Logo
>

Laba Bersih HRUM Naik, Investor Menanti Dividen

Mengacu pada data terakhir, dividen tunai terbaru yang dibagikan HRUM terjadi pada tahun buku 2022.

Ditulis oleh Yunila Wati
Laba Bersih HRUM Naik, Investor Menanti Dividen
Ilustrasi. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - PT Harum Energy Tbk (HRUM) membuka tahun 2025 dengan mencatatkan lonjakan laba bersih yang sangat signifikan. Para investor menantikan pembagian dividen yang sejak 2022 tak diberikan perusahaan. 

Pada kuartal pertama tahun ini, HRUM berhasil meraup laba bersih sebesar Rp92,4 miliar, meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencatatkan Rp15,7 miliar. 

Dengan kenaikan tersebut, laba bersih per saham (EPS) mencapai Rp6,84, menjadi sinyal positif di tengah tekanan industri energi yang semakin kompetitif.

Secara pendapatan, HRUM membukukan revenue sebesar Rp4,96 triliun atau tumbuh 19 persen secara tahunan (YoY), meskipun secara kuartalan (QoQ) mengalami penurunan 21,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Namun, jika melihat ke bawah garis pendapatan, performa margin terlihat mulai mengalami tekanan. Gross profit HRUM tercatat sebesar Rp988 miliar, turun 10,2 persen dibandingkan tahun lalu. 

EBITDA juga mengalami koreksi menjadi Rp648,1 miliar, terkontraksi 24 persen secara tahunan.

Margin laba bersih HRUM berada di angka 1,8 persen, mencerminkan tantangan dari sisi efisiensi biaya dan tekanan beban bunga yang masih cukup besar. 

Tercatat beban bunga mencapai Rp186,4 miliar, memberikan tekanan langsung pada tingkat profitabilitas bersih. EBITDA margin tercatat 13 persen.

Sementara, gross margin HRUM berada di kisaran 19,8 persen—angka yang masih cukup kompetitif untuk sektor pertambangan batu bara, namun tetap menandakan adanya kebutuhan efisiensi operasional lebih lanjut.

Dari sisi neraca keuangan, HRUM menunjukkan posisi kas yang solid dengan total cash senilai Rp2,61 triliun dan total aset sebesar Rp47,45 triliun. 

Di sisi lain, liabilitas juga menjadi perhatian, dengan short-term debt mencapai Rp3,58 triliun dan long-term debt sebesar Rp14,21 triliun. 

Meski begitu, rasio debt to equity sebesar 0,60 masih berada dalam batas wajar, memberikan ruang bagi perusahaan untuk melakukan manuver strategis di tengah fluktuasi pasar energi global.

Secara valuasi, HRUM diperdagangkan pada Price to Earnings Ratio (PER) cukup tinggi yakni 116,23 kali, mencerminkan ekspektasi pasar terhadap potensi pertumbuhan jangka menengah dan panjang. 

Namun dari sisi Price to Book Value (PBV), saham ini tergolong undervalued dengan rasio hanya 0,36 kali. Ini menunjukkan bahwa secara nilai buku, saham HRUM relatif murah jika dibandingkan dengan nilai ekuitas per saham yang berada di Rp2.193,37.

Dari sudut pandang investor, tingginya PER bisa menjadi sinyal bahwa harga saham telah merefleksikan ekspektasi besar terhadap pemulihan dan ekspansi perusahaan, meskipun saat ini belum membagikan dividen. 

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing berada di angka rendah yakni 0,19 persen dan 0,31 persen, yang mengindikasikan bahwa efisiensi penggunaan aset dan modal perlu ditingkatkan.

HRUM juga menghadapi tantangan dari sisi leverage, dengan Debt to EBITDA di angka tinggi yaitu 27,46 kali. Artinya, beban utang relatif besar terhadap kapasitas operasional perusahaan untuk menghasilkan arus kas. 

Meskipun demikian, interest coverage ratio atau EBITDA terhadap beban bunga berada di angka 3,48, masih cukup untuk membayar kewajiban bunga meski tidak terlalu lapang.

Secara keseluruhan, HRUM berada dalam fase transisi yang menarik. Lonjakan laba bersih di awal tahun menjadi kabar baik, namun tekanan dari efisiensi biaya dan leverage yang tinggi masih menjadi perhatian utama. 

