Logo
>

Laba Anjlok 40,3 Persen, Ada Apa dengan DSSA?

Ditulis oleh Yunila Wati
Laba Anjlok 40,3 Persen, Ada Apa dengan DSSA?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan sebesar 40,31 persen pada semester pertama 2024. Penurunan ini menarik perhatian tidak hanya bagi investor, tetapi juga bagi analis pasar yang berusaha memahami faktor-faktor di balik perubahan tersebut.

    Pada penutupan terbaru, harga saham DSSA tercatat di angka Rp41.525, mengalami penurunan sebesar Rp25 atau 0,06 persen dari harga penutupan sebelumnya yang berada di Rp41.550. Dalam analisis ini, kita akan melihat kinerja saham DSSA, data perdagangan terkini, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga sahamnya.

    Data Perdagangan Terbaru

    • Harga Terakhir: Rp41.525
    • Perubahan: -Rp25 (-0,06 persen)
    • Harga Pembukaan: Rp41.675
    • Harga Penutupan Sebelumnya: Rp41.550
    • Lot: 23.000
    • Harga Tertinggi: Rp42.000
    • Harga Terendah: Rp41.050
    • Nilai Transaksi: Rp93,7 miliar
    • Frekuensi Transaksi: 1.073
    • Total Pembelian (F Buy): Rp13,8 miliar
    • Total Penjualan (F Sell): Rp7,0 miliar

    Analisis Kinerja Saham

    1. Pergerakan Harga: Harga saham DSSA menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi dengan kisaran harga harian antara Rp41.050 dan Rp42.000. Pergerakan ini mencerminkan ketidakpastian di pasar, yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor fundamental dan sentimen investor.
    2. Volume dan Frekuensi Transaksi: Dengan frekuensi transaksi sebanyak 1.073 dan total nilai transaksi mencapai Rp93,7 miliar, terlihat adanya minat yang cukup signifikan dari investor terhadap saham DSSA. Meskipun mengalami penurunan, volume transaksi yang tinggi menunjukkan bahwa saham ini tetap menjadi perhatian di kalangan investor.
    3. Rasio Pembelian dan Penjualan: Total pembelian (F Buy) sebesar Rp13,8 miliar lebih besar dibandingkan total penjualan (F Sell) yang hanya Rp7,0 miliar. Ini menunjukkan bahwa meskipun harga saham mengalami penurunan, masih ada minat beli yang kuat dari investor, yang bisa menjadi sinyal positif untuk pemulihan harga di masa depan.
    4. Analisis Teknikal: Dari segi analisis teknikal, penurunan harga saham DSSA menunjukkan potensi adanya level support di kisaran Rp 41.050. Jika harga berhasil bertahan di atas level ini, ada kemungkinan terjadinya rebound. Namun, jika terus tertekan di bawah level tersebut, dapat menambah tekanan jual di pasar.

    Dalam konteks Buffett, penurunan pendapatan yang tajam ini dapat menjadi sinyal bahwa ada masalah mendasar dalam model bisnis atau manajemen operasional perusahaan.

    Laba dan Beban Pokok Penjualan

    Sejalan dengan penurunan pendapatan, DSSA juga mencatatkan penurunan beban pokok penjualan sebesar 52,7 persen, yang menjadi USD829,81 juta. Laba bruto tercatat sebesar USD690,91 juta, tetapi laba usaha juga mengalami penurunan yang signifikan sebesar 54,97 persen menjadi USD428,49 juta. Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun beban pokok penjualan menurun, hal itu tidak cukup untuk menanggulangi dampak negatif dari penurunan pendapatan.

    Pendekatan Buffett: Memahami Bisnis

    Salah satu prinsip dasar Buffett adalah memahami bisnis yang kita investasikan. Dalam hal ini, investor perlu mempertimbangkan beberapa faktor:

    1. Model Bisnis yang Berkelanjutan: Penurunan pendapatan yang tajam bisa menjadi indikasi bahwa model bisnis DSSA tidak cukup tangguh untuk menghadapi tantangan pasar. Buffett mendorong investor untuk memilih perusahaan dengan model bisnis yang jelas dan berkelanjutan.
    2. Manajemen yang Efektif: Buffett sering kali menekankan pentingnya manajemen yang berkualitas. Penurunan laba DSSA mungkin mencerminkan keputusan manajerial yang tidak tepat, termasuk strategi pemasaran yang kurang efektif atau kegagalan dalam mengidentifikasi peluang pasar.
    3. Analisis Neraca Keuangan: Di sisi neraca, total liabilitas DSSA mengalami penurunan sebesar 8,21 persen menjadi USD1,23 miliar, sementara total ekuitas meningkat 8,14 persen menjadi USD1,86 miliar. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset yang lebih kuat relatif terhadap liabilitasnya. Namun, pertumbuhan ekuitas yang didorong oleh kenaikan saldo laba sebesar 16,57 persen juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang mungkin tidak diiringi oleh peningkatan pendapatan.

    Penyebab Penurunan Laba DSSA

    1. Fluktuasi Permintaan Pasar: Penurunan laba DSSA dapat dikaitkan dengan fluktuasi permintaan di sektor yang digeluti. Jika permintaan untuk produk yang dihasilkan perusahaan menurun, hal ini akan berdampak langsung pada pendapatan.
    2. Kondisi Ekonomi Makro: Perubahan dalam kondisi ekonomi makro, termasuk inflasi dan kebijakan pemerintah, dapat memengaruhi daya beli konsumen dan, pada gilirannya, pendapatan perusahaan.
    3. Persaingan yang Meningkat: Meningkatnya persaingan di sektor yang sama dapat menyebabkan perusahaan harus menurunkan harga untuk mempertahankan pangsa pasar, yang berdampak pada margin laba.

    Dengan menggunakan pendekatan Warren Buffett, kita dapat memahami bahwa penurunan laba DSSA tidak hanya terkait dengan angka-angka keuangan, tetapi juga dengan aspek-aspek mendasar dari bisnis. Investor perlu menganalisis model bisnis perusahaan, efektivitas manajemen, dan kondisi pasar secara menyeluruh.

    Meski terdapat potensi untuk perbaikan di masa depan, tantangan yang dihadapi DSSA saat ini perlu dihadapi dengan strategi yang lebih matang agar dapat mengembalikan kinerja keuangan ke jalur yang positif.

    Bagi para investor, penting untuk tetap waspada dan tidak hanya mengandalkan angka-angka semata. Melakukan analisis menyeluruh mengenai kondisi perusahaan dan memahami faktor-faktor eksternal yang memengaruhi bisnis dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi yang lebih baik.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79