KABARBURSA.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti kurangnya kemandirian dalam produksi alat kesehatan (alkes) di Indonesia.
Menurut dia, sebagian besar alat kesehatan yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari luar negeri.
Jokowi mengungkapkan bahwa sebanyak 52 persen alat kesehatan yang digunakan di Indonesia merupakan produk impor.
“52 persen alat kesehatan kita masih didominasi oleh impor,” kata Jokowi saat berbicara dalam Rapat Kerja Nasional (Rakerkernas) Kesehatan 2024 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Rabu, 24 April 2024.
Jokowi menegaskan pentingnya untuk tidak terlalu bergantung pada impor dalam memenuhi kebutuhan barang-barang tersebut.
Dia pun meminta, alat-alat kesehatan yang sederhana dan dapat diproduksi di dalam negeri seharusnya diberikan prioritas. Contohnya jarum suntik, ranjang rumah sakit, alat infus, dan selang infus. Produk-produk semacam ini seharusnya bisa diproduksi secara lokal.
“Produksi seperti jarum suntik, ranjang rumah sakit, alat infus, dan selang infus harus ditingkatkan di dalam negeri,” ucap Jokowi.
Tidak hanya alat kesehatan, Jokowi juga menyoroti ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku farmasi.
Dia menyebutkan bahwa sebanyak 90 persen bahan obat yang digunakan untuk produksi obat di Indonesia masih diimpor dari luar negeri.
“Selain itu, 90 persen bahan baku produksi farmasi juga masih diimpor,” tambah Jokowi.
Orang RI Doyan Berobat ke Singapura
Di kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengungkapkan bahwa banyak orang Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri.
Menurutnya, lebih dari 1 juta orang melakukan perjalanan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di luar Indonesia, dengan tujuan negara yang beragam, mulai dari Malaysia, Singapura, hingga Amerika.
“Lebih dari 1 juta warga negara kita melakukan perjalanan untuk berobat ke luar negeri. Destinasi mereka termasuk Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa,” ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, akibat dari fenomena ini, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp180 triliun karena uang yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan di luar negeri dan tidak berputar di dalam negeri.
“Kerugian kita mencapai USD11,5 miliar, atau jika dihitung dalam rupiah sekitar Rp180 triliun. Uang itu hilang dari sistem ekonomi kita,” ungkapnya.
Presiden juga menyatakan bahwa ada banyak masyarakat yang enggan berobat di dalam negeri, namun dia tidak menjelaskan secara rinci penyebabnya. Menurut Jokowi, masalah ini harus ditangani dengan serius.
“Karena ada warga kita yang enggan berobat di dalam negeri. Pasti ada alasan kenapa mereka tidak memilih fasilitas kesehatan lokal. Ini adalah masalah yang harus kita selesaikan,” tegas Jokowi.