KABARBURSA.COM – Emiten tambang batu bara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencatatkan penurunan signifikan pada kinerja keuangan semester I 2025.
Meskipun tetap mencatat laba, tekanan terhadap harga jual rata-rata batu bara (average selling price/ASP) dan penurunan volume produksi memberikan dampak langsung terhadap profitabilitas perusahaan.
Dalam laporan keuangan interim yang dirilis pada 31 Juli 2025, manajemen BUMI melaporkan total pendapatan konsolidasian sebesar USD2,3 miliar untuk enam bulan pertama tahun ini, turun 20,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD2,88 miliar.
Penurunan ini utamanya dipicu oleh turunnya ASP sebesar 19 persen, dari USD75,2 per ton pada semester I 2024 menjadi hanya USD61,3 per ton pada semester I 2025.
Laba sebelum pajak tercatat sebesar USD88,6 juta, turun tajam 37,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD141,1 juta.
Sementara itu, laba bersih (net income) hanya mencapai USD52,1 juta, anjlok 61,4 persen dari realisasi tahun lalu sebesar USD134,9 juta.
Bahkan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun drastis hingga 76 persen, dari USD84,9 juta menjadi USD20,4 juta.
Dari sisi operasional, total batu bara yang ditambang mencapai 35,9 juta ton, mengalami penurunan sebesar 5 persen dibandingkan 37,7 juta ton pada semester I 2024. Sementara volume penjualan turun menjadi 34,8 juta ton.
Pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal) tercatat 290,5 juta bcm, juga turun 14 persen secara tahunan. Strip ratio sedikit menurun menjadi 8,1 kali dari sebelumnya 8,9 kali.
Meski menghadapi tekanan dari sisi harga dan volume, BUMI mengklaim mampu mempertahankan margin usaha sebesar 5 persen.
Perseroan juga mencatatkan kontribusi penting dari anak usaha Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia. Dalam laporan konsolidasi yang mencakup entitas tersebut, BUMI menyajikan data pendapatan yang mencerminkan kondisi penuh di tingkat grup.
BUMI memproyeksikan total volume penjualan batu bara sepanjang 2025 akan berada di kisaran 76 hingga 78 juta ton, dengan estimasi harga jual rata-rata antara USD60 hingga USD62 per ton. Di sisi biaya, perusahaan menargetkan biaya kas produksi di kisaran USD44 hingga USD46 per ton.
Selain laporan keuangan, BUMI juga menyampaikan rencana untuk menggelar earnings call dalam waktu dekat guna menjelaskan lebih lanjut capaian semester I dan prospek bisnis untuk semester II 2025.
Di sisi inventori, perusahaan mencatat sisa persediaan sebesar 2,7 juta ton, sedikit menurun dari 3,1 juta ton pada semester I tahun lalu, mencerminkan manajemen rantai pasokan yang lebih efisien. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.