KABARBURSA.COM - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia atau Gapmmi mengungkapkan keprihatinan terhadap tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang dianggap memiliki potensi dampak negatif terhadap industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia. Hal ini disebabkan sebagian besar penjualan dalam industri tersebut masih bergantung pada pasar domestik.
"Kalau kita lihat ekspor mamin di luar sawit itu sekitar USD18 miliar lebih, [tetapi] hanya sekitar 7 persen - 8 persen dari total [penjualan industri mamin], 90 persen lebih masih mengandalkan pasar domestik. Jadi dengan pelemahan rupiah atau kenaikan inflasi, tentu akan berpengaruh jelek kepada industri mamin," jelas Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman.
Mengacu kepada hal tersebut, Adhi menjelaskan hanya perusahaan mamin yang ekspornya cukup besar yang akan menghasilkan kenaikan keuntungan di tengah pelemahan rupiah, kendati biaya untuk mengimpor bahan bakunya ikut terekerek.
"Namun, [perusahaan] yang ekspornya kecil, tentunya ini akan makin berat seperti yang saya katakan, akan berpengaruh kepada bahan pokok," ungkapnya.
Berkaitan dengan langkah yang akan diambil ke depan untuk menghadapi kelemahan rupiah, Adhi menyatakan bahwa perusahaan mamin skala kecil mungkin akan kesulitan menahan lonjakan harga, sementara perusahaan besar cenderung bertahan dengan mengurangi margin keuntungan meskipun harga bahan baku meningkat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan kemarin. Namun secara mingguan, mata uang Ibu Pertiwi masih merah.
Pada Jumat 5 April 2024, USD1 setara dengan Rp15.848 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,28 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Akan tetapi, rupiah masih melemah 0,2 persen sepanjang pekan ini. Depresiasi rupiah sejalan dengan mata uang utama Asia lainnya.
Secara mingguan, yen Jepang, won Korea Selatan, dolar Taiwan, baht Thailand, ringgit Malaysia, dolar Hong Kong, hingga peso Filipina melemah masing-masing 0,2 persen, 0,43 persen, 0,54 persen, 0,55 persen, 0,48 persen, 0,04 persen, dan 0,59 persen.