KABARBURSA.COM - Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak September 2019. Pemangkasan suku bunga ini diperkirakan akan dilakukan pada minggu ini, menandai akhir dari siklus kenaikan suku bunga tercepat yang dimulai setelah pandemi Covid-19. Siklus kenaikan ini sebelumnya dilakukan sebagai respons terhadap lonjakan inflasi yang signifikan. Dikutip dari CNBC, Rabu (5/6/2024), keputusan ECB untuk memotong biaya pinjaman di zona Eropa ini telah menarik perhatian investor.
Namun, fokus utama investor kini beralih pada langkah-langkah yang akan diambil setelah pemotongan suku bunga Juni ini oleh lembaga yang berpusat di Frankfurt, Jerman tersebut. Tampaknya tidak ada keraguan mengenai kebijakan pemangkasan suku bunga pada 6 Juni 2024, meskipun ada kejutan kenaikan indeks harga konsumen harmonis (HICP) pada Mei 2024. Yang memungkinkan ECB untuk berargumen bahwa pemangkasan ini konsisten dengan fungsi reaksinya, dengan pertanyaan yang tersisa adalah langkah apa yang akan diambil setelah Juni 2024. Inflasi kawasan Uni Eropa pada Mei 2024 tercatat sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan dengan inflasi indeks harga konsumen (IHK) sebesar 2,6 persen dan inflasi inti sebesar 2,9 persen.
Selain itu, pertumbuhan upah yang dinegosiasikan, yang diawasi ketat oleh ECB, kembali meningkat pada kuartal I 2024 menjadi 4,7 persen setelah mencapai 4,5 persen pada kuartal IV 2023. Meskipun pemangkasan suku bunga lain pada Juli tidak dapat dikesampingkan, komentar terbaru dari para pembuat kebijakan ECB menunjukkan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Anggota dewan ECB, Isabel Schnabel melihat bahwa beberapa elemen inflasi terbukti persisten, terutama inflasi domestik, dan layanan khususnya. Selain itu, ECB akan berhati-hati agar inflasi tidak bergerak terlalu cepat karena ada risiko memotong suku bunga terlalu cepat.
Langkah ECB dalam menavigasi kebijakan suku bunga ke depan akan menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi di zona euro. Terutama mengingat perbedaan antara kebijakan suku bunga ECB dan Federal Reserve AS yang juga menjadi perhatian utama. Kebijakan Fed yang cenderung "lebih tinggi lebih lama" dapat memiliki implikasi kuat pada nilai tukar euro-dollar AS, yang pada gilirannya mempengaruhi inflasi melalui harga barang dan jasa impor.
Selain itu, kebijakan ECB juga akan memperhitungkan pertumbuhan upah yang bisa berdampak pada inflasi dan stabilitas ekonomi. Pertumbuhan upah yang terus meningkat dapat memicu inflasi yang lebih tinggi jika tidak diimbangi dengan kebijakan moneter yang tepat.
Namun, kebijakan pemangkasan suku bunga ECB juga harus diimbangi dengan kehati-hatian agar tidak memicu kenaikan inflasi yang tidak terkendali. ECB perlu memastikan bahwa langkah-langkah kebijakan yang diambil selaras dengan kondisi ekonomi dan kondisi pasar saat ini.
Selain itu, ECB juga perlu mempertimbangkan dampak dari kebijakan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di zona euro. Pemangkasan suku bunga dapat merangsang investasi dan konsumsi, yang pada gilirannya dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, ECB juga harus berhati-hati agar tidak mengorbankan stabilitas keuangan dan mengakibatkan gejolak di pasar keuangan. Oleh karena itu, langkah-langkah kebijakan harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan disertai dengan komunikasi yang jelas kepada pasar dan masyarakat.
Dengan demikian, langkah ECB dalam pemangkasan suku bunga akan menjadi sangat penting dan harus dipertimbangkan dengan cermat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan di zona euro.
Sebelum September 2019, Bank Sentral Eropa (ECB) telah menjalankan kebijakan suku bunga yang sangat akomodatif sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang lemah di zona euro. ECB telah menetapkan suku bunga referensi di level yang rendah, bahkan negatif, untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi ke target yang diinginkan.
Seiring dengan berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi zona euro, ECB telah melakukan sejumlah pemangkasan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi risiko deflasi. Pada Maret 2016, ECB bahkan menurunkan suku bunga menjadi negatif, dengan suku bunga deposito dikenakan biaya sebesar 0,4 persen, yang merupakan langkah yang cukup tidak lazim dalam kebijakan moneter.
Selain pemangkasan suku bunga, ECB juga meluncurkan serangkaian program stimulus moneter, termasuk program pembelian obligasi, yang bertujuan untuk menurunkan suku bunga jangka panjang, memperkuat neraca bank, dan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan.
Selama periode ini sebelum 2019, kebijakan ECB secara umum bertujuan untuk mengatasi krisis utang zona euro, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mendukung pencapaian target inflasi ECB, yang secara resmi ditetapkan di bawah 2 persen.
Meskipun kebijakan ECB sebelum September 2019 terutama berfokus pada pemangkasan suku bunga dan program stimulus moneter, bank sentral juga terlibat dalam upaya-upaya lain untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan di zona euro, termasuk dalam pengaturan dan pengawasan bank-bank di wilayah tersebut.(*)