Logo
>

Kapitalisasi Kripto Tembus USD3,36 Triliun, Bitcoin Stabil

Bitcoin bertahan di atas USD106 ribu, sementara kapitalisasi pasar kripto global naik ke USD3,36 triliun di tengah antisipasi regulasi AS.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Kapitalisasi Kripto Tembus USD3,36 Triliun, Bitcoin Stabil
Kapitalisasi pasar kripto naik ke USD3,36 triliun. Bitcoin stabil di USD106.675. Investor waspada menanti RUU stablecoin dari Kongres AS. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – Pasar kripto global kembali menghijau pada Rabu pagi, 21 Mei 2025. Berdasarkan data Coinmarketcap pukul 07.46 WIB, kapitalisasi pasar aset digital mencapai USD3,36 triliun (sekitar Rp55.372 triliun), naik 0,36 persen dalam 24 jam terakhir. Indeks Fear & Greed tercatat di level 69, mengindikasikan pasar sedang optimistis.

Bitcoin (BTC) menguat tipis 0,71 persen ke harga USD106.675,69 (sekitar Rp1,756 miliar) dan mempertahankan dominasinya dengan kapitalisasi USD2,12 triliun. Sementara Ethereum (ETH) justru melemah 0,02 persen ke USD2.526,04 (sekitar Rp41,6 juta).

Stablecoin Tether (USDT) masih bertahan di angka psikologis USD1,00 (Rp16.480), naik tipis 0,02 persen. Di sisi lain, XRP melemah 1,48 persen ke USD2,35 (Rp38.748), dan Binance Coin (BNB) terkoreksi 0,15 persen menjadi USD650,05 (Rp10,7 juta).

Solana (SOL), yang beberapa hari lalu sempat reli, terkoreksi 0,01 persen ke USD167,93 (Rp2,76 juta). Stablecoin USDC pun turun tipis ke USD0,9994 (Rp16.470). Dogecoin (DOGE) melemah 0,15 persen ke USD0,2256 (Rp3.716), dan Cardano (ADA) ikut turun 0,21 persen ke USD0,7432 (Rp12.254).

Aset kripto dengan penguatan tertinggi di jajaran top 10 adalah TRON (TRX), yang naik 0,91 persen ke USD0,269 (Rp4.431).

Dari sisi sentimen, pasar masih menimbang arah kebijakan The Fed dan sinyal pelonggaran suku bunga dari China dan Australia. Meski belum ada lonjakan signifikan dalam volume perdagangan, tren stabil ini menjadi indikasi bahwa investor masih melihat kripto sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.

Dengan volatilitas yang tetap tinggi namun cenderung terkontrol, pelaku pasar diingatkan tetap memperhatikan faktor eksternal—mulai dari sentimen geopolitik, inflasi AS, hingga pengawasan regulasi global terhadap stablecoin dan ETF kripto.

Kongres AS Siap Geser Sejarah

Harga Bitcoin kembali melejit tajam pada akhir pekan setelah sejumlah analis memperkirakan Kongres Amerika Serikat akan membuat sejarah baru dalam regulasi aset kripto. Kenaikan ini memantapkan posisi Bitcoin di atas USD106.000 (sekitar Rp1,75 miliar), hanya selisih tipis dari rekor tertingginya di kisaran USD110.000.

Dorongan utama datang dari rencana pengesahan RUU Guiding and Establishing National Innovation for U.S. Stablecoins atau disingkat Genius Act. UU ini digadang-gadang akan menjadi kerangka hukum pertama bagi stablecoin di Negeri Paman Sam. Dilansir dari Forbes, Senator Republik Bill Hagerty menyebut, “Minggu depan Senat akan membuat sejarah ketika kami membahas dan meloloskan Genius Act.”

Pernyataan itu disambut euforia komunitas kripto. Bahkan Bo Hines, Direktur Eksekutif Dewan Penasihat Presiden untuk Aset Digital, mengatakan saat konferensi Consensus, “Kami benar-benar sedang berdiskusi secara real-time—dan saya sangat yakin ini akan lolos. Kami ingin melihat undang-undang ini ditandatangani Presiden dalam waktu dekat.”

Kebijakan ini tak hanya mengubah arah industri kripto, tapi juga menambah energi positif pada harga Bitcoin yang sempat terpukul oleh kekhawatiran soal perang tarif Presiden Donald Trump. Harga sempat anjlok ke USD75.000 (sekitar Rp1,23 miliar) akibat sentimen panik, tapi kemudian bangkit lebih dari 40 persen dalam tiga pekan terakhir.

Di balik itu, analis JPMorgan mengubah pandangan mereka, dari semula lebih mendukung emas, kini beralih ke Bitcoin. “Sejak pertengahan Februari hingga April, emas naik dengan mengorbankan Bitcoin. Tapi dalam tiga minggu terakhir, polanya berbalik,” tulis Managing Director JPMorgan, Nikolaos Panigirtzoglou, dalam catatan yang dilansir Decrypt.

Mereka menilai katalis khusus di sektor kripto—termasuk dukungan Trump terhadap teknologi blockchain—akan mendorong Bitcoin mengungguli emas hingga akhir tahun. “Kami bias pada kripto,” tulis tim JPMorgan secara tegas.

Pasar pun menyambut kabar ini dengan sinyal percaya diri. Di platform Coinmarketcap, indeks Fear and Greed berada di angka 69, menandakan kondisi pasar cenderung optimis (greed). Sementara kapitalisasi pasar kripto global meningkat 0,36 persen menjadi USD3,36 triliun (sekitar Rp55.372 triliun).

Harga Bitcoin mungkin masih jauh dari puncak sejatinya—setidaknya menurut Bill Miller IV dari Miller Value Partners. Dalam wawancara dengan CNBC, ia menegaskan bahwa Bitcoin punya potensi menembus kapitalisasi pasar emas yang saat ini bernilai sekitar USD20 triliun. Artinya, harga BTC bisa melesat berkali-kali lipat dari level saat ini.

“Bitcoin sudah kembali ke enam digit dan masih punya ruang besar untuk naik,” ujarnya. Menurut Miller, fungsi utama Bitcoin sebagai penyeimbang dari penciptaan uang fiat yang tak akuntabel memberi peluang besar bagi aset digital ini untuk terus menanjak. Ia bahkan memproyeksikan harga Bitcoin bisa mencapai USD1 juta per koin (sekitar Rp16,48 miliar) dengan mengandalkan apa yang ia sebut sebagai “keunggulan fungsional” dibanding aset konvensional seperti emas.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).