KABARBURSA.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersinergi dengan Kedutaan Besar RI di Den Haag Belanda menggelar kegiatan penjajakan kerja sama bisnis di Indonesia House Amsterdam (IHA), Amsterdam berhasil membukukan transaksi 23,94 juta dolar AS atau senilai Rp384,19 miliar.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan, Indonesia telah menekankan adopsi praktik-praktik berkelanjutan untuk menjawab isu global yang menjadi tantangan di Eropa. Dalam hal ini, Indonesia memiliki keunggulan sumber daya terbarukan seperti bambu dan rotan, yang berkontribusi dalam pengembangan produk berkelanjutan.
Dengan pertumbuhan cepat dan sifat terbarukan, bambu dan rotan berfungsi sebagai alternatif terbarukan, mengurangi ketergantungan kita pada kayu yang tumbuh lambat dan rentan terhadap deforestasi, ujar Didi melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Belanda merupakan mitra krusial dan strategis bagi produk Indonesia untuk mengakses pasar Eropa. Untuk mendorong nilai ekspor Indonesia, Kemendag melakukan berbagai kegiatan promosi, salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan penjajakan kerja sama bisnis.
Capaian transaksi berasal dari 11 penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Indonesia dan Belanda untuk produk makanan dan minuman, rempah, kopi, fesyen, aksesori, dan dekorasi rumah.
Sebanyak 39 pelaku usaha turut serta dalam kegiatan penjajakan kerja sama bisnis ini. Pelaku usaha tersebut bergerak di sektor furnitur, makanan dan minuman, pupuk, perawatan tubuh, dan fesyen.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas menyampaikan, kegiatan ini diharapkan menjadi wadah dan sarana promosi bagi eksportir Indonesia untuk memperkenal produk kepada importir Belanda.
Hal ini diharapkan dapat membina hubungan kerja sama bisnis jangka panjang dan dapat memberikan dampak positif bagi sektor perdagangan bagi kedua belah pihak.
Kami terus mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan ekspor melalui Belanda. Salah satunya, karena Pelabuhan Rotterdam berfungsi sebagai pintu gerbang bagi produk Indonesia untuk mengakses pasar Uni Eropa. Sedikitnya, 22 persen ekspor Indonesia ke 27 negara Uni Eropa didistribusikan melalui Belanda, kata Mayerfas.
Sepanjang 2023, Belanda menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia di Eropa dan menduduki peringkat ke-12 di dunia. Dalam lima tahun terakhir (2019-2023) tren perdagangan kedua negara mencatat pertumbuhan positif sebesar 8,5 persen.
Selain itu, ekspor produk nonmigas Indonesia ke Belanda pada periode tersebut juga menunjukkan tren positif sebesar 10,05 persen.
Di sektor investasi, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Belanda menduduki peringkat sebagai investor asing terbesar ke-8 di Indonesia di triwulan I tahun 2024. Ini juga menegaskan kedalaman kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Belanda.".
Transaksi Perdagangan Uzbekistan
Dalam kunjungan perdagangan ke Tashkent, Uzbekistan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat potensi transaksi sebesar USD11,1 juta atau sekitar Rp177,7 miliar. Menurut Didi Sumedi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, misi perdagangan ke Uzbekistan merupakan bagian dari strategi untuk memasuki pasar nontradisional di wilayah Asia Tengah.
“Saya berharap misi dagang ini menjadi forum pertama bagi kami di Uzbekistan yang menandai tonggak penting dalam hubungan bilateral antara kedua negara untuk mengeksplorasi kerja sama di sektor perdagangan,” ujar Didi.
Didi mengungkapkan bahwa kedua negara memiliki banyak kesamaan, termasuk sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim. Selain itu, Uzbekistan terletak di wilayah Asia Tengah secara geografis, dan memiliki potensi sebagai pusat bagi produk Indonesia dalam memasuki pasar Asia Tengah.
“Sebaliknya, posisi Indonesia secara geografis dan politis penting di kawasan Asia Tenggara dapat menjadi hub bagi produk Uzbekistan memasuki pasar ASEAN,” katanya.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Uzbekistan Sunaryo Kartadinata menyampaikan dalam beberapa tahun terakhir neraca perdagangan kedua negara terus menunjukkan tren positif.
Peningkatan perdagangan bilateral kedua negara mencerminkan potensi besar yang dimiliki. Indonesia dinilai berhasil memperkenalkan beragam produk unggulan ke pasar Uzbekistan, mulai dari produk pertanian, seperti kopi, hingga produk manufaktur seperti tekstil dan garmen.
“Produk-produk berkualitas dari Indonesia telah menjadi favorit di pasar Uzbekistan sehingga menciptakan peluang besar bagi pertumbuhan ekspor Indonesia ke negara ini,” ujar Sunaryo.
Rangkaian kegiatan misi dagang tersebut terdiri atas forum bisnis, penjajakan kerja sama dagang (one on one business matching), dan pertemuan dengan pihak terkait di Uzbekistan.
Pada kegiatan ini, Kemendag memfasilitasi 19 pelaku usaha dengan sektor, antara lain, aneka produk halal seperti makanan dan minuman, kosmetik, perawatan tubuh, dan fesyen, produk kopi dan teh, tekstil dan produk tekstil, produk olahan kelapa, serta produk turunan kelapa sawit.
Dalam lima tahun terakhir (2019-2023), total perdagangan kedua negara menunjukkan pertumbuhan positif dengan tren mencapai 49 persen.
Pada periode Januari-Maret 2024, total perdagangan Indonesia dan Uzbekistan mencapai 35,3 juta dolar AS, naik 63,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor Indonesia ke Uzbekistan tercatat sebesar 3,3 juta dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uzbekistan sebesar 32 juta dolar AS.
Sementara total perdagangan kedua negara tercatat sebesar 141,1 juta dolar AS dengan nilai ekspor Indonesia ke Uzbekistan sebesar 16,3 juta dolar AS dan impor Indonesia dari Uzbekistan sebesar 124,7 juta dolar AS.