Dengan posisi kas yang kuat dan valuasi saham yang masih terdiskon secara PBV, saham HRUM layak dipantau lebih lanjut, terutama jika perusahaan mampu menurunkan rasio utang dan meningkatkan margin profitabilitas di kuartal-kuartal berikutnya. 

Dalam iklim harga batu bara global yang fluktuatif, strategi efisiensi dan ekspansi operasional akan sangat menentukan arah kinerja HRUM ke depan.

Menanti Dividen

PT Harum Energy Tbk (HRUM) selama beberapa tahun terakhir dikenal sebagai emiten tambang yang cukup konsisten dalam membagikan dividen, meskipun nominal dan frekuensinya berfluktuasi mengikuti kondisi keuangan perusahaan dan dinamika pasar batu bara. 

Sumber: Stockbit.
Namun, hingga awal tahun 2025, belum ada pembagian dividen terbaru yang diumumkan. Hal ini menimbulkan tanda tanya bagi sebagian investor mengenai arah kebijakan distribusi laba perseroan ke depannya.

Mengacu pada data terakhir, dividen tunai terbaru yang dibagikan HRUM terjadi pada tahun buku 2022, dengan nilai sebesar Rp75,10 per saham. Ex-date dividen tersebut tercatat pada 14 Desember 2022, dan pembayaran dilakukan pada 3 Januari 2023. 

Ini menjadi dividen tertinggi yang dibagikan perusahaan dalam tiga tahun terakhir, menandakan bahwa tahun 2022 merupakan periode di mana HRUM mencetak kinerja keuangan yang kuat dan menghasilkan kas yang cukup untuk mengapresiasi pemegang sahamnya.

Jika ditarik ke belakang, HRUM pada tahun 2021 hanya membagikan dividen sebesar Rp15,02 per saham, dengan ex-date pada 15 Juni 2022 dan pembayaran dilakukan pada 28 Juni 2022. 

Sedangkan pada tahun buku 2020, perusahaan membagikan dividen sebesar Rp39,58 per saham dengan ex-date pada 17 Juni 2021. 

Pola ini menunjukkan bahwa HRUM tidak menetapkan jumlah dividen tetap setiap tahunnya, melainkan menyesuaikan dengan performa keuangan dan strategi bisnis tahunan.

Hingga saat ini, informasi mengenai total dividend trailing twelve months (TTM), yield dividen, maupun payout ratio belum diperbarui secara resmi. 

Ini bisa menandakan bahwa HRUM masih mempertimbangkan untuk menahan sebagian besar labanya guna memperkuat struktur modal atau mengantisipasi kebutuhan belanja modal dan ekspansi di tengah ketidakpastian harga batu bara global.

Ex-date terakhir pada Desember 2022 menjadi titik penting karena setelah itu belum terlihat adanya distribusi dividen baru. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh tekanan laba bersih perusahaan pada beberapa kuartal terakhir, yang meskipun menunjukkan perbaikan signifikan di awal 2025, belum sepenuhnya pulih dari tekanan profitabilitas sebelumnya.

Bagi investor yang menjadikan dividen sebagai salah satu parameter utama dalam berinvestasi, HRUM masih menyimpan potensi menarik, terutama jika tren laba bersih terus meningkat dan perusahaan kembali membuka peluang pembagian dividen di akhir tahun buku 2025. 

Sementara itu, bagi investor jangka panjang, perhatian tetap diarahkan pada bagaimana HRUM mengelola laba dan kas untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan sambil tetap mempertahankan daya tarik dividen sebagai insentif pemegang saham.

Dengan rasio harga saham terhadap laba (PER) yang masih tinggi dan valuasi Price to Book Value (PBV) yang rendah, saham HRUM memberikan sinyal kombinasi antara potensi pertumbuhan dan valuasi yang belum sepenuhnya mencerminkan kinerjanya. 

Oleh karena itu, jika perusahaan kembali menetapkan dividen untuk tahun ini, tidak menutup kemungkinan yield-nya akan menarik bagi investor income-oriented. 

Untuk saat ini, pasar menanti langkah lanjutan HRUM dalam kebijakan dividen—apakah tetap konservatif atau kembali royal seperti di masa-masa keemasan sebelumnya.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79