KABARBURSA.COM - Bank-bank digital di Tanah Air masih berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih yang solid pada kuartal I 2024, didorong oleh pendapatan bunga yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit. Selain itu, rata-rata bank digital juga mencatat peningkatan dalam rasio margin bunga bersih (NIM) selama periode tersebut.
Salah satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang mencatatkan kenaikan beban bunga tertinggi, naik sekitar 12 persen year on year (yoy) menjadi Rp 417,27 miliar pada kuartal I 2024. Konsekuensinya, terjadi penurunan pendapatan bunga bersih dari Rp422,73 miliar pada periode yang sama.
Namun, laba bersih Bank Jago berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 24 persen, mencapai Rp21,72 miliar. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari bunga dan pendapatan berbasis komisi.
Menurut Tjit Siat Fun, Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago, salah satu upaya Bank Jago dalam menurunkan beban bunganya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga deposito dan tabungan kantong terkunci mulai tanggal 2 Mei 2024.
"Dengan memanfaatkan infrastruktur yang tersedia, kami yakin pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago akan tetap berlanjut. Kami juga berkomitmen untuk terus memperluas serta memperkuat ekosistem yang telah kami bangun," ungkapnya.
Lebih lanjut, beban bunga bank digital lainnya juga membengkak. Bank Raya tercatat mengalami peningkatan beban bunga sebesar 5,83 persen yoy menjadi Rp119,99 miliar pada kuartal I 2024.
Namun Bank Raya mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih 109,50 persen yoy menjadi Rp9,16 miliar. Ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi di bank digital yang rilis kinerjanya pada periode tersebut.
Bank selanjutnya adalah Krom Bank Indonesia. Bank ini mencatatkan beban bunga yang membengkak 1,55 persen menjadi Rp 9,13 miliar pada kuartal I 2024.Meski begitu laba bersih Krom Bank mampu tumbuh 10,25 persen yoy menjadi Rp28,19 miliar pada kuartal tersebut.
Senada, beban bunga Allo Bank juga tercatat naik sekitar 4 persen menjadi Rp79,5 miliar pada kuartal I 2024. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan sejak kebijakan Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sejak Agustus 2023 hingga April 2024 sebesar 2,75 persen atau 275 basis poin, hal tersebut telah berdampak secara langsung kepada beban bunga Allo Bank dan industri bank secara umum.
Indra mengatakan bahwa mereka telah menggunakan berbagai strategi di sektor ritel untuk mempertahankan kinerja DPK Allo Bank. Mereka meluncurkan produk baru, Allo Grow, dan meningkatkan kolaborasi dengan ekosistem CT Corp. Di sektor grosir, Allo Bank melakukan penyesuaian suku bunga dengan cermat. Dia juga menegaskan bahwa Allo Bank tidak akan secara drastis mengubah suku bunga deposito dalam waktu dekat.
Meski begitu dengan sokongan pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih yang naik 10,97 persen yoy menjadi Rp263,12 miliar. Rasio NIM juga naik menjadi 8,9 persen.
Upaya Menaikkan Kinerja
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, mencatat bahwa pertumbuhan kinerja bank digital terus meningkat secara bertahap. Namun, hal ini belum tercermin pada kinerja harga sahamnya. Menurutnya, meskipun ada peningkatan kinerja, namun secara valuasi rata-rata masih tergolong mahal, yang dapat dilihat dari pergerakan harga sahamnya yang masih cenderung tinggi.
Nafan menjelaskan bahwa tren harga saham emiten bank digital saat ini masih menurun, yang mencerminkan kondisi pasar yang sedang berada dalam tren bearish. Ini menandakan bahwa permintaan investor terhadap saham-saham berbasis digital masih rendah. Terlebih lagi, dengan bank besar terus mengembangkan teknologi dan layanan digital mereka, masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi di bank-bank besar tersebut.
Menurut Nafan, kinerja saham bank digital masih perlu diawasi lebih lanjut karena masih dalam tren penurunan. Belum ada aliran dana yang signifikan masuk ke saham-saham emiten bank digital tersebut. Hal ini membuat harga sahamnya masih stagnan meskipun kinerja fundamental dari bank digital terus membaik.
Nafan merekomendasikan untuk mempertahankan saham Bank Jago (ARTO) dengan target harga Rp1.885, saham Allo Bank (BBHI) tetap dalam tren bearish dengan rekomendasi untuk tetap memegang di harga Rp960, dan saham Bank Raya (AGRO) dengan target harga Rp258. Namun demikian, Nafan menegaskan bahwa secara keseluruhan, kondisi pasar masih cenderung bearish.
Tekan Beban Operasional
Allo Bank juga tengah berupaya menekan biaya operasional yang dimiliki. Indra Utoyo mengungkapkan bahwa biaya operasional selain bunga naik 16,8 persen yoy ke Rp146 miliar pada kuartal I 2024.
Indra bilang beban operasional yang dikeluarkan oleh Allo Bank pun dengan tujuan investasi. Misalnya, Allo Bank saat ini sedang membangun Data Center Active-Active yang baru dan juga pengembangan infrastruktur TI lainny untuk mengantisipasi kondisi rawan terhadap kejahatan cyber crime.
“Sebab kejahatan cyber crime yang dapat mempengaruhi pendapatan dan reputasi bank,” ujarnya.
Meski demikian, ia pun memastikan Allo Bank tetap mampu memperoleh profit di kala bebannya masih tumbuh. Di mana, laba bersih Allo Bank tumbuh 23,3 persen YoY menjadi Rp 111 miliar pada kuartal I 2024.
Adapun, salah satu bank digital yang sudah mampu menurunkan beban operasional yang dimiliki adalah Bank Jago. Bank yang tergabung dalam ekosistem Goto ini mampu menekan beban operasional dari Rp436,5 miliar di kuartal I 2023 menjadi Rp377.4 miliar d kuartal I 2024.
Tjit Siat Fun menyampaikan bahwa selama ini Bank Jago percaya dengan unique value proposition (UVP) yang dimiliki, yaitu menyediakan solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan dan tertanam di dalam ekosistem digital.
Oleh karenanya, berbagai penawaran atau promosi bukan menjadi satu-satunya faktor menarik bagi nasabah untuk menggunakan Bank Jago, melainkan UVP tersebut yang menjadi strategi yang lebih berkelanjutan untuk bisnis Bank Jago.