Logo
>

Jaya Ancol Cetak Rugi Bersih Rp11,3 Miliar per Maret 2025

Angka ini berbalik dari posisi laba bersih Rp12,7 miliar yang berhasil dicetak pada periode sama tahun sebelumnya.

Ditulis oleh Syahrianto
Jaya Ancol Cetak Rugi Bersih Rp11,3 Miliar per Maret 2025
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), emiten pengelola kawasan rekreasi ikonik di ibu kota, membukukan rugi bersih sebesar Rp11,3 miliar pada kuartal pertama 2025. Angka ini berbalik dari posisi laba bersih Rp12,7 miliar yang berhasil dicetak pada periode sama tahun sebelumnya.

    Merujuk laporan keuangan konsolidasian yang dirilis perusahaan, penurunan kinerja utamanya disebabkan oleh merosotnya pendapatan usaha yang hanya mencapai Rp210,8 miliar, turun 17,5 persen dari Rp255,7 miliar pada kuartal I-2024. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan biaya serta beban usaha lainnya.

    Meski beban pokok pendapatan dan beban langsung sedikit turun menjadi Rp136,6 miliar (dari Rp143,1 miliar tahun lalu), laba bruto Jaya Ancol tetap menyusut tajam menjadi Rp74,2 miliar dari Rp112,5 miliar.

    Di sisi lain, total beban usaha yang terdiri dari beban umum dan administrasi serta beban penjualan tercatat Rp65,7 miliar, hanya sedikit turun dari Rp63,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sementara beban keuangan tercatat sebesar Rp19 miliar, turun dari Rp21,4 miliar.

    Setelah memperhitungkan bagian laba dari entitas asosiasi dan beban keuangan, PJAA mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp6,84 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan sebesar Rp4,48 miliar, perusahaan akhirnya membukukan rugi bersih Rp11,3 miliar.

    Rugi tersebut sebagian besar ditanggung oleh entitas induk sebesar Rp11,17 miliar, sedangkan rugi yang dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali tercatat Rp148 juta.

    Dari sisi neraca, total aset Jaya Ancol per 31 Maret 2025 tercatat sebesar Rp3,61 triliun, naik tipis dari posisi akhir tahun 2024 yang sebesar Rp3,59 triliun.

    Liabilitas meningkat menjadi Rp1,89 triliun dari sebelumnya Rp1,86 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban akrual dan pendapatan diterima di muka.

    Namun demikian, posisi ekuitas tetap solid di Rp1,72 triliun, sedikit turun dari Rp1,73 triliun pada akhir 2024, seiring rugi bersih yang ditanggung entitas induk.

    Salah satu pergeseran penting dalam struktur kewajiban jangka pendek adalah turunnya utang pajak dari Rp64,6 miliar menjadi Rp22,8 miliar. Sebaliknya, pendapatan diterima di muka dan uang muka pelanggan melonjak hampir tiga kali lipat dari Rp52,8 miliar menjadi Rp150 miliar, menandakan potensi pendapatan masa depan yang lebih kuat. 

    Kinerja Keuangan Kuartal I: 2023–2025

    Selama tiga tahun terakhir, Pembangunan Jaya Ancol mencatatkan tren penurunan kinerja yang cukup mencolok, khususnya dalam hal pendapatan dan laba bersih. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang telah diverifikasi dan dirilis ke publik, pendapatan usaha perusahaan pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp210,80 miliar, turun 17,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp255,65 miliar. Angka ini bahkan lebih rendah dari pendapatan kuartal I 2023 yang mencapai Rp260,34 miliar.

    Penurunan pendapatan ini berdampak langsung pada laba bersih PJAA. Dari posisi laba bersih sebesar Rp44,98 miliar pada kuartal I 2023, turun drastis menjadi Rp13,02 miliar di tahun 2024, dan akhirnya mencatatkan kerugian sebesar Rp11,32 miliar pada kuartal I 2025. Laba bruto pun turut menyusut dalam rentang waktu yang sama, dari Rp142,99 miliar di 2023 menjadi hanya Rp74,18 miliar di 2025, atau turun hampir 48 persen.

    Penurunan kinerja keuangan PJAA tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor struktural dan musiman. Salah satu penyebab utama adalah penurunan jumlah kunjungan wisatawan, yang diperburuk oleh pergeseran musim liburan akibat bulan Ramadan yang jatuh lebih awal pada tahun 2024. Hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah pengunjung pada awal tahun, yang berdampak signifikan terhadap pendapatan usaha anak usaha yang berfokus pada sektor rekreasi dan hiburan tersebut.

    Di sisi lain, beban pokok pendapatan dan beban langsung tetap berada pada level yang tinggi, sehingga menekan margin keuntungan. Meski terjadi sedikit penurunan dari sisi beban umum dan administrasi, serta beban penjualan, penghematan ini belum mampu menutupi pelemahan pendapatan. Kondisi ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk efisiensi operasional yang lebih sistematis.

    Meskipun dari sisi laba PJAA menghadapi tekanan, struktur neraca perusahaan masih menunjukkan stabilitas. Total aset perusahaan per akhir Maret 2025 sedikit meningkat menjadi Rp3,61 triliun dari sebelumnya Rp3,59 triliun pada Desember 2024. Total liabilitas bahkan mengalami penurunan dari Rp1,96 triliun menjadi Rp1,89 triliun pada periode yang sama. Sementara itu, ekuitas perusahaan justru meningkat menjadi Rp1,72 triliun, naik dari Rp1,62 triliun setahun sebelumnya.

    Data ini menunjukkan bahwa meskipun performa operasional menurun, perusahaan berhasil menjaga kekuatan fundamental dari sisi struktur keuangan. Hal ini menjadi sinyal positif bagi investor bahwa PJAA masih memiliki daya tahan likuiditas dan kapasitas modal yang cukup untuk menjalankan strategi pemulihan ke depan.

    Tren penurunan kinerja yang dialami PJAA selama tiga tahun berturut-turut menandakan perlunya evaluasi mendalam terhadap strategi bisnis yang dijalankan. Namun, fakta bahwa struktur keuangan tetap sehat memberikan ruang bagi manajemen untuk melakukan manuver pemulihan secara lebih fleksibel. Upaya seperti diversifikasi sumber pendapatan, peningkatan daya tarik kawasan wisata, serta efisiensi operasional menjadi strategi yang harus dioptimalkan untuk membalikkan tren negatif ini.

    Dalam konteks yang lebih luas, tantangan yang dihadapi PJAA juga mencerminkan dinamika industri pariwisata nasional pascapandemi, yang masih memerlukan adaptasi terhadap perubahan pola konsumsi dan mobilitas masyarakat. Jika langkah strategis dapat dijalankan secara disiplin dan berbasis data, PJAA memiliki peluang untuk kembali mencetak pertumbuhan positif di periode mendatang. (

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.