Logo
>

Kembang Kempis Sektor Konsumer, Bagaimana Kondisi MYOR?

Ditulis oleh Yunila Wati
Kembang Kempis Sektor Konsumer, Bagaimana Kondisi MYOR?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga bahan baku yang bergejolak dalam lima hari terakhir menjadi perhatian utama, terutama bagi emiten di sektor konsumer yang sangat bergantung pada komoditas seperti gula, kopi, dan kakao.

    Kenaikan tajam harga bahan baku ini memberikan tantangan signifikan bagi beberapa perusahaan, meskipun ada juga peluang yang bisa dimanfaatkan oleh emiten lain.

    Berdasarkan daftar harga di pasar tradisional, harga gula mengalami kenaikan sebesar 5,2 persen dalam sepekan terakhir. Peningkatan ini disebabkan oleh curah hujan tinggi di Brasil yang mengganggu produksi dan memaksa banyak pabrik gula untuk tutup.

    Penurunan kapasitas produksi ini memicu kekhawatiran tentang pasokan global di masa mendatang.

    Kondisi ini tentunya memberikan dampak signifikan bagi sejumlah perusahaan, seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

    Begitu juga dengan PT Kalbe Farma Tbk (KALBE) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ). Seluruh emiten yang telah disebutkan diperkirakan akan menghadapi tekanan akibat kenaikan harga gula.

    Sebagai komponen penting dalam biaya produksi, kenaikan harga gula akan mempengaruhi margin keuntungan mereka.

    Kopi dan Kakao Ikut Naik

    Selain gula, harga kopi juga meningkat 3,7 persen, sementara harga kakao melonjak 5,3 persen selama sepekan terakhir. Kenaikan ini terkait dengan peraturan Uni Eropa yang melarang impor produk dari wilayah yang mengalami deforestasi setelah 2020.

    Kebijakan yang berlaku mulai 2025 ini memicu kekhawatiran pengurangan pasokan dari produsen besar seperti Brasil dan Indonesia.

    Lalu, bagaimana dengan emiten-emiten terkait?

    Pertama adalah Mayora. Emiten berkode saham MYOR ini mengandalkan bahan baku kopi, seperti kopi instan. Kenaikan harga kopi dan gula tentu saja akan terpengaruh.

    Menurut riset, 13 persen dari biaya bahan baku Mayora berasal dari kopi, sehingga kenaikan harga akan menjadi tantangan besar. Kenaikan harga kakao juga menambah tekanan bagi perusahaan yang memproduksi produk berbasis cokelat.

    Namun demikian, saham MYOR menunjukkan performa positif. Kinerja sahamnya naik 5,81 persen dalam sepekan terakhir dan 9,64 persen secara year-to-date (ytd).

    Pada Kamis, 21 November 2024, saham MYOR justru ditutup menguat 3,02 persenke Rp2.730 dengan nilai transaksi mencapai Rp37,99 miliar.

    ICBP Diuntungkan Penurunan Harga Gandum

    Berbeda dengan Mayora yang terguncang kenaikan harga kopi dan gula serta kakao, emiten seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) justru diuntungkan oleh tren penurunan harga gandum sepanjang tahun ini.

    Sebagai produsen utama mi instan, biaya produksi ICBP menurun sehingga memberikan ruang bagi margin keuntungan yang lebih baik.

    Sayangnya, kondisi ini tidak terlalu memberikan sinyal positif bagi ICBP. Buktinya, hingga penutupan perdagangan kemarin sore, saham ICBP tampak stagnan di harga Rp11.800.

    Hanya saja, dalam sepekan saham tersebut menguat 3,06 persen dan secara year-to-date tumbuh 11,58 persen.

    Untuk itu, Samuel Sekuritas merekomendasikan saham ICBP dengan target harga Rp14.000 per saham, karena mencerminkan potensi pertumbuhan yang solid.

    Tidak hanya kepada saham ICBP, Samuel Sekuritas juga memberikan rekomendasi untuk emiten-emiten lain di sektor konsumer, sebagai berikut:

    1. Mayora Indah Tbk (MYOR): Meski mencatatkan kinerja saham yang positif, margin keuntungan MYOR diperkirakan akan tetap tertekan akibat kenaikan harga kopi dan kakao. Investor perlu mencermati dampak kenaikan harga bahan baku ini terhadap laporan keuangan kuartal berikutnya.
    2. Cisarua Mountain Dairy (CMRY) dan Ultrajaya Milk (ULTJ): Kedua perusahaan ini juga diperkirakan menghadapi tantangan serupa seperti MYOR, terutama karena gula menjadi komponen utama dalam produk mereka.
    3. Unilever Indonesia (UNVR): Kenaikan harga gula dapat menekan produk-produk konsumer berbasis makanan dan minuman yang dihasilkan UNVR. Namun, diversifikasi produk dapat menjadi strategi mitigasi.

    Jadim dapat disimpulkan jika fluktuasi harga bahan baku memengaruhi kinerja emiten sektor konsumer dengan cara yang beragam. Sementara Mayora dan sejumlah emiten lainnya menghadapi tantangan besar akibat kenaikan harga gula, kopi, dan kakao, Indofood CBP justru mendapatkan keuntungan dari penurunan harga gandum.

    Investor disarankan untuk mencermati perkembangan harga bahan baku global dan dampaknya pada masing-masing emiten.

    Saham ICBP menjadi pilihan menarik untuk saat ini, sementara saham MYOR layak diperhatikan bagi investor dengan toleransi risiko lebih tinggi.

    Untuk CMRY dan ULTJ, sepertinya akan menghadapi tantangan seperti halnya Mayora, karena terdampak naiknya harga gula, kopi, dan kakao.

    Sama halnya dengan UNVR yang terdampak kenaikan harga gula, namun diversivikasi produk masih dapat dijadikan sebagai strategi mitigasi.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79