCA masih berpeluang menguat ke depan.
“Investor disarankan menerapkan strategi buy on weakness (BoW) dengan target harga di level Rp9.200 – Rp9.700 per lembar,” tambahnya.
Sinyal Investor Menghindari Risiko
Peningkatan jumlah investor BBCA mencerminkan pergeseran preferensi pasar terhadap saham dengan profil risiko rendah. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, investor cenderung memilih saham dengan kestabilan yang lebih tinggi.
BBCA termasuk dalam kategori tersebut karena memiliki rekam jejak yang kuat dalam menjaga kinerja keuangan yang solid, baik dari sisi pertumbuhan laba, kualitas aset, hingga efisiensi operasional.
Selain itu, sektor perbankan, terutama bank besar seperti BBCA, menjadi pilihan utama karena menawarkan return yang stabil dan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Kinerja Saham BBCA Tetap StabilSecara harga, saham BBCA tetap menunjukkan pergerakan yang relatif stabil dibandingkan dengan indeks sektor perbankan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah investor meningkat, minat beli masih terjaga dan tidak menimbulkan tekanan jual yang signifikan.
Dengan fundamental yang kuat dan kepercayaan investor yang terus meningkat, BBCA diperkirakan akan tetap menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin mengamankan asetnya di tengah volatilitas pasar. Namun, para analis juga mengingatkan bahwa meskipun stabil, valuasi BBCA saat ini sudah cukup tinggi, sehingga investor perlu mempertimbangkan strategi masuk yang tepat sebelum berinvestasi.
Catatan Laba Bersih
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp4,7 triliun pada Januari 2025, tumbuh 5,8 persen secara tahunan (YoY) dan naik 12 persen secara bulanan (MoM). Pencapaian ini setara dengan 7,7 persen dari estimasi laba konsolidasi BBCA untuk tahun 2025 berdasarkan konsensus analis.
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja, menjelaskan bahwa BBCA mencatatkan Net Interest Margin (NIM) bank only sebesar 5,91 persen pada Januari 2025, naik 20 basis poin (bps) dibandingkan Januari 2024, tetapi turun 12 bps dibandingkan Desember 2024.
“NIM bank only ini lebih baik dibandingkan guidance konsolidasi FY25 dari manajemen yang berada di kisaran 5,7–5,8 persen. Hasil ini didorong oleh peningkatan CASA Ratio menjadi 82,6 persen serta perpindahan asset mix dengan yield lebih tinggi,” jelas Rahmanto dikutip Kabarbursa.com, Senin, 17 Februari 2025.
Seiring dengan peningkatan NIM, Net Interest Income (NII) BBCA mencapai Rp6,7 triliun, tumbuh 6,7 persen YoY meskipun turun 1,6 persen secara bulanan. Sementara itu, pendapatan non-bunga (Non–Interest Income) naik 20 persen YoY, mendorong Pre–Provision Operating Profit (PPOP) BBCA pada Januari 2025 mencapai Rp6,4 triliun, tumbuh 12 persen YoY dan 27 persen MoM.
Kredit bank only BBCA pada Januari 2025 tumbuh sebesar 15 persen YoY, lebih tinggi dibandingkan Januari 2024 yang mencatat pertumbuhan 14,3 persen YoY dan Desember 2024 sebesar 13,6 persen YoY.
“Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dibandingkan guidance konsolidasi FY25 dari manajemen yang memproyeksikan pertumbuhan melandai ke kisaran 6–8 persen YoY,” tambah Rahmanto.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA tumbuh 3,9 persen YoY, dengan penurunan terjadi pada Time Deposits. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBCA tetap terjaga di level 79,7 persen, menunjukkan likuiditas yang masih cukup ample.
CoC Naik Imbas Efek Temporer
Credit Cost (CoC) bank only BBCA pada Januari 2025 naik menjadi 0,76 persen, lebih tinggi dibandingkan Januari 2024 yang tercatat 0,29 persen dan Desember 2024 yang berada di -0,61 persen.
“Kenaikan CoC ini lebih disebabkan oleh efek temporer berupa liburan panjang pada akhir Januari 2025. Biasanya, kinerja CoC pada bulan berikutnya akan mengalami pembalikan (reverse),” jelas Rahmanto.
Secara keseluruhan, kinerja BBCA di awal tahun 2025 masih menunjukkan fundamental yang kuat, dengan pertumbuhan kredit yang solid, NIM yang tetap sehat, serta likuiditas yang terjaga. Investor akan mencermati pergerakan CoC dalam beberapa bulan ke depan, guna melihat dampaknya terhadap profitabilitas bank sepanjang tahun ini.(*)