Hasil survei yang dilakukan oleh CSIS pada tahun 2019 dan 2023 menunjukkan bahwa meskipun lanskap demografis Indonesia menjadi lebih muda, lingkungan hidup dan perubahan iklim belum menjadi pertimbangan utama bagi pemilih. Isu-isu tradisional seperti ekonomi tetap mendominasi perhatian pemilih.
Peneliti di departemen hubungan internasional CSIS M Habib Abiyan menyebutkan isu lingkungan masih menjadi prioritas terendah terutama jika dibandingkan dengan isu ekonomi. "Perubahan demografis tampaknya tidak mempengaruhi preferensi masyarakat, sehingga tidak memberikan insentif elektoral kepada politisi untuk memprioritaskan isu lingkungan," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Meskipun begitu, Habib menarik perhatian pada kenyataan bahwa para kandidat Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024 tetap membicarakan isu lingkungan, meskipun tidak ada insentif elektoral yang jelas. "Hal menarik adalah meskipun tidak berkaitan langsung dengan elektabilitas, beberapa calon masih membahas isu lingkungan dan perubahan iklim dengan berbagai pendekatan," ujarnya.
Habib mencatat bahwa Capres nomor satu menyoroti tata kelola, sementara Capres nomor dua fokus pada aspek ekonomi terutama dalam konteks kawasan ekonomi berbasis hijau. Di sisi lain, Capres nomor tiga menekankan pentingnya penegakan hukum dan demokrasi, yang tercermin dalam adopsi klausul khusus tentang perlindungan aktivis lingkungan hidup.
"Dalam debat pertama, kedua, dan ketiga, meskipun bukan fokus utama, isu lingkungan dan perubahan iklim tetap disinggung oleh beberapa kandidat," tambah Habib.
Habib menyoroti dua hal penting. Pertama, bahwa respons politisi terhadap isu lingkungan sangat tergantung pada insentif dari masyarakat. Jadi, selama masyarakat tidak memprioritaskan isu lingkungan, politisi cenderung tidak akan mengangkatnya sebagai kebijakan strategis.
Kedua, pentingnya konsistensi Indonesia dalam melakukan reformasi terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim agar mendapatkan dukungan dan pembiayaan internasional. "Misalnya, dengan mengalihkan penggunaan energi dari sumber tidak bersih menjadi energi terbarukan, atau dengan melakukan penanaman hutan sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim," kata Habib.
"Selama Indonesia belum konsisten dalam reformasi lingkungan, investasi dan pembiayaan internasional cenderung tidak akan masuk ke dalam negeri," tegas Habib.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.