Logo
>

Isu Lingkungan Belum Jadi Prioritas Bagi Ketiga Capres

Ditulis oleh KabarBursa.com
Isu Lingkungan Belum Jadi Prioritas Bagi Ketiga Capres

Poin Penting :

KABARBURSA.COM-Isu lingkungan dan perubahan iklim telah menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun para calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024 turut membicarakannya, namun kritik dilontarkan oleh aktivis hingga peneliti lingkungan.

Dalam diskusi daring yang dihadiri oleh puluhan jurnalis dan pakar lingkungan tersebut, berbagai isu lingkungan terkait para calon pemimpin Indonesia masa depan dibahas dalam webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan BBC Media Action pada Kamis, 8 Februari 2024.

Artis sekaligus Aktivis Lingkungan Nadien Chandrawinata yang didapuk sebagai pembicara menyatakan bahwa keanekaragaman hayati dan keanekaragaman satwa menjadi perhatian penting yang seharusnya dibahas oleh ketiga kandidat. Dia menyoroti tingginya angka pemburuan ilegal yang masih terjadi namun tidak diangkat dalam pembicaraan politik.

Nadine menggarisbawahi pentingnya aksi bersama dalam menangani isu lingkungan. Menurutnya, bukan hanya tanggung jawab NGO atau LSM, melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat dunia. "Indonesia, sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap bencana alam, harus memperhatikan isu lingkungan ini secara serius untuk menghindari dampak yang lebih buruk di masa depan," ungkapnya.

Nadine juga menekankan perlunya perbaikan dalam manajemen sampah, terutama di tingkat rumah tangga. Menurutnya, pengelolaan sampah yang lebih baik di setiap rumah dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi masalah sampah yang ada. "Namun, sayangnya, hal ini tidak diangkat secara tegas oleh ketiga kandidat baik di perkotaan maupun di pedesaan," kata dia.

Sebagai saran, Nadine menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi antara pemerintah dengan NGO dalam menangani isu lingkungan. "Setiap calon yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden nanti memiliki strategi yang lebih spesifik dan konkret mengenai tindakan yang akan diambil untuk mencapai perubahan yang diinginkan," jelasnya.

Nadien juga menyampaikan kekecewaannya terhadap minimnya perbincangan tentang isu lingkungan oleh para calon presiden dan wakil presiden dalam debat Pemilu 2024 yang baru-baru ini berlangsung. Meskipun para calon presiden menyadari bahwa isu lingkungan merupakan topik yang menarik bagi pemilih, namun mereka belum sepenuhnya memanfaatkannya dengan optimal.

"Saya merasa kecewa karena mereka tidak membahas perlindungan satwa sama sekali. Padahal, kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki kekayaan satwa yang luar biasa," ungkapnya.

Nadine menegaskan perlunya terus mendorong perlindungan terhadap satwa liar dan asli Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap agar siapapun calon yang terpilih nanti dapat memberikan perhatian serius terhadap isu ini. "Para calon terpilih juga sebaiknya bekerjasama dengan para aktivis lingkungan yang telah lama terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan," tukasnya.

"Tentu saja, teman-teman di lapangan memiliki pemahaman yang mendalam, sehingga sangat penting untuk melibatkan mereka dalam pembuatan kebijakan strategis untuk lingkungan," tambah dia.

Lebih lanjut, Aktivis dan pengacara hukum lingkungan Tiza Mafira namanya sempat meroket berkat gerakan diet kantong plastik, menyampaikan pandangannya dalam green webinar, lebih menyoroti tentang transisi energi. Sebagai Direktur Climate Policy Initiative (CPI), Tiza menekankan bahwa ketiga calon presiden memiliki visi dan misi lingkungan dalam program mereka.

"Dari ketiganya terlihat jelas bahwa isu lingkungan menjadi fokus utama. Mereka secara konsisten membicarakan perubahan iklim dalam berbagai sesi, menunjukkan sensitivitas yang tinggi terhadap masalah lingkungan," ujarnya.

Survei CSIS

Hasil survei yang dilakukan oleh CSIS pada tahun 2019 dan 2023 menunjukkan bahwa meskipun lanskap demografis Indonesia menjadi lebih muda, lingkungan hidup dan perubahan iklim belum menjadi pertimbangan utama bagi pemilih. Isu-isu tradisional seperti ekonomi tetap mendominasi perhatian pemilih.

Peneliti di departemen hubungan internasional CSIS M Habib Abiyan menyebutkan isu lingkungan masih menjadi prioritas terendah terutama jika dibandingkan dengan isu ekonomi. "Perubahan demografis tampaknya tidak mempengaruhi preferensi masyarakat, sehingga tidak memberikan insentif elektoral kepada politisi untuk memprioritaskan isu lingkungan," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Meskipun begitu, Habib menarik perhatian pada kenyataan bahwa para kandidat Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024 tetap membicarakan isu lingkungan, meskipun tidak ada insentif elektoral yang jelas. "Hal menarik adalah meskipun tidak berkaitan langsung dengan elektabilitas, beberapa calon masih membahas isu lingkungan dan perubahan iklim dengan berbagai pendekatan," ujarnya.

Habib mencatat bahwa Capres nomor satu menyoroti tata kelola, sementara Capres nomor dua fokus pada aspek ekonomi terutama dalam konteks kawasan ekonomi berbasis hijau. Di sisi lain, Capres nomor tiga menekankan pentingnya penegakan hukum dan demokrasi, yang tercermin dalam adopsi klausul khusus tentang perlindungan aktivis lingkungan hidup.

"Dalam debat pertama, kedua, dan ketiga, meskipun bukan fokus utama, isu lingkungan dan perubahan iklim tetap disinggung oleh beberapa kandidat," tambah Habib.

Habib menyoroti dua hal penting. Pertama, bahwa respons politisi terhadap isu lingkungan sangat tergantung pada insentif dari masyarakat. Jadi, selama masyarakat tidak memprioritaskan isu lingkungan, politisi cenderung tidak akan mengangkatnya sebagai kebijakan strategis.

Kedua, pentingnya konsistensi Indonesia dalam melakukan reformasi terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim agar mendapatkan dukungan dan pembiayaan internasional. "Misalnya, dengan mengalihkan penggunaan energi dari sumber tidak bersih menjadi energi terbarukan, atau dengan melakukan penanaman hutan sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim," kata Habib.

"Selama Indonesia belum konsisten dalam reformasi lingkungan, investasi dan pembiayaan internasional cenderung tidak akan masuk ke dalam negeri," tegas Habib.

 

Reporter: Maria Jenita Rahu Halek

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

KabarBursa.com

Redaksi