Logo
>

Kenali Beda Investor dan Trader, Kamu ada di Barisan Mana?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Kenali Beda Investor dan Trader, Kamu ada di Barisan Mana?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di dunia pasar modal dikenal istilah investor dan trader. Keduanya punya tujuan yang sama dalam berinvestasi, yakni memperoleh keuntungan. Namun, dua pelaku pasar ini memiliki batasan yang membedakan kegiatan investasinya, begitu juga dengan istilah-istilah teknis yang digunakan keduanya.

    Head of Research NH Korindo Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengatakan garis batas investor dan trader terletak pada karakteristik yang mereka gunakan. Ia menyebut kegiatan investasi biasanya memiliki karakteristik buy and hold, sementara kalau trading buy and sell.

    kemudian dari sisi waktu yang digunakan, kegiatan investasi cenderung lebih lama. Liza menjelaskan, buy and hold pada investasi biasa dilakukan hingga setahun penuh sebagaimana yang dilakukan para investor kawakan, Warren Buffett dan Lo Kheng Hong. 

    Buy and hold itu bisa setahun. Itu model investasinya kayak siapa? Investor yang Warren Buffett, pernah dengar? lalu Lo-Khen Hong,” kata Liza dalam acara seminar bertajuk “Bebas Finansial Berkat Saham di Usia Muda, Mungkin Gak Sih?” di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.

    Sementara trader, Liza melanjutkan, dikenal istilah swing trading, yakni strategi trading saham yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari pergerakan harga saham dalam jangka waktu singkat. Biasanya strategi ini dilakukan karena melihat tingkat turun naiknya saham atau volatilitas tinggi. “Kita kayak swing trading gitu, sebulan, tiga bulan, itu kita udah keluar masuk pasar, keluar masuk market,” ungkapnya.

    Selain itu, Liza juga menyebut kegiatan investasi lebih banyak memakai analisis fundamental. Sementara untuk trading, para pelaku trader biasa menggunakan analisis teknikal.

    Analisis fundamental adalah mempelajari laporan keuangan emiten atau perusahaan terbuka sebelum melakukam investasi.

    Liza menganalogikan analisis fundamental ini layaknya membeli mangga di suatu pasar “Misalnya kita ke pasar, mau beli mangga, itu masing-masing satu-satu mangga kita perhatiin enggak? Kita mau yang mulus, mau yang busuk, mau yang cacingan gitu kan? Terus kemudian udah mau beli kita masih tawar juga harganya ke abangnya. Sama juga beli saham juga kayak gitu,” jelasnya.

    “Masa kamu enggak membeli, perusahaan yang kamu beli itu produknya apa? Bagaimana dia menjalankan perusahaannya? Profit atau enggak? Terus utangnya segunung atau enggak? Nah, itulah yang dinamakan meneliti laporan keuangan yang fundamental analysis,” tambahnya.

    Hal yang sama juga perlu dilakukan jika ingin menganalisis harga per lembar saham. Liza mengatakan hal itu perlu dilakukan untuk memahami tinggi-rendahnya harga sebuah saham.”Apakah saham BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk) dengan harga Rp3.000 let's say, itu sekarang mahal, murah, atau fair? Over value, under value, atau fair? Nah, things like that,” ungkapnya.

    Sementara teknikal analisis, kata Liza, cenderung menentukan waktu buy and sell atau menentukan kapan titik entry dan exit yang optimal. Ia pun menganalogikannya dengan saat mengendarai sebuah kendaraan.

    “Kalau nyetir matanya ditutup berani enggak? Enggak melihat kan di depan, di dalam kiri, di dalam kanan, ada jurang atau naik gunung, ya kan? Nah, sama ketika kita trading saham, kalau kita tidak baca chart, kita tidak tahu Telkom (TLKM) harga Rp. 3.000 itu ada di bawah atau di atas. Di bawah baru mulai, good, itu timing ada untuk beli,” ungkapnya.

    Di sisi lain, Liza menyebut kegiatan trading dilakukan berdasarkan price movement. Sementara investing,men-tracking good corporate performance atau kinerja emiten kuartal “Kita review raport-nya emiten-emiten ini bagaimana,” jelasnya.

    Warren Buffett, kata Liza, sempat mengungkap emiten yang disukainya. Investor yang juga filantropis asal Amerika Serikat itu lebih menyukai perusahaan-perusahaan yang sahamnya tumbuh minimal 25 persen setiap kuartalnya.

    Sementara itu, Liza mengatakan kalangan trading tidak perlu terlalu memusingkan laporan keuangan, tetapi lebih kepada meneliti chart dan cross movement.

    “Kalau dia ada gerakan yang mengarah ke naik, maka saya ikut naik. Kalau dia ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa istilah merah turun, saya akan jual,” katanya. 

    Tren Investor di Indonesia

    Liza mengungkapkan investor di Indonesia masih tergolong kecil. Berdasarkan data yang ia paparkan, jumlah investor di Indonesia hanya sebanyak 10,31 juta pada tahun 2022. Jika dibandingkan dengan negara lain, investor di Australia jauh lebih besar jumlahnya.

    Sebanyak 45,6 persen penduduk Australia merupakan investor atau sekitar 9 juta pada tahun 2022. Di sisi lain, Liza menyebut 55 persen diantaranya merupakan investor berusia produktif.

    Sementara di Korea Selatan, Liza mengungkapkan ada sebanyak 14,24 juta investor di tahun 2022. Ia menyebut angka tersebut sama dengan 27 persen dari keseluruhan penduduk Korea Selatan.

    “Indonesia, di tahun 2022, jumlah kita someone mirip, 10.3 juta investor di tahun 2022. Tapi dibandingkan dengan populasi produktif, itu cuma 6,6 persen saja. Apalagi dibandingkan dengan jumlah total populasi. Justru lebih sedikit lagi. Karena 59 persen dari investor itu didominasi usia 20 sampai 30 tahun,” ungkap Liza.

    Dua tahun setelahnya, peningkatan investor di Indonesia juga masih tergolong rendah, di mana investor pasar modal Indonesia tahun 2024 hanya bertambah 3 juta. Di samping itu, ia juga menyebut pertambahan jumlah investasi juga terpantau stagnan secara persentase.

    “6,6 persen dari jumlah penduduk usia produktif 16 sampai 64 tahun. Dan dari total populasi Indonesia, cuma kurang dari 5 persen, persisnya cuma 4,6 persen,” papar Liza.

    Liza menilai, hal itu terjadi lantaran masyarakat Indonesia masih memandang kegiatan investasi berdasarkan dogma cenderung konservatif. Ia mengungkap, tak jarang masyarakat menganggap kegiatan investasi di pasar modal mengandung unsur judi hingga dianggap haram.

    “Ada pemikiran bahwa stock market itu adalah judi padahal kita punya beberapa tools analisis yang bisa digunakan untuk bertransaksi di pasar modal,” kata Liza.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi