KABARBURSA.COM - Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) melaporkan Hasil Lelang Surat Utang Negara (SUN) per Selasa, 28 Mei 2024.
Menurut catatan Direktur SUN, investor cenderung wait and see setelah rilis FOMC minutes akhir pekan lalu, yang menunjukkan kebijakan higher for longer the Fed atas Fed Fund Rate.
Situasi global masih dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang meningkat di Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Namun, minat investor pada lelang hari ini tetap tinggi berkat kinerja ekonomi domestik yang positif dan kinerja APBN yang solid hingga bulan April, dengan surplus mencapai Rp75,7 triliun (0,33 persen dari PDB).
“Dalam lelang SUN kali ini, jumlah penawaran masuk mencapai Rp47,11 triliun, atau 2,14 kali lipat dari target indikatif yang telah ditetapkan sebelumnya,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Dan Risiko, Suminto, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 29 Mei 2024.
Pemerintah juga berhasil memperoleh respon positif dari investor terhadap seri Sustainable Development Goals (SDGs) Bond, FRSDG001, dengan incoming bids mencapai Rp1,63 triliun atau 3,46 persen dari total incoming bids.
Incoming bids dari investor asing pada lelang SUN ini mengalami peningkatan tipis menjadi Rp6,92 triliun dari Rp6,38 triliun pada lelang sebelumnya.
Mayoritas dari incoming bids tersebut terfokus pada seri SUN dengan tenor menengah (5 tahun), mencapai Rp3,22 triliun atau 46,47 persen dari total incoming bids investor asing, dan berhasil dimenangkan sebesar Rp2,17 triliun atau 9,85 persen dari total awarded bids.
Minat investor masih terpusat pada seri SUN dengan tenor 5 dan 10 tahun, yang masing-masing mencatat incoming bids sebesar 61,16 persen dari total incoming bids dan awarded bids sebesar 74,32 persen dari total awarded bids.
“Incoming bids terbesar terjadi pada tenor 5 tahun dengan nilai mencapai Rp14,73 triliun (31,27 persen dari total incoming bids) dan berhasil dimenangkan sebesar Rp6,95 triliun (31,59 persen dari total awarded bids),” jelasnya.
Dengan minat investor yang masih tinggi dan kondisi pasar SBN yang stabil, Weighted Average Yield (WAY) obligasi negara yang dimenangkan dalam lelang SUN hari ini mengalami penurunan sebesar 4 hingga 11 bps jika dibandingkan dengan level WAY lelang SUN sebelumnya.
Dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2024, dan kondisi kas negara saat ini, Pemerintah memutuskan untuk memenangkan penawaran sebesar Rp22 triliun dalam lelang SUN hari ini.
“Lelang penerbitan SUN selanjutnya direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2024, mengikuti kalender penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) tahun 2024,” tutupnya.
Pemerintah Lelang Tujuh Seri SUN
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengadakan pelelangan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah pada Selasa, 28 Mei 2024. Target pendanaan yang diharapkan dari lelang ini mencapai Rp33 triliun.
Pemerintah menggelar pelelangan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah sebagai upaya untuk mencapai sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. Menurut pernyataan resmi DJPPR Kemenkeu, target indikatif lelang adalah Rp22 triliun, dengan target maksimal mencapai Rp33 triliun.
Tersedia tujuh seri SUN yang akan dilelang, termasuk PN03240828 (Penerbitan Baru), SPN12250529 (Penerbitan Baru), FR0101 (Pembukaan Kembali), FRSDG001 (Pembukaan Kembali), FR0100 (Pembukaan Kembali), FR0098 (Pembukaan Kembali), FR0097 (Pembukaan Kembali), dan FR0102 (Pembukaan Kembali).
Tingkat kupon atau imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 6,62 persen hingga 7,37 persen. SUN yang akan dilelang mempunyai nominal Rp1 juta per unit. Lelang dibuka hari ini pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB. Tanggal setelmen ditetapkan Kamis, 30 Mei 2024.
Adapun peserta lelang SUN, yaitu:
1. Dealer Utama:
Citibank N.A., Deutsche Bank AG, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank OCBC NISP, Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk.
Selain itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank ANZ Indonesia, Standard Chartered Bank, JP Morgan Chase Bank N.A., PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk.
2. Lembaga Penjamin Simpanan;
3. Bank Indonesia
Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka (open auction), menggunakan metode harga beragam (multiple price).
Pada prinsipnya, semua pihak, baik investor individu maupun institusi, dapat menyampaikan penawaran pembelian (bids) dalam lelang. Namun dalam pelaksanaannya, penyampaian penawaran pembelian harus melalui Peserta Lelang sebagaimana diatur dalam PMK No. 168/PMK.08/2019.
“Pada lelang ini kembali ditawarkan Seri FRSDG001 yang merupakan seri Sustainable Development Goals (SDGs) Bond pertama yang ditawarkan melalui lelang di pasar perdana domestik,” jelas DJPPR.
Penerbitan seri SDGs Bond melalui lelang ini melengkapi program penerbitan Sustainable Development Goals (SDGs) Bond yang sudah dilakukan di pasar global pada 2021.
