Logo
>

Kena Imbas Perang Dagang, KEJU Bidik Local Supplier

Direktur Utama KEJU, Indrasena Patmawidjaja mengakui pihaknya terkena dampak imbas perang dagang karena bahan baku perusahaan merupakan hasil impor dari Selandia Baru.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Kena Imbas Perang Dagang, KEJU Bidik Local Supplier
Pergerakan saham KEJU hari ini tampak merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Mulia Boga Raya Tbk (Perseroan) atau KEJU memiliki strategi jitu dalam menghadapi perang dagang global yang kini tengah terjadi. 

    Direktur Utama KEJU, Indrasena Patmawidjaja mengakui pihaknya terkena dampak imbas perang dagang karena bahan baku perusahaan seperti cheese powder dan cheese curd merupakan hasil impor dari Selandia Baru. 

    "Dampaknya besar, karena kami memang , transaksinya itu melalui dolar (AS)," ujar dia dalam acara public expose, Selasa, 22 April 2025.

    Menurut Indrasena, hal tersebut merupakan kendala utama KEJU di tengah perang dagang global. Untuk menghindari efek lebih dalam, dia menyatakan perusahaan telah mencanangkan beberapa cara. 

    Salah satunya ialah melakukan negosiasi dengan vendor untuk menemukan jalan terbaik. Indrasena mengatakan cara ini dilakukan agar perusaahan bisa melakukan manuver lebih baik lagi. 

    "Untuk hedging kita selalu lakukan dari tahun lalu, cuman sekarang lebih was-was saja," ungkapnya. 

    Secara mid long term, lanjut Indrasena, KEJU juga telah mulai mengeksplorasi local supplier untuk menurunkan ketergantungan perusahaan dari segi import.

    "Dengan gejolak itu, saya harap justru itu peluang untuk bisa mempertahankan posisi kami dari segi harga," tandasnya. 

    Lebih jauh Indrasena mengungkapkan perang dagang merupakan tantangan KEJU di kuartal I 2025. Karenanya, ia memprediksi pada periode ini terdapat perubahan pola pembelian dari konsumen. 

    "Saya yakin ini akan reda, yang kami pastikan adalah kami bisa berjalan terus. Jadi kalo dilihat sih sepertinya memang ada perubahan dari pola pembelian konsumen," jelasnya. 

    Kinerja KEJU 2024

    Diketahui, penjualan bersih KEJU pada 20224 mengalami peningkatan sebesar sebesar 24 persen atau setara dengan Rp1,26 triliun, sementara tahun sebelumnya senilai Rp1,02 triliun. 

    Sedangkan, laba bersih perusahaan yang mencatatkan saham perdana tahun 2019 ini mencapai Rp147 miliar di tahun lalu, meningkat sebesar 83 persen sebesar Rp80 miliar pada tahun 2023.

    “Pada tahun 2024 lalu kami juga memperkuat komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik dengan menekankan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan dalam seluruh operasi bisnis,” ujar Indrasena.

    Sementara  untuk penjualan per kategori, produk keju blok  menjadi kontribusi terbesar yaitu 76,6 persen  dari total seluruh penjualan Perseroan di tahun 2024 dan kategori keju lembaran memberikan peran sebesar 22 persen dari total seluruh penjualan di tahun 2024. 

    "Jika dibandingkan penjualan 2023, penjualan keju blok mengalami kenaikan sebesar 19 persen, sedangkan penjualan Keju Lembaran mengalami kenaikan sebesar 49 persen dibanding tahun 2023," jelasnya. 

    Dari segmen geografis, mayoritas penjualan Perseroan masih di wilayah domestik, yaitu sebesar 91,3 persen mengalami kenaikan sebesar 22 persen dibanding tahun 2023, sedangkan penjualan luar negeri tahun 2024 adalah 8,7 persen, mengalami kenaikan sebesar 46 persem  dari tahun sebelumnya.

    Di sisi lain, KEJU bakal menebar dividen dari tahun buku 2024. Rencana ini disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)  pada Selasa, 22 April 2025.

    Indrasena mengatakan, RUPST telah memutuskan penggunaan laba bersih tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024 sebesar Rp146,88 miliar. 

    Menurutnya, keputusan tersebut telah mempertimbangkan kondisi keuangan  dan kebutuhan modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha Perseroan. 

    Pertama, adalah pembagian dividen sebesar  Rp13, per saham atau Rp73,12 miliar atau sekitar 49,8 persen dari laba tahun buku 2024 ditetapkan sebagai dividen tunai tahun buku 2024.

    "Akan dibagikan secara tunai kepada seluruh pemegang saham pada tanggal 23 Mei 2025," ujarnya, Selasa, 22 April 2025.

    Penggunaan kedua akan ditetapkan sebagai cadangan wajib untuk memenuhi ketentuan Pasal 70 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2027 sebesar Rp 2 miliar. 

    Sementara sisa laba bersih sebesar Rp71,75 miliar bakal digunakan sebagai cadangan umum yang belum ditentukan penggunaannya. 

    Adapun disampaikan juga,  daftar pemegang saham KEJU yang berhak atas dividen tersebut adalah pemegang saham yang terdaftar pada tanggal 5 Mei 2025 pukul 16.00 WIB. 

    Di sisi lain, Indrasena optimistis peluang penjualan produk keju di Indonesia ke depan masih akan terus bertumbuh seiring dengan kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan sehat.

    Trump Guncang Fondasi Makroekonomi

    Sebelumnya diberitakan, kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) tidak hanya mengguncang neraca ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam, tetapi juga mengirimkan gelombang tekanan ke seluruh fondasi makroekonomi nasional.

    Pendekatan unilateral yang diusung oleh Presiden Donald Trump mengancam melambatnya roda ekonomi global, memperbesar risiko stagflasi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

    Ketidakpastian yang ditimbulkan dari potensi retaliasi dagang antarnegara menciptakan atmosfer kehati-hatian yang menekan arus perdagangan dan investasi lintas batas.

    Efek dari ketegangan ini telah mulai tercermin pada harga komoditas global. Per 10 April 2025, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent Crude masing-masing turun 1,32 persen dan 1,42 persen. Penurunan serupa juga terjadi pada komoditas unggulan Indonesia seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara, memperparah kondisi neraca dagang nasional yang telah terpukul oleh berkurangnya ekspor ke AS.

    Dampak berikutnya menghantam sisi domestik. Sektor-sektor padat karya, meliputi tekstil, alas kaki, dan elektronik, mengalami tekanan tajam yang memaksa pengurangan produksi dan pemutusan hubungan kerja. 

    “Perdagangan internasional tidak hanya mencakup barang, tetapi juga jasa,” ujar Prof. Dr. Sahara, Research Associate Professor di CORE Indonesia. “Narasi yang dibangun Trump cenderung parsial karena mengabaikan surplus jasa yang dinikmati AS dalam hubungan dagang dengan negara-negara mitra.”

    Kondisi tersebut berdampak langsung terhadap pendapatan rumah tangga dan konsumsi domestik. Turunnya penerimaan devisa dari ekspor membuat nilai tukar rupiah tertekan, memicu imported inflation. Rupiah yang sempat berada di level Rp16.572,6 per USD pada 28 Maret, tertekan hingga menyentuh Rp17.199,2 pada 7 April 2025, fluktuasi tajam yang menggambarkan kegelisahan pelaku pasar.

    Skenario depresiasi ini memaksa Bank Indonesia untuk mengalihkan fokus dari pro-growth menjadi stabilisasi harga dan nilai tukar. Namun, pengetatan kebijakan moneter ini berisiko menunda pemulihan ekonomi pascapandemi, terutama saat pemerintah tengah mendorong peningkatan investasi dan belanja rumah tangga.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.