Logo
>

Investor Puyeng Gara-gara 10 Saham Jeblok

Ditulis oleh KabarBursa.com
Investor Puyeng Gara-gara 10 Saham Jeblok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sejumlah investor sedang tak baik-baik saja. Penyebabnya, 10 saham di mana mereka menginvestasikan modalnya sedang jeblok. Harga sahamnya terjungkal dari 15 persen hingga 28 persen dalam sepekan.

    Bahkan, saham-saham tersebut masuk daftar top losers.

    Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Perma Plasindo Tbk (BINO) tercatat sebagai saham dengan kerugian paling parah, anjlok sebesar 28,2 persen dan memimpin top losers selama pekan ini. Harganya pun melorot menjadi Rp224 dari Rp312 pada pekan lalu.

    Berikutnya adalah saham PT Pakuan Tbk (UANG) turun 25,7 persen menjadi Rp735, dan PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) turun 22,8 persen menjadi Rp216.

    Berikutnya adalah PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) turun 21,8 persen menjadi Rp372, dan PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) anjok 21,4 persen menjadi Rp256.

    Saham-saham lainnya yakni PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART) turun 19,7 persen, PT Inter Delta Tbk (INTD) 19,3 persen, PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) 18,5 persen, PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) 16,9 persen, dan PT Tera Data Indonusa Tbk (AXIO) turun 15,7 persen.

    Sementara itu, pada periode yang sama, kapitalisasi pasar bursa naik sebesar 1,3 persen menjadi Rp13.390 triliun dari Rp13.217 triliun pada pekan lalu. Angka ini membuat kapitalisasi pasar kembali mengukir rekor tertinggi sepanjang masa.

    Dengan begitu, ini merupakan pemecahan rekor kapitalisasi BEI dalam lima minggu berturut-turut. Sebab, rekor kapitalisasi pasar sebelumnya terjadi pada pekan lalu di level Rp13.217 triliun.

    Kenaikan juga terjadi pada Indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 1,1 persen ke level 7.812,1 dari 7.721,8 pada penutupan pekan lalu.

    IHSG juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) pada Jumat, 13 September 2024 kemarin. Sedangkan rekor sebelumnya terjadi pada Kamis, 12 September 2024 di level 7.798.1.

    Rata-rata nilai transaksi harian melonjak 40,1 persen menjadi Rp14,98 triliun dari Rp10,69 triliun pada pekan lalu. Hal serupa juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian yang naik sebesar 1,6 persen menjadi 1,14 juta kali dari 1,12 juta kali pada pekan lalu. Sedangkan rata-rata volume transaksi harian naik 10,79 persen menjadi 23,3 miliar saham dari 21,9 miliar saham.

    Pada perdagangan Jumat kemarin, investor asing mencatatkan transaksi beli bersih (net buy) sebesar Rp17,95 triliun. Hal itu membuat nilai beli asing (net buy) investor asing sepanjang tahun berjalan ini melesat menjadi Rp51,4 triliun.

    Saham yang Paling Menguntungkan

    Kondisi berbeda dialami 10 saham lainnya, yaitu meraih keuntungan signifikan dalam sepekan dari 30 persen hingga 134 persen selama sepekan (9-13 September 2024). Dan, saham-saham tersebut menduduki top gainers.

    Mengutip data dari BEI, saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) catatkan keuntungan paling besar, yaitu naik sebesar 134 persen. Harganya menjadi Rp4.330 dari Rp1.850 pada pekan lalu.

    Selanjutnya saham PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) yang mengalami kenaikan 78,5 persen menjadi Rp240, kemudian PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) sebesar 71,8 persen menjadi Rp 605.

    Berikut PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) naik sebesar 45,2 persen menjadi Rp218, dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) 41,1 persen menjadi Rp58.100.

    Dan, saham PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) naik 39,1 persen menjadi Rp160, PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) 38,5 persen menjadi Rp230, PT Ifishdeco Tbk (IFSH) 38,1 persen menjadi Rp1.105, PT Indointernet Tbk (EDGE) 34,7 persen, dan PT Remala Abadi Tbk (DATA) 30,6 persen menjadi Rp640.

    ESG Jadi Kunci dapatkan Laba Menggiurkan

    Ekonom senior Ryan Kiryanto, menilai penerapan prinsip environmental, social dan governance (ESG) berdampak kepada profit perusahaan. Profit tersebut digaransi oleh prinsip ESG yang dikerjakan dengan baik.

    "Di Belanda dan di negara-negara maju korporasi-korporasi swasta atau private sector berlomba-lomba menerapkan ESG seoptimal mungkin," kata Ryan, beberapa waktu lalu, seperti dikutip Kabar Bursa, Minggu, 15 September 2024.

    Oleh karena itu, ada beberapa lembaga yang berperan untuk menilai prinsip ESG yang diterapkan oleh pemerintah seperti Fitch Rating Services, sementara di Indonesia ada Yayasan Kehati.

    "Itu semua adalah lembaga yang bertugas melakukan assessment untuk menilai apakah entitas ini telah menerapkan ESG apa belum. Nanti akan ada skor, semakin rendah skor semakin rendah risiko atau istilahnya low risk," kata Ryan.

    Semakin rendah tingkat risiko akibat dari penerapan ESG maka saham perusahaan tersebut semakin dicari-cari investor. Pemodal itu, ujar dia, mencari emiten-emiten perusahaan yang sudah komplai dengan prinsip ESG.

    Karena perusahaan tersebut sudah teruji dalam hal kemampuan membukukan laba, kemampuan cashflow, repayment capital akan lancar. Hal inilah yang menurutnya BBRI dapat mencatatkan untung hampir 30 triliun. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi