KABARBURSA.COM - NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) Research menyarankan investor dan trader untuk cermat memilih rotasi sektor yang diuntungkan.
NHKSI Research memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) divonis masih akan jalani konsolidasi ke arah Support 7520-7500 setelah gagal closing pekan lalu.
"Setidaknya kembali ke atas platform MA20 / 7750 up to MA10 / 7785 selaku Resistance terdekat, yang selama ini mendukung kenaikan IHSG dari awal Augustus," tulis NHKSI Research dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Senin, 30 September 2024.
Menurut NHKSI, secara mingguan IHSG masih mampu bukukan kenaikan tipis 0.08 persen namun didera oleh net sell asing yang massive sebesar -IDR 4.31T Net Sell (Regular Market).
NHKSI Research pun menyarankan para investor atau trader untuk cermat dalam memilih rotasi sektor yang diuntungkan oleh fundamental story.
"Atau lebih baik wait and see sambil menunggu IHSG mendarat di support yang solid untuk kembali buy on weakness," tulis NHKSI Research.
Adapun pada perdagangan Senin, 30 September 2024, IHSG dibuka melemah ke level 7, 672 atau turun sebesar 0,32 persen.
IHSG Pekan Ini Diramal Terpengaruh Modal Asia Timur
IHSG pekan depan juga diprediksi akan dipengaruhi modal Asia Timur. Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi para investor asing.
“Di samping indikasi profit taking, peningkatan appetite pasar terhadap pasar modal Asia Timur turut menekan IHSG sejalan dengan net sell investor asing signifikan dalam beberapa hari perdagangan terakhir,” tulis analisa Phintraco Sekuritas, Minggu, 29 September 2024.
Adapun stimulus-stimulus moneter di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Tiongkok, dinilai belum berdampak pada sektor manufaktur dalam negeri di bulan September 2024 ini. Adapun Indeks Manufaktur Indonesia diperkirakan masih berada di level 49.5 pada September ini.
“Indeks manufaktur Indonesia diperkirakan berada di 49.5 di September 2024, naik terbatas dari 48.9 di Agustus 2024,” tulis Phintraco.
Selanjutnya, harga-harga terindikasi mengalami kenaikan di September 2024 dari kenaikan inflasi inti ke 2,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) di September 2024 dari 2,02 persen yoy di Agustus 2024.
Sementara pada penutupan indeks-indeks Wall Street Jumat, 26 September 2024, berakhir beragam. Meski demikian, DJIA (+0.33 persen) berhasil membukukan level tertinggi baru di akhir pekan kemarin.
Adapun sentimen lainnya berasal dari indikasi perlambatan inflasi dari penurunan Personal Consumption Expenditure (PCE) ke 2,2 persen yoy di Agustus 2024 dari 2,5 persen yoy di Juli 2024.
“Data ini memvalidasi agresivitas pemangkasan suku bunga the Fed dalam FOMC terakhir,” jelasnya.
Prediksi IHSG Hingga Akhir Tahun 2024
Pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia bisa berdampak terhadap IHSG. Mirae Asset Sekuritas memperkirakan dengan adanya pemotongan suku bunga acuan itu, memproyeksikan IHSG berada di level 7.915 hingga akhir 2024.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina mengatakan target IHSG yang diusung pada September 2024 itu mengalami kenaikan jika dibandingkan target sebelumnya yakni 7585.
“Faktor yg bisa membuat IHSG ke level 7915 terakait dengan pemangkasan suku bunga, baik dari The Fed maupun BI,” ujar dia kepada media beberapa waktu lalu.
Selain pemangkasan suku bunga, Martha melihat kenaikan IHSG tersebut juga ditopang dengan adanya event besar di akhir tahun ini yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
“Kemudian optimisme kepada pemerintahan baru, lalu di semester II pertumbuhan ekonomi lebih bagus karena ada event besar, Pilkada, dan didukung oleh nilai tukar yang stabil,” tuturnya.
BI Rate Dipangkas, Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan keputusan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran 2,5±1 persen.
“Penurunan BI Rate telah sesuai dengan stabilitas nilai tukar rupiah, perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.
BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.
Selain itu, Perry menyebutkan, bahwa BI juga terus memantau peluang untuk menurunkan suku bunga kebijakan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.(*)