KABARBURSA.COM - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan kinerja yang cukup menantang pada awal tahun 2025. Laba bersih yang dibukukan pada Februari 2025 mencapai Rp 150,30 miliar, mengalami lonjakan sebesar 47,84 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, secara tahunan, laba ini masih tergerus 46,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara kumulatif, laba bersih selama dua bulan pertama tahun ini terkoreksi 54,66 persen secara tahunan menjadi Rp251,96 miliar.
Kendati terjadi sedikit perbaikan dibandingkan bulan Januari, pencapaian ini masih jauh dari target yang dicanangkan manajemen sebesar Rp3,32 triliun untuk tahun 2025.
Dengan realisasi laba bersih baru mencapai 7,5 persen dari target tahunan, BBTN dihadapkan pada tantangan besar untuk mengejar pertumbuhan laba sebesar 10,35 persen dalam setahun penuh. Strategi yang perlu ditempuh mencakup peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan, memastikan kualitas aset tetap terjaga, serta menghadapi tantangan likuiditas yang semakin ketat.
Selain itu, manajemen juga harus mendorong berbagai indikator profitabilitas untuk mendukung kinerja secara keseluruhan.
Dari sisi net interest margin (NIM), terdapat sedikit perbaikan di bulan Februari 2025 dengan kenaikan menjadi 2,84 persen dari 2,30 persen pada Januari. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 3,15 persen menjadi Rp2,43 triliun, sementara beban bunga mengalami penurunan 7,87 persen menjadi Rp1,38 triliun.
Hasilnya, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) naik 22,63 persen menjadi Rp1,04 triliun. Meski demikian, secara kumulatif dalam dua bulan pertama 2025, NIM masih terkoreksi ke level 2,56 persen dibandingkan 3,33 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Kinerja NIM yang masih di bawah target 3,32 persen menunjukkan bahwa BBTN harus terus mengoptimalkan efisiensi biaya dana serta meningkatkan yield aset produktifnya untuk mencapai target pertumbuhan laba yang diharapkan.
CoC Turun 1,09 Persen
Di sisi biaya kredit atau credit cost (CoC), terdapat penurunan dari 1,09 persen pada Januari menjadi 0,93 persen pada Februari 2025. Penurunan ini sejalan dengan menyusutnya beban provisi menjadi Rp 277,73 miliar.
Meski demikian, secara kumulatif dalam dua bulan pertama 2025, CoC meningkat menjadi 1,01 persen, lebih tinggi dibandingkan 0,79 persen pada periode yang sama tahun lalu. Beban provisi pun tercatat melonjak 35,46 persen secara tahunan menjadi Rp603,28 miliar, mencerminkan masih adanya tantangan dalam menjaga kualitas aset.
Dari sisi likuiditas, BBTN mencatat total kredit dan pembiayaan mencapai Rp359,35 triliun pada Februari 2025, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 5,84 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya yang mencapai 7,11 persen.
Perlambatan terutama terjadi pada kredit konvensional, sementara pembiayaan syariah masih menunjukkan pertumbuhan yang solid. Dengan target pertumbuhan kredit sebesar 7,34 persen untuk tahun ini, BBTN perlu mendorong ekspansi kredit lebih agresif guna mencapai proyeksi total kredit dan pembiayaan sebesar Rp384,24 triliun di akhir tahun.
Total aset BBTN per Februari 2025 tercatat sebesar Rp464,71 triliun, sementara target manajemen adalah menembus Rp500 triliun pada akhir tahun. Untuk mendukung pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) berhasil tumbuh 8,99 persen secara tahunan, lebih tinggi dari target pertumbuhan 8,51 persen yang ditetapkan manajemen untuk tahun 2025.
Dengan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, loan to deposit ratio (LDR) BBTN turun ke level 94,06 persen dari sebelumnya 95,33 persen di Januari, mencerminkan sedikit kelonggaran dalam likuiditas meskipun masih tergolong ketat.
Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa perbaikan dalam indikator keuangan seperti peningkatan NIM dan penurunan CoC pada Februari, BBTN masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai target laba tahunan. Penyaluran kredit yang melambat serta rasio NIM yang masih di bawah ekspektasi menjadi perhatian utama.
Oleh karena itu, BBTN perlu mengambil langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan kredit yang lebih kuat, menjaga efisiensi biaya dana, serta mengelola kualitas aset dengan lebih optimal guna mencapai target keuangan yang telah ditetapkan untuk tahun 2025.
Target Keuangan 2025
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) optimistis mampu mencapai target aset sebesar Rp500 triliun hingga akhir tahun 2025. Keyakinan ini didukung oleh pertumbuhan aset yang telah dicapai sepanjang tahun 2024, di mana total aset perseroan meningkat sebesar 7 persen menjadi Rp469,61 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp438,75 triliun.
Dalam menghadapi dinamika makroekonomi yang terus berkembang, BTN telah menyiapkan berbagai inisiatif strategis guna memperkuat bisnisnya di luar sektor pembiayaan perumahan. Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, menegaskan bahwa strategi yang diterapkan perseroan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan bisnis yang lebih berkelanjutan, sehat, dan solid.
Selain itu, optimisme BTN juga didukung oleh komitmen pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat melalui Program Tiga Juta Rumah.
Sejalan dengan ekspansi bisnis yang dilakukan, pertumbuhan aset BTN juga ditopang oleh peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan. Pada tahun 2024, BTN mencatatkan total kredit dan pembiayaan sebesar Rp357,97 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 7,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp333,69 triliun.
Keberhasilan BTN dalam mempertahankan pertumbuhan kredit dan pembiayaan yang solid menunjukkan ketangguhan strategi bisnis yang dijalankan, terutama dalam memperluas portofolio pembiayaan perumahan sekaligus memperkuat layanan perbankan secara keseluruhan.
Dengan fundamental keuangan yang semakin kuat dan strategi ekspansi yang matang, BTN optimistis dapat mencapai target ambisiusnya dalam mengukuhkan posisi sebagai bank utama di sektor perumahan sekaligus memperluas cakupan bisnis perbankan secara lebih luas pada tahun 2025.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.