KABARBURSA.COM - Ketegangan antara Iran dan Israel diprediksi akan mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia. Dampaknya, harga minyak mentah Indonesia, atau yang dikenal sebagai Indonesia Crude Price (ICP), diproyeksikan mencapai USD 100 per barel.
Proyeksi ini naik dari asumsi ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, di mana ICP ditetapkan sebesar USD 82 per barel.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, menyatakan bahwa kenaikan ICP tersebut akan berdampak pada anggaran subsidi dan kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG 3 kg yang akan mengalami peningkatan.
"Perihal subsidi dan kompensasi energi seperti BBM, solar, dan LPG 3 kg (diperkirakan akan naik), jika ICP mencapai US$ 100 per barel dengan kurs sebesar Rp 15.900 per dolar AS," tutur Tutuka dalam diskusi "Ngobrol Seru: Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI" Senin 15 April 2024.
"Dengan asumsi harga ICP naik menjadi US$ 100 per barel dengan kurs Rp 15.900 per dolar AS, maka subsidi dan kompensasi BBM diproyeksikan naik menjadi Rp 249,86 triliun, meningkat dari asumsi dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 160,91 triliun," tambah Tutuka.
Sementara itu, subsidi untuk LPG 3 kg juga diproyeksikan meningkat menjadi Rp 106,28 triliun dari asumsi dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 83,27 triliun.
Dengan demikian, pemerintah diharapkan untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi BBM serta LPG 3 kg sekitar Rp 111,96 triliun.
Lebih lanjut, Tutuka juga menganalisis kemungkinan harga ICP naik menjadi US$ 110 per barel dengan perkiraan kurs Rp 15.900 per dolar AS. Dalam skenario ini, subsidi dan kompensasi BBM diproyeksikan naik menjadi Rp 287,24 triliun, dari asumsi APBN 2024 yang sebesar Rp 160,91 triliun.
Sementara itu, subsidi untuk LPG 3 kg diproyeksikan naik menjadi Rp 116,97 triliun dari asumsi APBN 2024 sebesar Rp 83,27 triliun.
Dengan demikian, pemerintah perlu menambah anggaran subsidi dan kompensasi BBM dan LPG 3 kg sekitar Rp 160,03 triliun.