KABARBURSA.COM - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin, 17 Februari 2025. Pengumuman tersebut disampaikan oleh manajemen perseroan pada Kamis, 9 Januari 2025.
Maria Teresa Fabiola, Corporate Secretary KLBF, mengatakan pemanggilan rapat tersebut akan dilakukan pada 24 Januari 2025 melalui beberapa platform, termasuk situs web PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan situs resmi perseroan.
"Pemegang saham yang berhak hadir dalam rapat adalah mereka yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham perseroan pada 23 Januari 2025 hingga pukul 16.00 WIB,"ungkapnya, Kamis, 9 Januari 2025.
Selain itu, untuk saham yang tercatat dalam penitipan kolektif, hanya pemegang rekening atau kuasa pemegang rekening yang terdaftar pada KSEI hingga batas waktu yang sama yang dapat berpartisipasi.
Pemegang saham yang ingin mengusulkan mata acara dalam Rapat wajib menyampaikan usulannya kepada Direksi Perseroan paling lambat tujuh hari sebelum pemanggilan Rapat, yakni pada 17 Januari 2025.
PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), perusahaan farmasi terkemuka, tengah berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan produk alat kesehatan dengan kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang lebih tinggi, di tengah tekanan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang turut memengaruhi bisnis obat-obatan.
Direktur Kalbe Farma, Kartika Setiabudi, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah memang berdampak signifikan pada sektor farmasi, terutama dalam hal impor bahan baku obat. Volatilitas nilai tukar rupiah, yang semakin tinggi dalam beberapa waktu terakhir, dipicu oleh faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dihindari, jelas Kartika dalam acara Media Plant Visit Kalbe Farma di Jakarta, Kamis 19 Desember 2024.
Saat ini, rupiah sedang berada dalam tren depresiasi, bahkan telah menembus level Rp16.000 per dolar AS. Menurut Kartika, dampak pelemahan ini sangat terasa pada bisnis farmasi karena ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan baku. Sekitar 90 hingga 95 persen bahan baku obat yang digunakan oleh Kalbe Farma masih berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara seperti China, India, Eropa, dan Selandia Baru.
“Sebagian besar bahan baku kami, hampir 90 hingga 95 persen, masih diimpor dari negara-negara seperti China, India, Eropa, dan Selandia Baru,” jelas Kartika.
Dalam menghadapi tantangan ini, Kalbe Farma telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi jangka pendek, salah satunya dengan menyiapkan dana cadangan dalam mata uang asing guna mengantisipasi fluktuasi nilai tukar yang lebih lanjut. Kartika berharap margin perusahaan tetap stabil karena harga bahan baku yang cenderung terjaga, serta perbaikan pada rantai pasokan global yang diharapkan dapat mengurangi tekanan harga.
“Secara jangka pendek, kami berharap harga material tetap stabil dan rantai pasokan global dapat berfungsi lebih baik,” tambahnya.
Namun, untuk jangka panjang, Kalbe Farma mulai berfokus pada pengembangan lini bisnis dengan tingkat TKDN yang lebih tinggi, seperti alat kesehatan. Melalui PT Forsta Kalmedic Global, perusahaan ini sedang membangun fasilitas produksi alat Dialyzer pertama di Indonesia, dan yang kedua di Asia Tenggara (ASEAN). Alat cuci darah yang diproduksi di fasilitas tersebut memiliki TKDN lebih dari 40 persen.
“Ke depan, produksi dalam negeri ini akan digunakan untuk mesin cuci darah. Ini merupakan area yang akan menjadi pendorong pertumbuhan Kalbe Farma, sehingga kami tidak lagi bergantung pada impor alat kesehatan,” tutup Kartika.
Catatan Laba Bersih
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp1,4 triliun. Nilai tersebut setara dengan 52 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2023.
Dividen per lembar saham yang dibagikan oleh perseroan setara dengan Rp31.
“Keputusan ini sesuai dengan kebijakan dividen perusahaan yang menetapkan rasio antara 45 persen hingga 55 persen dari laba bersih,” kata Presiden Direktur KLBF Irawati Setiady dalam konferensi pers usai RUPST di Jakarta, Kamis 16 Mei 2024.
Irawati menjelaskan bahwa sesuai dengan peraturan pasar modal yang berlaku, pembayaran dividen akan dilakukan paling lambat 30 hari setelah pengumuman hasil RUPST.
“Jadwal dan tata cara pembagian dividen akan segera diumumkan,” tambah Irawati.
Pada kesempatan yang sama, perseroan juga menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang menyetujui aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai maksimal Rp1 triliun, dengan harga maksimal Rp1.600 per lembar saham.