Lelang SUN Sebelumnya
Lebih lanjut, DJPPR Kemenkeu melaporkan bahwa pada Selasa, 14 Mei 2024, pemerintah telah menyerap dana senilai Rp21,36 triliun dari lelang tujuh seri surat utang negara (SUN) dengan total penawaran masuk tercatat sebesar Rp49,42 triliun.
Deni Ridwan, Direktur SUN DJPPR Kemenkeu mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memenangkan penawaran sebesar Rp21,36 triliun pada lelang SUN, dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan 2024, dan kondisi kas negara terkini.
“Di tengah kondisi wait and see, minat investor masih solid pada lelang SUN hari ini (Selasa, 14 Mei) dengan jumlah penawaran masuk sebesar Rp49,42 triliun atau 2,25 kali dari target indikatif yang telah diumumkan sebelumnya,” kata Deni dalam keterangannya.
Menurutnya, investor menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada tengah pekan ini, Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI), yang diperkirakan kembali termoderasi meskipun masih belum dapat mendorong penurunan Fed Fund Rate (FFR) dalam waktu dekat. Hal ini diperkuat komentar pejabat The Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu dan awal pekan ini yang cenderung hawkish.
Ketujuh seri yang dilelang yaitu SPN03240814 (penerbitan baru), SPN12250502 (pembukaan kembali), FR0101 (pembukaan kembali), FR0100 (pembukaan kembali), FR0098 (pembukaan kembali), FR0097 (pembukaan kembali), dan FR0102 (pembukaan kembali).
Serapan terbesar berasal dari seri FR0101 yang dimenangkan sebesar Rp8,6 triliun dari penawaran masuk Rp12,44 triliun. Imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini yaitu 6,99994 persen.
“Pasar SBN yang relatif membaik dua pekan terakhir mendorong penurunan Weighted Average Yield (WAY) Obligasi Negara yang dimenangkan pada lelang hari ini antara 10-22 bps dibandingkan WAY pada lelang SUN sebelumnya,” kata Deni.
Kemudian, pemerintah menyerap dana sebesar Rp6,05 triliun dari seri FR0100 yang menerima penawaran masuk Rp17,43 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,02 persen.
Dari seri FR0098, pemerintah memenangkan dana sebesar Rp2,1 triliun dari penawaran masuk Rp4,88 triliun. Adapun imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini adalah 7,01 persen.
Berikutnya, seri FR0097 dan SPN12250502 masing-masing dimenangkan sebesar Rp2 triliun. Penawaran masuk untuk seri FR0097 tercatat sebesar Rp3,49 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,05 persen. Sementara seri SPN12250502 menerima penawaran masuk Rp5,10 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,82 persen.
Pemerintah selanjutnya menyerap dana sebesar Rp600 miliar dari seri FR0102. Penawaran masuk untuk seri ini tercatat sebesar Rp3,76 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,02 persen.
Terakhir, pemerintah memenangkan dana sebesar Rp14 miliar dari seri SPN03240814, yang menerima penawaran masuk sebesar Rp2,30 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,60 persen.
“Keputusan itu dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2024, dan kondisi kas negara terkini. Sesuai dengan kalender penerbitan SBN tahun 2024, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2024,” tutur Deni.
Meski secara umum yield yang dimenangkan cenderung lebih rendah dibanding lelang sebelumnya, di mana hal itu menjadi kabar baik bagi pemerintah selaku issuer obligasi, karena berarti biaya pendanaan (cost of fund) lebih murah, tingkat imbal hasil untuk tenor pendek terpantau naik.
Seri SPN yang ditawarkan dalam lelang kali ini ada dua yaitu tenor 3 bulan dan 12 bulan. Investor meminta yield untuk dua seri itu masing-masing 6,6 persen dan 6,76 persen-6,96 persen.
Batas bawah permintaan yield tersebut lebih tinggi lelang sebelumnya di 6,5 persen dan 6,72 persen. Sementara incoming bids yang masuk juga cukup besar masing-masing hingga Rp2,3 triliun dan Rp5,1 triliun. Permintaan masuk untuk tenor 12 tahun lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya yang sekitar Rp4,92 triliun.
Meski peminat banyak dan yield diminta kisarannya lebih rendah, pemerintah memenangkan di tingkat imbal hasil lebih tinggi yaitu WAY 6,82 persen dan tertinggi di 6,89 persen untuk tenor 12 bulan, sedang untuk tenor 3 bulan ditetapkan di 6,60 persen.
Yield dimenangkan itu lebih tinggi dibanding lelang SUN sebelumnya yang di level 6,55 persen untuk 3 bulan dan tenor 12 bulan sebesar 6,82 persen.
Kenaikan imbal hasil dimenangkan untuk SUN tenor pendek itu ditengarai sebagai buntut dari ‘persaingan’ perebutan likuiditas antara pemerintah dengan Bank Indonesia. Dalam lelang Sertifikat Rupiah Bank Indonesia terakhir pekan lalu, SRBI 12 bulan diganjar imbal hasil hingga 7,53 persen.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.