Logo
>

Ironi BREN 'Biang Kerok' IHSG Anjlok

Ditulis oleh KabarBursa.com
Ironi BREN 'Biang Kerok' IHSG Anjlok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) jatuh ke papan pemantauan khusus setelah terkena suspensi dua kali pada bulan Mei. Saham milik konglomerat Prajogo Pangestu ini langsung menyentuh level auto rejection bawah (ARB), anjlok 10 persen ke posisi Rp 10.125 per saham.

    Sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), pelemahan BREN membawa dampak signifikan terhadap IHSG. Meskipun terpuruk, BREN tetap berada di posisi puncak dengan market cap Rp 1.355 triliun.

    Ironi muncul ketika BREN baru saja masuk ke dalam FTSE Global Equity Index kategori Large Cap yang akan efektif pada 24 Juni 2024. Kondisi BREN di papan pemantauan khusus bisa menghalangi masuknya capital inflow dari rebalancing indeks tersebut.

    Pada perdagangan Rabu, terjadi aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,66 triliun dari investor asing. Secara year to date, nilai net sell mencapai Rp 4,99 triliun.

    Selain BREN, tekanan terhadap IHSG juga datang dari saham-saham big caps lainnya yang turut ambruk. Saham empat big bank (BBCA, BBRI, BMRI, BBNI) serta PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII) ikut tersungkur. Di sisi lain, kurs rupiah kembali melemah, turun ke level Rp 16.160 per dolar Amerika Serikat (AS).

    Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, menyatakan pelemahan IHSG dipengaruhi oleh sentimen domestik dan eksternal, seperti kebijakan suku bunga acuan, pelemahan kurs rupiah, sentimen geopolitik, kenaikan yield US Treasury, dan antisipasi terhadap data inflasi AS serta kenaikan inflasi di Australia. Irvan menilai pelemahan IHSG masih merupakan turbulensi wajar sebagai respons atas perkembangan pasar.

    CEO Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra, melihat tekanan jual yang terjadi berpotensi membuat IHSG terkoreksi lebih dalam. Guntur menyoroti kontribusi dari pelemahan kurs rupiah yang mempengaruhi sentimen investor dan menyebabkan capital outflow yang lebih besar. "Rupiah masih berpotensi terkoreksi ke level Rp 16.300-Rp 16.500 per dolar AS," katanya dikutip Kamis 30 Mei 2024.

    Pengamat pasar modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, menambahkan bahwa efek pelemahan kurs rupiah cenderung terbatas karena pasar sudah lebih mengantisipasi. "Tekanan IHSG lebih disebabkan oleh berjatuhannya saham big caps yang memiliki bobot besar terhadap IHSG," jelasnya.

    Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menyoroti saham BREN yang memunculkan persepsi negatif di kalangan investor. "Pelaku pasar untuk lebih aware dan tanggap terhadap berbagai sentimen yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar," kata dia.

    Head of Research Syailendra Capital, Rizki Jauhari, menyarankan agar pelaku pasar lebih selektif dalam memilih saham, dengan mempertimbangkan prospek dan sentimen yang sedang mengiringi setiap sektor serta mengevaluasi kinerja laba emiten setiap kuartalnya.

    Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, memberikan saran serupa. Pada akhir bulan Mei ini, pasar saham dikelilingi berbagai sentimen negatif yang akan membawa IHSG bergerak di area support 7.000 dan resistance 7.300. Martha menyarankan wait and see terlebih dahulu, sambil melirik saham emiten yang memiliki kinerja cemerlang pada kuartal I-2024.

    William turut menyarankan wait and see dan tidak perlu reaktif berlebihan. Belum perlu terburu-buru membeli saham dengan alasan diskon, karena ketika diskon diiringi oleh sentimen negatif maka terburu-buru beli bisa menjadi kesalahan fatal, tandas William.

    Selama hampir sebulan terakhir, saham-saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, termasuk PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), menjadi pendorong utama IHSG. Dibandingkan dengan harga terendah pada 15 Januari 2024, saham BREN sudah melonjak lebih dari dua kali lipat, tepatnya 153,95 persen, mencapai level Rp 11.250. Lonjakan ini membuat kapitalisasi pasar BREN kini mencapai yang tertinggi di bursa, yakni Rp 1.501,75 triliun.

    Langkah Pengawasan BEI

    Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kristian Manullang, menyatakan bahwa BEI melakukan pengawasan untuk melindungi investor, termasuk aktivitas pasar yang tidak biasa (UMA), suspensi pada dua sesi, dan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut.

    "Jika tindakan pengawasan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut dibuka atas saham tertentu, maka saham tersebut akan masuk papan pemantauan khusus selama satu bulan," ujarnya pada awak media Selasa 28 Mei 2024 lalu.

    Menurutnya, pengawasan ini bukan merupakan sanksi terhadap saham tertentu, melainkan tindakan untuk mendukung perlindungan investor. UMA dilakukan sebelum suspensi cooling down dan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut.

    "Investor perlu mempertimbangkan keputusan investasinya dengan mendapatkan informasi sebanyak yang diperlukan terhadap saham-saham yang dikenakan tindakan pengawasan bursa, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham tersebut," jelasnya.

    BREN Masuk FTSE Global Equity Index

    Kembalinya gairah saham-saham Prajogo dipicu oleh kabar bahwa saham BREN resmi masuk ke dalam FTSE Global Equity Index, kategori large cap untuk periode Juni 2024. Indeks FTSE Global Equity adalah indeks bergengsi yang digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi, mencakup 19.000 perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar besar, menengah, kecil, dan mikro di 49 negara termasuk pasar berkembang.

    Namun, proyeksi masuknya BREN ke dalam FTSE Global Equity Index masih dapat berubah karena FTSE dapat merevisi komposisi saham hingga penutupan perdagangan pada 7 Juni mendatang. FTSE Russell mengumumkan rebalancing indeks FTSE Global Equity Series dengan memasukkan BREN, yang akan berlaku per penutupan Jumat, 21 Juni 2024 dan efektif pada Senin, 24 Juni 2024.

    Namun, saham BREN kemudian langsung disuspensi oleh BEI. Sebelumnya, saham BREN juga disuspensi pada 3 Mei 2024 akibat peningkatan harga kumulatif yang signifikan, menjadikannya suspensi kedua tahun ini.

    Sejak listing, pergerakan harga saham BREN sangat volatil. Setelah meroket drastis dalam dua bulan mencapai Rp 8.000 per lembar, harga saham kemudian anjlok hingga Rp 4.000 per lembar, turun lebih dari 50 persen. Meski demikian, dalam tiga bulan terakhir ini, harga saham BREN kembali bangkit dan mencapai rekor tertinggi sejak IPO.

    Ironi saham BREN mencerminkan volatilitas pasar dan tantangan yang dihadapi investor dalam mengambil keputusan investasi. Lonjakan harga yang dramatis, diikuti oleh penurunan tajam, menunjukkan betapa pentingnya pengawasan dan evaluasi mendalam terhadap saham-saham dengan pergerakan harga yang ekstrem. Dengan masuknya BREN ke dalam indeks global dan langkah-langkah pengawasan yang diterapkan oleh BEI, investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pergerakan saham.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi