KABARBURSA.COM - Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengatakan bahwa pasokan gula konsumsi di pasaran menipis akibat impor terlambat masuk dan pabrik gula (PG) terlambat menggiling.
"Gula di pasar masih belum cukup disuplai dari gula impor yang terlambat masuk," ujarnya kepada Kabar Bursa, Selasa, 23 April 2024.
Akibatnya, sambung Yadi, stok gula baik di pasar hingga ritel modern terus menipis. Namun ia memprediksi bahwa pasokan gula mulai kembali normal pada minggu ketiga bulan Mei ini.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa selain tidak tersedianya stok, kebutuhan nasional gula konsumsi juga cukup besar, yang mencapai sekitar 3,2 juta ton. Padahal produksi gula dalam negeri hanya sekitar 2,3 juta ton.
"Bahkan tahun ini diperkirakan hanya sekitar 2,1 juta ton," sambungnya.
Sementara itu mengenai sebagian besar PG belum melakukan penggilingan, Yadi menyampaikan bahwa terdapat sejumlah penyebab atas hal ini.
"Sebagian besar PG belum giling. Terlebih gula kemasan branded yang umumnya menunggu PG giling," tuturnya.
Ia menambahkan bahwa PG tetap melakukan penggilingan tetapi, sedikit terlambat dari tahun 2023. Alasannya karena kondisi tanaman tebu sedikit lebih muda karena musim hujan yang lebih lambat.
"Pengaruh El Nino tahun lalu berpengaruh pada produktivitas tebu sehingga tahun ini kemungkinan produksi gula turun," pungkasnya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.