KABARBURSA.COM - Jika portofolio saham tengah dilanda koreksi tajam, tidak perlu langsung panik. Kondisi ini terjadi seiring dengan melemahnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hingga hari ini terus menunjukkan tren penurunan. Bahkan pada perdagangan Selasa, 8 April 2025, IHSG tercatat merosot hingga 9 persen.
Sebagai respons atas gejolak tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengaktifkan mekanisme trading halt pada sesi pembukaan perdagangan kemarin. Langkah ini merupakan prosedur otomatis yang diterapkan untuk menenangkan pasar saat terjadi lonjakan volatilitas yang signifikan.
Praktisi pasar modal sekaligus pendiri WH Project, William Hartanto, mengatakan bahwa ini bukan waktunya investor untuk kabur dari pasar, melainkan saat mulai mencicil peluang. Ia menambahkan, momen ini bisa menjadi kesempatan jangka menengah hingga panjang.
“Pasar terlalu panik. Diskonnya besar. Ini bukan sinyal untuk all-in, tapi bisa dicicil pelan-pelan. Saat pasar panik, biasanya itu jadi titik awal untuk rebound,” ujarnya dalam Dialog Analis di Kabar Bursa Pagi-Pagi pada Rabu, 9 April 2025.
Wiliam tak menampik kondisi IHSG saat ini memprihatinkan. Dalam beberapa menit, indeks langsung longsor dan memicu penghentian sementara perdagangan. Namun, menurutnya, ini adalah respons tertunda atas kejatuhan bursa global saat Indonesia sedang libur panjang.
“Pas kita liburan, indeks luar sudah jatuh duluan. Begitu kita buka lagi, pasar langsung membuang saham, takut ketinggalan momen jual. Tapi ini bukan panic sell yang rasional. Lebih ke ikut-ikutan takut,” tutur dia.
Ia justru melihat bahwa level penutupan IHSG di 5.996 kemarin menyimpan harapan. Meski sempat jatuh ke kisaran 6.030, IHSG berhasil bertahan di ambang psikologis 6.000.
“Closing-nya kemarin cukup bagus. Masih menjaga potensi rebound. Belum ada false break dari 6.000. Ini seperti yang terjadi Maret lalu, saat IHSG sempat drop tapi kemudian bangkit lagi,” katanya.
Wiliam memproyeksikan bahwa hari ini IHSG bisa bergerak campuran, menguji kembali level 6.000 sebagai resistance kunci. Jika berhasil ditutup di atasnya, maka peluang rebound dalam jangka pendek terbuka lebar.
“Kalau hari ini bisa ditutup di atas 6.000, itu jadi konfirmasi bahwa investor mulai berani akumulasi. Jadi saran saya, jangan buru-buru jual. Justru ini bisa jadi momen akumulasi bertahap,” tuturnya.
Bagaimana dengan investor asing? Tekanan jual asing memang mencolok kemarin, tercatat Rp3,87 triliun net sell. Tapi menurut Wiliam, itu lebih karena mereka mengalihkan dana ke aset aman, bukan karena kehilangan kepercayaan pada pasar Indonesia.
“Ini bukan soal Indonesia, tapi soal kondisi global. Emas misalnya, sekarang jadi pelarian. Tapi kalau tensi mereda, mereka bisa balik lagi,” tambahnya.
Di tengah kekacauan pasar, Wiliam tetap optimistis bahwa selama level support tidak ditembus secara brutal, ada alasan untuk tetap rasional. Terlebih, dari sisi politik, pasar juga menanti sinyal positif dari pertemuan tokoh nasional serta sarasehan ekonomi yang digelar hari ini.
“Kalau hasil pertemuan itu konkret, itu bisa jadi katalis tambahan. Tapi tetap, saat ini yang utama adalah menjaga emosi. Jangan ikut panik,” ujar dia.
Pada pembukaan pagi tadi, IHSG dibuka melemah sebesar 0,40 persen atau turun 23 poin ke level 5.972 pada perdagangan sesi I, Rabu, 9 April 2025.
Mengutip RTI Business, sebanyak 108 saham terpantau menguat, 196 saham di zona merah, dan 224 saham mengalami stagnan. Sementara itu, volume perdagangan sebesar 420.553 miliar lembar saham dengan transaksi Rp333.647 miliar.
Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 5,883 dan resistance pada level 6,012 dengan kecenderungan melemah.
"Secara teknikal, candle IHSG berbentuk bearish belt hold, di bawah MA5 dan MA20 serta indikator Stochastic dalam keadaan dead cross. Namun, seiring dengan melemahnya bursa saham global, maka kami proyeksikan hari ini IHSG akan mengalami pelemahan," tulis Reliance dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com.
Sementara itu, analis teknikal dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana atau yang akrab disapa Didit, menjelaskan saat ini IHSG kemungkinan sedang bergerak di bagian wave (iii) dari wave [v] dalam skenario hitam.
“Meskipun menguat, nampaknya akan terbatas untuk menguji rentang 6.026–6.114. Namun waspadai tetap koreksi lanjutan di mana IHSG akan mengarah ke 5.633–5.770,” ujar Didit dalam catatan teknikal harian yang dikutip Kabarbursa.com, Selasa, 9 April 2025.
Dalam waktu dekat, kata Didit, IHSG diperkirakan akan bergerak dengan batas bawah (support) di kisaran 5.825 hingga 5.742. Sementara untuk batas atas (resistance), penguatan indeks kemungkinan tertahan di area 6.142 sampai 6.265.
Artinya, meskipun ada peluang teknikal untuk naik, ruang geraknya masih terbatas dan rawan dibalik arah oleh tekanan jual. (*)