KABARBURSA.COM - Investor asing telah melakukan aksi besar-besaran dengan memborong saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp2,5 triliun dalam 20 hari perdagangan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menandai ketertarikan tinggi terhadap saham BBCA yang menjadi primadona di pasar modal domestik.
Selama sebulan terakhir, harga saham BBCA telah menguat 2,5 persen mencapai Rp10.200. Dalam tahun ini (year to date), saham ini telah mengalami kenaikan 8,5 persen, sementara dalam setahun terakhir, kenaikannya mencapai 11,4 persen. Pertanyaannya, apakah saham BBCA masih menarik?
Dari segi kinerja keuangan, BCA menunjukkan performa yang solid pada semester I-2024, meskipun dihadapkan pada tantangan likuiditas akibat suku bunga yang tinggi. Laba bersih BCA pada semester tersebut mencapai Rp26,9 triliun, naik 11,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) juga mengalami kenaikan sebesar 7,9 persen menjadi Rp39,9 triliun, dengan pendapatan non-bunga (Non-Interest Income) naik 12,1 persen menjadi Rp 12,4 triliun. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) saham BBCA naik 10 bps menjadi 5,7 persen secara tahunan, seiring dengan peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
"Meskipun menghadapi tantangan likuiditas, BBCA berhasil menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan pertumbuhan kredit yang melebihi guidance tahun ini, yakni mencapai 15,5 persen secara tahunan atau 1,7 persen secara kuartalan," ungkap analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi, dalam risetnya.
Dari sisi kredit dan kualitas aset, BBCA mengalami peningkatan Non-Performing Loan (NPL) sebesar 30 bps tahun ke tahun menjadi 2,2 persen pada semester I-2024. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat cakupan NPL ke level 190,2 persen, dibandingkan 220,3 persen pada kuartal I-2024. Kenaikan NPL ini terutama disebabkan oleh penurunan kualitas aset di sektor konsumer, UKM, dan perbankan komersial.
Meskipun ada sedikit peningkatan NPL, Loan at Risk (LAR) BBCA menunjukkan penurunan tren ke level 6,4 persen pada semester I-2024, mendekati target tahunan sebesar 6 persen. Cost of Credit (CoC) juga mengalami penurunan sebesar 20 bps secara kuartalan menjadi 0,3 persen, tetap berada dalam panduan manajemen tahunan (30-40 bps).
Rasio Dana Murah (Current Account Saving Account/CASA) perusahaan meningkat 5,8 persen tahun ke tahun dan 1,2 persen secara kuartalan menjadi Rp915 triliun, meski di tengah tantangan likuiditas yang ketat. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 5 persen tahun ke tahun atau 0,4 persen secara kuartalan menjadi Rp1.125 triliun.
“Dengan rasio CASA yang terbaik di Indonesia, BBCA dapat memanfaatkan momentum tersebut sembari mempertahankan Net Interest Margin (NIM) yang stabil di tengah ketatnya likuiditas,” jelas Leonardo dari NH Korindo Sekuritas.
Berdasarkan berbagai faktor ini, NH Korindo Sekuritas merekomendasikan posisi overweight untuk saham BBCA, dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp11.500, mencerminkan rasio P/BV 2024 sebesar 5,1 kali.
Pertumbuhan Signifikan di Semester I
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA dan entitas anaknya mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam kinerja keuangan mereka pada paruh pertama 2024.
Berdasarkan laporan yang dirilis, total kredit yang disalurkan oleh BCA tumbuh sebesar 15,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp850 triliun per Juni 2024. Pertumbuhan ini melebihi rata-rata industri perbankan.
Dari segi profitabilitas, laba bersih BCA dan entitas anaknya juga mengalami peningkatan sebesar 11,1 persen yoy menjadi Rp26,9 triliun pada semester pertama tahun ini.
“Kenaikan laba tersebut didukung oleh ekspansi pembiayaan yang berkualitas, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Rabu 24 Juli 2024.
Adapun BCA mencatat peningkatan yang solid di berbagai segmen kredit. Kredit untuk bisnis, termasuk korporasi dan UMKM, tumbuh secara signifikan.
Di sisi konsumer, implementasi program BCA Expoversary 2024 sukses mengumpulkan aplikasi KPR dan kredit kendaraan bermotor (KKB) senilai Rp50 triliun.
“Kami berterima kasih atas kepercayaan nasabah, serta dukungan dari pemerintah dan otoritas, sehingga BCA dapat melalui paruh pertama 2024 dengan baik,” jelas Jahja
Pada Juni 2024, kredit korporasi BCA mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 19,9 persen yoy menjadi Rp388,6 triliun. Sementara itu, kredit komersial naik 7,9 persen yoy mencapai Rp127,8 triliun, dan kredit UMKM meningkat 12,7 persen yoy menjadi Rp114,4 triliun.
Di sisi konsumer, portofolio kredit meningkat 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun. KPR tumbuh 10,8 persen yoy menjadi Rp126,9 triliun, sedangkan KKB naik 18,4 persen yoy mencapai Rp62,1 triliun. Penyaluran kartu kredit juga mencatat pertumbuhan sebesar 20,2 persen yoy menjadi Rp17,8 triliun.
Selain itu, BCA juga fokus pada penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan, termasuk investasi pada obligasi hijau dan sustainability linked loans, yang tumbuh 9,3 persen yoy menjadi Rp198 triliun per Juni 2024.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.