KABARBURSA.COM - Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Tren ini menandakan surplus selama 49 bulan berturut-turut.
Dengan kondisi ini, emiten di sektor transportasi dan logistik, termasuk PT Transkon Jaya Tbk (TRJA), diharapkan meraih keuntungan. Namun, bagaimana sebenarnya kinerja TRJA?
TRJA merupakan perusahaan yang berbasis di Balikpapan, Kalimantan Timur, dengan fokus utama pada persewaan kendaraan 4x4, layanan servis dan perawatan, bengkel, serta pasokan suku cadang.
Perusahaan ini melayani industri pertambangan dan minyak & gas, yang menjadi sektor utama di wilayah tersebut. Dikenal sebagai perusahaan lokal yang mapan, TRJA terus berupaya memperkuat posisinya di pasar dengan menawarkan layanan berkualitas tinggi dan produk-produk yang andal.
Perusahaan ini memiliki beberapa pemegang saham utama yang berpengaruh. Pemegang saham terbesar adalah PT Samindo Resources Tbk dengan kepemilikan sebesar 1,27 miliar saham atau sekitar 83,81 persen. Selain itu, masyarakat non-warkat memiliki 123,74 juta saham (8,19 persen), dan PT Damai Investama Sukses memegang 120,82 juta saham (8 persen).
Berbicara soal kinerja keuangan, TRJA mencatatkan pendapatan sebesar Rp144 miliar hingga tahun berjalan (YTD) dengan laba kotor mencapai Rp38 miliar. Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA perusahaan mencapai Rp240,76 miliar, namun laba bersihnya hanya Rp2 miliar.
Total aset TRJA tercatat sebesar Rp1 triliun dengan kas sebesar Rp20 miliar. Di sisi lain, total kewajiban perusahaan mencapai Rp637 miliar, dengan utang jangka pendek sebesar Rp138 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp134 miliar, sehingga total utang perusahaan mencapai Rp272 miliar.
Dari sisi arus kas, TRJA mencatatkan kas dari operasi sebesar Rp275 miliar, kas dari investasi negatif Rp5 miliar, dan kas dari pembiayaan negatif Rp306 miliar, dengan belanja modal sebesar Rp88 miliar. Free cash flow perusahaan mencapai Rp187 miliar. Pertumbuhan tahunan menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 25,54 persen untuk tahun berjalan, namun laba bersih turun signifikan sebesar 78,22 persen.
Data jumlah pemegang saham menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan selama enam bulan terakhir:
- Pada 30 Juni 2024, terdapat 2,706 pemegang saham, turun sebanyak 76 pemegang dari bulan sebelumnya.
- Pada 31 Mei 2024, jumlahnya adalah 2,782, turun 13 pemegang dari bulan sebelumnya.
- Pada 30 April 2024, jumlahnya mencapai 2,795, mengalami penurunan 88 pemegang dari bulan sebelumnya.
- Pada 31 Maret 2024, terjadi peningkatan menjadi 2,885 pemegang, naik sebanyak 80 pemegang dari bulan sebelumnya.
- Pada 29 Februari 2024, terdapat 2,805 pemegang saham, naik 11 pemegang dari bulan sebelumnya.
- Pada 31 Januari 2024, jumlah pemegang saham adalah 2,794, mengalami penurunan signifikan sebanyak 373 pemegang dari bulan sebelumnya.
Harga Saham
Dari sisi harga saham, TRJA mengalami penurunan selama beberapa periode. Dalam 3 bulan terakhir, harga saham turun 6,74 persen, dan dalam 6 bulan terakhir turun 34,78 persen. Penurunan harga saham dalam 1 tahun terakhir mencapai 35,25 persen, dan secara year-to-date turun sebesar 33,82 persen. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp324, sedangkan harga terendah adalah Rp166.
Laba Perusahaan
Keadaan laba TRJA cukup memprihatinkan. Dalam periode terbaru, laba bersih perusahaan hanya sebesar Rp2 miliar. Dibandingkan dengan EBITDA yang mencapai Rp240,76 miliar, ini menunjukkan adanya beban operasional dan keuangan yang signifikan yang mempengaruhi profitabilitas akhir perusahaan. Laba bersih perusahaan turun drastis sebesar 78,22 persen secara tahunan, dan earnings per share atau EPS juga menunjukkan penurunan tajam sebesar 58,89 persen secara tahunan.
Penurunan laba bersih ini mengindikasikan bahwa meskipun perusahaan memiliki pendapatan yang cukup besar, efisiensi biaya dan pengelolaan utang masih menjadi tantangan utama. Beban utang yang cukup tinggi dengan total utang sebesar Rp272 miliar juga menambah beban bunga yang harus ditanggung perusahaan menggerus laba bersih yang dihasilkan.
Peluang Investasi
Meski neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus, kinerja keuangan TRJA yang masih mencatatkan penurunan laba bersih dan harga saham yang terus merosot seharusnya tetap menjadi perhatian bagi investor. Dengan total aset yang signifikan dan arus kas operasional yang positif, perusahaan memiliki potensi untuk bangkit. Namun, tingginya utang dan rendahnya laba bersih menjadi tantangan yang harus diatasi oleh manajemen.
Investor perlu mempertimbangkan risiko dan potensi pertumbuhan jangka panjang dari TRJA. Dengan upaya perbaikan kinerja operasional dan strategi pengelolaan utang yang lebih baik, TRJA dapat memanfaatkan momentum surplus neraca perdagangan untuk meningkatkan profitabilitasnya.
Apakah TRJA mampu berbalik arah dan memberikan keuntungan bagi investor?. (Alp/*)
Disclaimer:
Informasi saham yang Kabar Bursa berikan bukan merupakan rekomendasi saham dan tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi. Pelajari sebanyak mungkin tentang perusahaan dan industri tempat Anda ingin berinvestasi.