Logo
>

Kinerja Emiten Produsen Keramik Turun di 2023, Laba Ambles

Ditulis oleh Syahrianto
Kinerja Emiten Produsen Keramik Turun di 2023, Laba Ambles

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk atau emiten keramik berkode saham CAKK membukukan kerugian bersih mencapai Rp34,09 miliar sepanjang tahun 2023 sehingga menjadi yang terbesar setelah berkiprah selama 28 tahun dalam industri keramik di Indonesia. Apalagi, perusahaan hanya mampu membukukan penjualan Rp208 miliar, dengan catatan turun 17 persen dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp250,32 miliar.

    Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan pada 27 Maret 2024 lalu, CAKK hanya dapat merealisasikan produksi sebesar 5,45 juta meter persegi tahun 2023 dengan tingkat Penggunaan Kapasitas Terpasang (TPT) sebesar 45,44 persen.

    CAKK tercatat merugi sebesar Rp34,08 miliar pada 2023, setelah tahun sebelumnya mencatat laba bersih Rp10,55 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh beban penjualan yang meningkat 97,76 persen secara tahunan atau senilai Rp7,98 miliar, terutama karena kenaikan ongkos angkut.

    Dari sisi produksi, harga pokok produksi CAKK turun 22,5 persen dari Rp265,7 miliar pada 2022 menjadi Rp205,78 miliar pada 2023. Beban overhead pabrik juga turun 14,92 persen dari Rp116,54 miliar menjadi Rp136,98 miliar.

    Namun demikian, di tengah kondisi yang kurang baik ini, aset perseroan masih berhasil tumbuh sebesar 4,04 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp466 miliar.

    Penurunan beban produksi ini menunjukkan efisiensi, meskipun kenaikan beban ongkos angkut menjadi faktor utama penurunan kinerja perusahaan tahun lalu yang mencapai 2-3 persen dari harga jual keramik. Lebih lanjut, konsolidasi laporan keuangan antara perseroan dengan anak usaha dan peningkatan beban umum dan administrasi semakin memperburuk kondisi keuangan tahun 2023.

    Serbuan Keramik Impor

    Selain itu, volume penjualan CAKK pada tahun 2023 sangat tertekan karena serbuan produksi granit murah yang diimpor dari China dan India.

    Direktur Utama CAKK, Johan Silitonga, menyatakan bahwa impor keramik dari China dan India naik signifikan, dari 70,2 juta meter persegi pada tahun 2022 menjadi 93,4 juta meter persegi pada tahun 2023. Hal ini diduga karena adanya penurunan safeguard yang dilakukan oleh Pemerintah menjadi sebesar 13 persen, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 156/PMK/010/2021.

    Selanjutnya, penurunan harga produk impor dari China sebesar 29,5 persen membuat pelaku industri keramik terpaksa menurunkan harga jual dan tidak dapat mengoptimalkan pendapatan. Kenaikan harga gas dari USD6/MMbtu menjadi USD6,5/MMbtu, serta pelemahan daya beli domestik dan penurunan angka ekspor, berkontribusi sebagai katalis negatif terhadap pertumbuhan Perseroan pada tahun 2023.

    Dalam menghadapi situasi ini, CAKK akan mengkaji beberapa strategi berikut untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Di sisi pemasaran, akan melakukan strategi alignment dengan anak usaha yang berperan sebagai distributor perusahaan, dengan merumuskan dan menerapkan strategi pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan konsumen.

    Untuk strategi operasional, CAKK akan meningkatkan kapasitas produksi guna menurunkan harga pokok produksi. Selain itu, CAKK juga akan terus melakukan inovasi dengan menghadirkan produk baru yang dibutuhkan oleh pasar domestik, termasuk peluncuran keramik ukuran 60X60 dan 30X60 Cutting.

    Sementara itu dari lantai bursa, saham CAKK pada perdagangan hari ini berhasil menguat 1,57 persen ke level Rp129 per saham. Namun, pada periode berjalan tahun ini, sahamnya tertekan 30,27 persen.

    Berminat Masuk IKN

    Lebih jauh, CAKK pada waktu sebelumnya, tengah menjajaki permintaan produk keramik untuk proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN). Manajemen CAKK mengatakan, perseroan mempunyai produk dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 82 persen. Hal ini dinilai menjadi modal awal yang baik agar mencicipi bagian dalam proyek prestisius tersebut.

    “Terus terang kami belum memfokuskan untuk menjadi pemasok di IKN, tetapi kami akan mencoba untuk melakukan pendekatan ke dalam proyek IKN” kata manajemen dalam paparan publik, dikutip dari keterbukaan informasi.

    Perseroan, diakui manajemen, masih melihat kebutuhan yang diminta, dengan harapan dapat mendongkrak produk Granite Tiles perusahaan.

    “Jika lebih banyak menggunakan Granit Tiles kami sudah menyediakan juga produk subtitusi Granit, yaitu keramik cutting yang sudah bisa digabungkan tanpa memakai Nat,” perseroan.

    Dalam pemaparan, produksi Granite Tiles merupakan bagian dari inovasi produk CAKK dalam memenuhi kebutuhan pasar. Adapun prosesnya dikolaborasikan dengan PT Kobin Keramik Industri.

    Sepanjang 2023, penjualan keramik CAKK menurun 16,65 persen yoy menjadi Rp208,63 miliar. Produk keramik lantai mendominasi penjualan senilai Rp192,3 miliar, disusul keramik dinding, dan lain-lain.

    Adanya peningkatan beban membuat bottomline CAKK menjadi minus alias rugi senilai Rp34,08 miliar, berbalik dari posisi laba Rp10,5 miliar pada 2022. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.