KABARBURSA.COM - Baru saja dianugerasi sebagai Objek Vital Nasional Bidang Industri (OVNI), emiten milik Prajogo Pangestu (PP) ini sahamnya malah nyungsep.
Diberitakan Kabarbursa.com, Selasa, 26 November 2024, PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) kembali dianugerahi status Objek Vital Nasional Bidang Industri (OVNI) untuk Pabrik Petrokimia yang berlokasi di Ciwandan, Cilegon, Banten, atau lebih dikenal dengan Site Office Ciwandan.
TPIA mengungkapkan bahwa status OVNI ini diberikan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor 3023 Tahun 2024. Kawasan pabrik tersebut mencakup area seluas 115,35 hektar, dengan fasilitas pabrik petrokimia berteknologi tinggi, aset utilitas, serta gedung perkantoran.
Penetapan kembali sebagai OVNI ini mencerminkan pentingnya peran Chandra Asri dalam mendukung ketahanan dan kemandirian industri nasional. Dalam siaran pers yang diterbitkan di Jakarta pada 26 November 2024.
Sayangnya, penetapan tersebut diiringi dengan anjloknya saham TPIA. Mengutip data Stockbit hari ini, tercatat adanya penurunan yang cukup signifikan terhadap saham yang berfokus pada sektor bahan baku ini.
Saham TPIA mengalami penurunan sebesar 1,03 persen, dengan harga terakhir berada di level Rp7.175 per saham. Harga tersebut turun Rp75 dari harga penutupan sebelumnya yang tercatat di Rp7.250.
Meskipun saham sempat dibuka di harga yang sama dengan harga penutupan sebelumnya, yakni Rp7.250, saham TPIA mencatatkan titik tertinggi hari ini di Rp7.450 dan titik terendah di Rp7.175.
Pergerakan saham ini menunjukkan adanya volatilitas yang cukup signifikan sepanjang hari. Dengan total volume perdagangan sebanyak 183 ribu lot, nilai transaksi tercatat mencapai Rp133,4 miliar. Kondisi ini juga mencerminkan minat investor yang cukup besar meskipun terjadi penurunan harga saham.
Selain itu, saham TPIA juga mendekati batasan harga terendah yang dapat dicapai pada hari tersebut, yang ada di level harga Rp5.800, menunjukkan adanya tekanan jual yang lebih kuat di pasar.
Namun, meskipun saham TPIA mengalami penurunan hari ini, harga rata-rata transaksi sepanjang hari berada di Rp7.305, yang sedikit lebih tinggi dibandingkan harga penutupan.
Hal ini menunjukkan adanya potensi pergerakan harga yang lebih stabil di masa mendatang jika faktor eksternal yang mempengaruhi pasar tidak terus menekan saham ini lebih jauh.
Kondisi pasar yang terjadi pada hari ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang cukup tinggi terkait pergerakan saham TPIA, di mana saham ini belum mampu mempertahankan posisi lebih tinggi dari level harga sebelumnya.
Para investor perlu memperhatikan pergerakan lanjutan di hari-hari mendatang untuk melihat apakah saham ini akan mampu rebound atau terus mengalami penurunan lebih lanjut.
Bangun Mega Pabrik Rp15,71 Triliun
Ada sebuah rencana besar dari TPIA, yang dikenal sebagai salah satu emiten terbesar di sektor petrokimia Indonesia dan bagian dari konglomerat milik taipan Prajogo Pangestu.
TPIA tengah merencanakan proyek ambisius yang diperkirakan akan semakin memperkuat posisi mereka di pasar global. Proyek tersebut adalah pembangunan pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang akan berlokasi di Banten dengan nilai investasi mencapai USD1 miliar atau sekitar Rp15,71 triliun.
Pabrik ini direncanakan untuk memproduksi dua bahan kimia utama: kaustik soda basah dan ethylene dichloride (EDC). Kaustik soda basah memiliki peran penting dalam berbagai industri, termasuk pemurnian alumina dan nikel, yang sangat relevan dengan pengembangan baterai kendaraan listrik (EV).
Dengan meningkatnya permintaan terhadap kendaraan listrik, kebutuhan akan nikel yang digunakan dalam komponen baterai juga turut mendongkrak permintaan terhadap kaustik soda basah. Sementara itu, EDC adalah bahan baku utama untuk pembuatan polyvinyl chloride (PVC), yang digunakan luas dalam industri konstruksi, terutama untuk pembuatan pipa plastik, sebuah sektor yang juga tengah berkembang pesat.
Proyek ini akan dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan TPIA yang diharapkan akan membawa pabrik tersebut ke kapasitas produksi yang cukup besar, yakni 400.000 ton kaustik soda basah dan 500.000 ton EDC per tahun.
Dengan kapasitas sebesar itu, pabrik ini diproyeksikan tidak hanya akan mencakup kebutuhan domestik, tetapi juga memiliki potensi ekspor ke pasar internasional, menjadikannya sebagai aset strategis bagi TPIA dalam menghadapi tantangan pasar global.
Konstruksi pabrik dijadwalkan dimulai pada awal 2025, meskipun saat ini perseroan masih menunggu persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang merupakan langkah penting dalam rangka memastikan bahwa proyek tersebut memenuhi standar lingkungan dan keberlanjutan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun TPIA memiliki keyakinan yang besar terhadap prospek jangka panjang proyek ini, mereka juga memperhatikan dengan cermat aspek-aspek keberlanjutan dan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.
Pembangunan pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride ini menggambarkan langkah strategis TPIA dalam memperluas portofolio bisnis mereka, baik di dalam negeri maupun di pasar internasional. Selain itu, proyek ini juga mencerminkan komitmen perusahaan untuk berkontribusi terhadap sektor industri yang vital, seperti kendaraan listrik dan konstruksi, yang keduanya tengah mengalami permintaan yang pesat.
Dengan nilai investasi yang sangat besar dan kapasitas produksi yang ambisius, proyek ini diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kinerja finansial TPIA dalam jangka panjang, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri petrokimia Indonesia dan global.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.