Logo
>

Kinerja ANTM Bisa Didorong Commisioning Smelter Alumina

Ditulis oleh Syahrianto
Kinerja ANTM Bisa Didorong Commisioning Smelter Alumina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Tahap commissioning Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I di Kalimantan Barat diperkirakan akan menjadi katalis positif yang berpotensi memperkuat prospek kinerja keuangan dan operasional PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada paruh kedua 2024 dan tahun berikutnya.

    Pabrik yang akan mengolah bauksit menjadi alumina ini dijadwalkan untuk memulai commissioning pada September 2024, dengan target tanggal operasi komersial (COD) pada Februari 2025. “Ini berpotensi meningkatkan kinerja segmen bauksit dan alumina ANTM pada semester II 2024, terutama mengingat kapasitas yang cukup besar,” ujar Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer.

    Dalam proyek ini, ANTM memiliki 40 persen saham, sementara sisanya dimiliki oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), yang merupakan bagian dari grup MIND ID dan fokus pada produksi aluminium. Investasi untuk SGAR Mempawah Fase I ini mencapai USD831,5 juta, yang akan menambah kapasitas produksi smelter grade alumina (SGA) hingga 1 juta ton, dengan kapasitas penyerapan bauksit dari hulu sebesar 3 juta ton.

    Selain itu, ANTM dan Inalum berencana melanjutkan proyek SGAR Mempawah ke Fase II, dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 1 juta ton hingga 2 juta ton. Investasi untuk fase kedua diperkirakan tidak jauh berbeda dengan fase pertama.

    “Kami meyakini bahwa dengan kapasitas penyerapan 3 juta ton bauksit dan produksi alumina sebesar 1 juta ton, ini akan berdampak signifikan pada profitabilitas ANTM ke depannya,” tambahnya.

    Kiwoom Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp1.330 per saham. Di sisi kinerja keuangan, ANTM mencatatkan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp1,55 triliun pada semester I 2024.

    Laba ini turun 17,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada semester I 2023 yang mencapai Rp1,88 triliun, meskipun emiten tambang mineral ini mencatatkan peningkatan total penjualan sebesar 7,05 persen secara tahunan, dari Rp21,66 triliun menjadi Rp23,18 triliun sepanjang semester I 2024.

    Penjualan ANTM didorong oleh produk emas sebesar Rp18,82 triliun, bijih nikel sebesar Rp1,9 triliun, feronikel sebesar Rp1,52 triliun, alumina sebesar Rp724,94 miliar, dan perak sebesar Rp34,80 miliar. Selain itu, pendapatan dari jasa pemurnian logam mulia tercatat sebesar Rp98,18 miliar.

    JV Smelter HPAL

    Pembentukan usaha patungan (joint venture/JV) antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM) dengan HongKong CBL Limited (HKCBL), anak usaha Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), di sektor smelter nikel diperkirakan akan selesai tahun depan. Direktur Utama Antam, Nico Kanter, memastikan hal ini.

    Nico menyatakan bahwa Antam dan afiliasi Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) sedang dalam tahap perundingan terkait peluang pendanaan untuk proyek smelter tersebut. "Perusahaan dan mitra sedang menjajaki peluang pendanaan untuk proyek ini," kata Nico.

    Antam bersama afiliasi CATL berencana membangun dua smelter, yaitu high pressure acid leaching (HPAL) dan rotary kiln electric furnace (RKEF). Komitmen investasi ini merupakan bagian dari program usaha patungan baterai listrik Indonesia Battery Corporation (IBC). Nico menyatakan bahwa sebagian pendanaan proyek smelter tersebut akan diperoleh dari hasil divestasi anak usaha Antam kepada HKCBL sebesar Rp7,2 triliun.

    Antam telah melepas 49 persen sahamnya di anak perusahaan PT Sumberdaya Arindo (SDA) kepada HKCBL dengan nilai transaksi sebesar USD416,5 juta atau setara dengan Rp6,42 triliun. Transaksi ini selesai pada 28 Desember 2023. Selain itu, Antam juga mendivestasikan 10 persen kepemilikan sahamnya di anak usaha PT Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL senilai Rp130,2 miliar. Pada saat yang sama, anak usaha ANTM, PT International Mineral Capital (IMC), juga melepas seluruh sahamnya di FHT dengan nilai Rp614,50 miliar ke HKCBL.

    Secara keseluruhan, total nilai transaksi divestasi SDA-HKCBL, serta FHT-Antam dan FHT-IMC, mencapai Rp7,20 triliun yang akan digunakan untuk pendanaan proyek smelter. "Baik secara langsung melalui Antam maupun tidak langsung melalui IBC, pendanaan akan menggunakan hasil divestasi aset kepada CBL," kata Nico.

    Nico juga menambahkan bahwa Antam telah menyiapkan tambang di sisi hulu melalui PT Sumberdaya Arindo (SDA), serta kawasan industri dan pabrik pengolahan melalui PT Feni Haltim (FHT).

    Kinerja ANTM Semester I

    Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Antam mencatatkan total penjualan sebesar Rp23,18 triliun sepanjang semester I 2024. Penjualan tersebut naik 7,05 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp21,66 triliun.

    Penjualan ANTM ditopang oleh produk emas sebesar Rp18,82 triliun bijih nikel sebesar Rp1,9 triliun, feronikel sebesar Rp1,52 triliun, alumina sebesar Rp724,94 miliar, dan perak sebesar Rp34,80 miliar. Adapun pendapatan jasa pemurnian logam mulia adalah sebesar Rp98,18 miliar.

    Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok ANTM juga ikut meningkat menjadi Rp21,18 triliun. Beban ini tumbuh 21,61 persen dibandingkan dengan periode semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp12,42 triliun.

    Alhasil, laba kotor ikut tergerus 52,75 persen menjadi sebesar Rp2 triliun, padahal periode yang sama tahun lalu ANTM mencatatkan laba kotor sebesar Rp4,24 triliun. Meski demikian, ANTM memperoleh laba selisih kurs sebesar Rp576 miliar, penghasilan lain-lain sebesar Rp70,51 miliar, dan penghasilan keuangan sebesar Rp277,95 miliar.

    Setelah diakumulasikan dengan beban dan pos lainnya, ANTM mencatatkan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp1,55 triliun. Laba tersebut lebih rendah 17,95 persen dibandingkan dengan periode semester I 2023 yang sebesar Rp1,88 triliun.

    Di sisi lain, ANTM mencatatkan total liabilitas sebesar Rp9,49 triliun per Juni 2024. Secara terperinci, liabilitas jangka pendek sebesar Rp6,74 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp2,74 triliun.  Sementara itu, total ekuitas tercatat sebesar Rp29,69 triliun dengan total aset mencapai Rp39,18 triliun. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.