KABARBURSA.COM – Kinerja PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) di awal tahun ini bagaikan pasien yang pulih cepat dari krisis: laba bersih kuartal I 2025 melejit 913 persen menjadi Rp255,8 miliar. Namun, euforia kinerja keuangan itu belum cukup kuat menyuntikkan semangat ke pasar modal. Harga saham SILO justru masih demam—terperosok lebih dari 25 persen sepanjang tahun berjalan.
Selain itu, meski kuartal pertama tahun ini diselingi musiman libur hari raya yang lebih panjang dan tidak adanya puncak penyakit musiman, SILO berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,35 triliun atau tumbuh 0,4 persen year on year (YoY).
Namun, EBITDA perusahaan tercatat Rp670,28 miliar, menurun sebesar 5,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. SILO mencatat 75.259 pasien rawat inap dan 233.109 hari rawat inap, sementara kunjungan rawat jalan tetap kuat di atas 1,05 juta.
"Perseroan mempertahankan 4.195 tempat tidur operasional, dengan tingkat hunian sebesar 62,4 persen di tengah musim libur panjang," tulis manajemen Siloam dalam keterangannya, Selasa, 27 Mei 2025.
Selain itu, SILO juga memperluas aliran pendapatan dengan berfokus pada inovasi layanan kesehatan. Salah satu inisiatif utamanya mencakup keberhasilan peluncuran Stroke-Ready Hospital di 12 Rumah Sakit Siloam.
Fasilitas ini dirancang untuk memberikan penanganan stroke yang cepat dan terspesialisasi, didukung oleh protokol yang diakui secara internasional melalui Penghargaan WSO Angels.
Presiden Direktur Siloam, David Utama, mengatakan SILO akan memperkuat posisinya sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, sekaligus mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin regional di Asia Tenggara.
"Di tengah tantangan sektor kesehatan, Perseroan telah menunjukan keberhasilan eksekusi dari berbagai inisiatif strategis dengan meningkatkan kapabilitas klinis serta memperluas layanan untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang," katanya.
Kinerja Saham SILO
Merujuk data Stockbit, Rabu, 28 Mei 2025, kinerja SILO juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan dari sisi harga saham. Harga saham SILO tercatat mengalami penurunan sebesar 25,93 persen sepanjang tahun 2025.
Bahkan dalam jangka waktu 6 bulan terakhir, harga saham merosot 22,08 persen. Padahal, jika melihat dalam rentang 3 hingga 5 tahun, SILO mencatat pertumbuhan impresif masing-masing sebesar 122,22 persen dan 255,56 persen.
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi profitabilitas sebenarnya cukup solid. SILO membukukan Return on Assets (ROA) sebesar 8,48 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 12,85 persen.
Sementara itu, margin laba kotor pada kuartal terakhir mencapai 36,91 persen, dengan margin laba operasi dan margin laba bersih masing-masing sebesar 12,30 persen dan 8,10 persen.
Namun demikian, sisi likuiditas perusahaan terpantau kurang ideal. Current ratio hanya sebesar 0,72 dan Quick Ratio 0,67, menunjukkan bahwa kemampuan SILO dalam memenuhi kewajiban jangka pendek relatif terbatas. Sementara itu, Debt to Equity Ratio yang rendah di level 0,22 menjadi indikator positif bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung pada utang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.