Logo
>

IPO PJBH: Apakah Lonjakan Laba Menjamin Layar Tetap Kembang?

Lonjakan laba empat digit menjelang IPO membuat PJBH tampak mengesankan, tapi di baliknya, pendapatan stagnan dan marjin menipis menguji seberapa kuat fondasi bisnis pelayaran ini.

Ditulis oleh Yunila Wati
IPO PJBH: Apakah Lonjakan Laba Menjamin Layar Tetap Kembang?
Armada PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk. Foto: Dok Perusahaan.

KABARBURSA.COM – Menjelang pencatatan perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 6 November 2025, PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk (PJBH) hadir dengan wajah ganda. Laporan laba tampak melesat empat digit, tetapi operasionalnya justru mulai kehilangan tenaga. 

Emiten pelayaran ini akan menjadi perusahaan ke-24 yang melantai di BEI tahun ini, dengan target menghimpun dana segar Rp158,4 miliar dari penawaran umum perdana (IPO) sahamnya.

Namun di balik angka-angka fantastis itu, muncul pertanyaan penting, apakah pertumbuhan laba yang meledak 1.113,82 persen itu benar-benar mencerminkan kekuatan fundamental? Atau angka-angka itu sekadar efek akuntansi dan efisiensi sementara, sebelum menghadapi realita bisnis pelayaran yang keras?

PJBH diketahui menawarkan 480 juta saham baru dengan harga Rp330 per saham, yang merupakan batas atas dari rentang penawaran. Antusiasme penetapan di harga tertinggi ini menggambarkan optimisme awal, tapi sekaligus mengandung risiko ekspektasi pasar yang berlebihan.

Secara kasat mata, performa keuangan per April 2025 memang terlihat spektakuler. Laba bersih komprehensif, melonjak dari Rp7,58 miliar menjadi Rp91,99 miliar. Secara kalkulasi, ada kenaikan luar biasa sebesar 1.113,82 persen. 

Namun, lonjakan itu tidak ditopang kenaikan pendapatan, melainkan lebih karena penurunan beban pokok dan kemungkinan adanya non-recurring gain atau keuntungan insidental yang belum tentu berulang.

Faktanya, pendapatan PJBH justru turun tipis 1,8 persen, dari Rp18,38 miliar menjadi Rp18,05 miliar. Secara operasional, laba usaha anjlok sebanyak 15,01 persen menjadi Rp5,84 miliar, dan laba sebelum pajak turun 22,11 persen menjadi Rp6,11 miliar. 

Artinya, inti bisnis pelayaran, yang seharusnya mencerminkan kekuatan fundamental, belum menunjukkan perbaikan nyata.

IPO di Tengah Margin yang Menyempit

Di saat perusahaan pelayaran lain tengah menghadapi fluktuasi harga bahan bakar dan biaya logistik global yang meningkat, PJBH justru memilih ekspansi agresif lewat IPO. Seluruh dana hasil penawaran akan digunakan untuk pembangunan tiga kapal baru tipe Landing Craft Tank (LCT).

Secara kasat mata, ini menjadi strategi yang terlihat logis untuk memperbesar kapasitas, namun juga berisiko menekan arus kas jika utilisasi kapal tidak optimal.

Rencana ini menggambarkan ambisi ekspansi yang besar, tetapi dengan profil pendapatan yang stagnan, langkah ini bisa menjadi dua sisi mata uang, antara peluang pertumbuhan di satu sisi dan tekanan biaya pada sisi lain.

PJBH menempatkan PT Pilarmas Investindo Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dengan kesanggupan penuh (full commitment). Artinya, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memberi jaminan terhadap keberhasilan IPO, namun tidak otomatis menjamin performa sahamnya di pasar sekunder.

Selain saham baru, PJBH juga menerbitkan 240 juta Waran Seri I, dengan rasio 1 waran untuk setiap 2 saham baru. Waran ini dapat dieksekusi enam bulan setelah penerbitan, dengan harga pelaksanaan yang sama, yakni Rp330 per saham. 

Jika seluruh waran dikonversi, potensi tambahan dana sekitar Rp79,2 miliar bisa masuk ke kas perusahaan.

Namun, keberadaan waran juga berarti potensi dilusi kepemilikan hingga 16,67 persen. Dalam jangka pendek, ini mungkin menekan pergerakan harga saham karena investor memperhitungkan potensi bertambahnya jumlah saham beredar di tahun depan.

Kekuatan Branding vs Realitas Operasional

PJBH mungkin akan mendapatkan sentimen positif awal karena membawa narasi “pelayaran baru” di tengah momentum kebangkitan sektor logistik maritim nasional. Namun data menunjukkan, secara operasional, marjin usaha justru menurun, dan pendapatan stagnan.

Lonjakan laba bersih yang ekstrem ini bisa jadi lebih disebabkan oleh efisiensi akuntansi atau penyesuaian laporan keuangan, bukan pertumbuhan organik. Investor yang jeli perlu berhati-hati membaca sinyal ini, karena pasar sering kali menghukum valuasi yang tumbuh lebih cepat daripada fondasi bisnisnya.

Dengan kondisi demikian, IPO PJBH mungkin lebih menggambarkan optimisme ekspansi daripada kekuatan fundamental.

Jika IPO ini berjalan sesuai harapan dan dana berhasil terserap penuh, PJBH akan memiliki tambahan modal untuk memperkuat armadanya. Namun, tantangan berikutnya menjadi lebih berat, bahwa PJBH harus memastikan kapal-kapal baru itu benar-benar menghasilkan pendapatan yang berulang dan menekan biaya operasional yang fluktuatif.

Pasar akan menilai bukan dari cerita IPO-nya, tetapi dari kinerja kuartal pertama pasca-listing. Nantinya, yang pasar tanyakan adalah apakah pertumbuhan laba yang luar biasa bisa dipertahankan, atau justru kembali ke level normal.

Dengan kata lain, lonjakan laba boleh membuat layar terkembang, tapi tanpa pendapatan yang kuat dan efisiensi operasional yang nyata, angin pasar bisa cepat berubah arah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79