Logo
>

Jelang Merger, FREN Catatkan Rugi Bersih Rp1,29 Triliun

Ditulis oleh Yunila Wati
Jelang Merger, FREN Catatkan Rugi Bersih Rp1,29 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Jelang merger dengan XL Axiata (EXCL), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mengalami penurunan kinerja finansial yang signifikan sepanjang tahun 2024.

    Dalam laporan keuangan yang baru dirilis pada 11 Februari 2025, perusahaan milik PT Bali Media Telekomunikasi ini tercatat mengalami rugi bersih mencapai Rp1,29 triliun. Angka rugi bersih ini mengalami lonjakan besar, meningkat 1.088,8 persen dibandingkan dengan rugi bersih yang tercatat pada tahun 2023, yang sebesar Rp108,93 miliar.

    Pendapatan usaha FREN pada tahun 2024 juga mengalami penurunan, meskipun tidak terlalu signifikan. Tercatat, total pendapatan sebesar Rp11,42 triliun, atau turun 2,06 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp11,66 triliun.

    Penurunan omzet ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun yang lebih mencolok adalah lonjakan pada total beban usaha, yang meningkat 5,58 persen (year-on-year) menjadi Rp11,73 triliun. Akibatnya, FREN tercatat mengalami rugi usaha sebesar Rp309,35 miliar, berbalik arah dengan capaian laba usaha yang tercatat pada tahun 2023 sebesar Rp543,7 miliar.

    Namun, yang lebih berat bagi perusahaan adalah lonjakan beban lain-lain (neto) yang meningkat tajam hingga 113,06 persen menjadi Rp977,01 miliar.

    Hal ini mendorong perseroan untuk mencatatkan rugi sebelum pajak yang jauh lebih besar, mencapai Rp1,29 triliun, sebuah kemerosotan drastis dibandingkan dengan laba sebelum pajak yang tercatat pada tahun 2023, yakni Rp85,14 miliar.

    Setelah memperhitungkan pajak penghasilan sebesar Rp8,61 miliar, FREN mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp1,29 triliun, yang melambung 1.088,6 persen dibandingkan dengan rugi yang tercatat pada tahun 2023 yang sebesar Rp108,95 miliar.

    Rugi yang besar ini juga berdampak pada defisit saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, yang tercatat sebesar Rp26,33 triliun, meningkat 5,15 persen dibandingkan dengan defisit pada akhir tahun 2023 sebesar Rp25,04 triliun.

    Meski mencatatkan kerugian yang besar dan defisit laba yang signifikan, FREN berhasil mencatatkan total ekuitas sebesar Rp21,45 triliun, sebuah kenaikan yang cukup signifikan, yakni 36,89 persen dibandingkan dengan ekuitas yang tercatat pada tahun sebelumnya.

    Hal ini disebabkan oleh adanya ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang terjaga meskipun perseroan mengalami tekanan finansial.

    Pada sisi lain, FREN berhasil menekan total liabilitasnya hingga 25,98 persen menjadi Rp21,74 triliun per 31 Desember 2024, meskipun total aset perusahaan tercatat turun 4,13 persen menjadi Rp43,18 triliun dibandingkan dengan posisi pada akhir 2023 yang sebesar Rp45,04 triliun.

    Dengan kinerja yang penuh tantangan ini, FREN harus menghadapi berbagai tekanan di sepanjang tahun 2024, namun pencatatan ekuitas yang positif dan pengurangan liabilitas menjadi salah satu harapan bagi perusahaan dalam menghadapi tahun-tahun berikutnya.

    Lalu, bagaimana dengan EXCL?

    XL Axiata (EXCL) menunjukkan kinerja yang solid pada kuartal keempat tahun 2024 (4Q24), dengan laba bersih yang melonjak 95 persen secara tahunan dan 72 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, mencapai Rp502 miliar.

    Hasil ini berkontribusi pada pencapaian laba bersih penuh tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp1,8 triliun, mengalami kenaikan 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar karena mencerminkan 99 persen dari estimasi konsensus untuk laba bersih FY24.

    Secara operasional, EXCL mencatatkan laba usaha yang cukup baik pada 4Q24, mencapai Rp1,5 triliun, meningkat 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 20 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

    Dengan demikian, laba usaha sepanjang tahun 2024 tercatat sebesar Rp5,6 triliun, mengalami kenaikan 28 persen secara tahunan dan sedikit melebihi ekspektasi dengan pencapaian 103 persen dari target laba usaha FY24.

    Meskipun kinerja operasional EXCL menunjukkan pertumbuhan yang stabil, hasil positif ini sebagian besar didorong oleh integrasi bisnis fixed broadband melalui akuisisi Link Net yang dilakukan pada kuartal ketiga 2024.

    Dampak penuh dari integrasi tersebut baru dapat dirasakan pada 4Q24, di mana kontribusi dari bisnis fixed broadband memberikan dorongan signifikan pada laba bersih perusahaan.

    Namun, outlook EXCL untuk tahun 2025 akan sangat bergantung pada kemajuan merger dengan Smartfren Telecom (FREN). Proses merger ini masih menunggu persetujuan dari Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan harapan dapat rampung pada paruh pertama tahun 2025.

    Setelah mendapatkan persetujuan, EXCL berencana untuk mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 21 Maret 2025 untuk meminta persetujuan lebih lanjut dari pemegang saham.

    Mengingat bahwa merger ini akan menjadi faktor utama yang menentukan kinerja EXCL pada tahun mendatang, manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak memberikan proyeksi kinerja untuk tahun 2025 hingga proses tersebut selesai.

    Sementara itu, persaingan di industri telekomunikasi Indonesia diperkirakan akan tetap ketat, terutama di segmen mobile. Operator-operator besar di Indonesia masih terlibat dalam perang harga yang sengit untuk mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar mereka.

    Di sisi lain, dalam bisnis fixed broadband, pemain baru yang menawarkan paket dengan harga jauh lebih rendah telah menciptakan tekanan bagi operator incumbent seperti EXCL.

    Sebagai contoh, paket broadband dari pemain baru dihargai sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000 per bulan, sementara ARPU (Average Revenue Per User) EXCL di segmen ini tercatat sekitar Rp300.000.

    Manajemen EXCL menyatakan bahwa mereka akan terus memantau persaingan ini dan menyesuaikan strategi mereka untuk mempertahankan daya saing di pasar yang semakin kompetitif.

    Secara keseluruhan, meskipun EXCL menunjukkan kinerja yang solid di tahun 2024, tantangan utama bagi perusahaan akan datang dari dinamika persaingan yang ketat di pasar dan kelanjutan proses merger dengan FREN yang diharapkan dapat mengubah peta industri telekomunikasi Indonesia.

    Prospek jangka panjang EXCL sangat bergantung pada bagaimana mereka dapat mengoptimalkan hasil merger ini dan merespons perubahan persaingan di pasar seluler dan fixed broadband.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79